FYPMedia. ID – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia mengusulkan agar siswa diwajibkan membaca selama 15 hingga 30 menit sebelum memulai kegiatan belajar di sekolah.
Usulan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya dalam hal pembiasaan budaya literasi sejak dini. Usulan tersebut mendapat perhatian publik mengingat pentingnya kebiasaan membaca dalam pengembangan kognitif dan karakter anak-anak.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI yang menjadi salah satu pengusul ide ini, menyatakan bahwa kegiatan membaca sebelum belajar dapat menjadi langkah awal yang efektif untuk mempersiapkan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Menurutnya, kebiasaan membaca memiliki manfaat yang signifikan, baik dalam pengembangan kemampuan berbahasa maupun dalam meningkatkan daya tangkap siswa terhadap pelajaran yang akan disampaikan. Dengan cara ini, siswa diharapkan tidak hanya memahami materi secara lebih mendalam, tetapi juga menjadi lebih kritis dan analitis dalam berpikir.
Baca Juga: Gerakan “Saling Jaga” yang diluncurkan oleh TikTok – FYP Media
Manfaat Membaca Sebelum Belajar
Membaca sebelum belajar dapat memberikan berbagai manfaat bagi siswa. Pertama, kegiatan ini dapat mempersiapkan otak untuk lebih fokus dan siap menerima informasi yang baru. Ketika siswa membaca, mereka tidak hanya memperoleh informasi, tetapi juga melatih kemampuan konsentrasi dan daya ingat. Hal ini penting karena untuk mempelajari sesuatu yang baru, seseorang harus memiliki kesiapan mental yang optimal.
Kedua, membaca juga dapat meningkatkan kosa kata dan pemahaman bacaan. Terutama bagi siswa yang masih dalam tahap perkembangan, membaca dapat memperkaya pengetahuan mereka tentang berbagai topik. Ini juga mendukung kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran di kelas, yang sering kali membutuhkan penguasaan kosa kata tertentu untuk bisa memahami dengan lebih baik.
Lebih jauh lagi, kegiatan membaca dapat merangsang minat siswa terhadap buku dan literasi secara umum. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan akses mudah terhadap berbagai jenis hiburan digital, kebiasaan membaca buku semakin tergerus. Oleh karena itu, kebiasaan membaca yang diprakarsai sebelum memulai proses belajar di sekolah dapat menjadi cara yang efektif untuk mendorong anak-anak agar lebih mencintai buku dan informasi yang ada di dalamnya.
Tantangan dalam Implementasi
Meski memiliki manfaat yang besar, usulan membaca sebelum belajar ini juga menghadapi berbagai tantangan dalam implementasinya. Salah satu kendala utama adalah kurangnya minat baca di kalangan siswa. Menurut beberapa survei, tingkat literasi di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kurangnya akses terhadap bahan bacaan yang berkualitas, baik di sekolah maupun di rumah.
Selain itu, meskipun ada buku-buku pelajaran yang harus dipelajari, sebagian siswa merasa kesulitan dalam menemukan waktu untuk membaca, terutama di tengah padatnya jadwal pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Oleh karena itu, agar usulan ini dapat berjalan dengan efektif, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, guru, hingga orang tua, untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kebiasaan membaca.
Pemerintah perlu memastikan ketersediaan bahan bacaan yang menarik dan sesuai dengan usia serta kemampuan baca siswa. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan menyelenggarakan program perpustakaan keliling atau menyediakan buku-buku digital yang dapat diakses dengan mudah oleh siswa. Selain itu, para guru di sekolah juga perlu diberikan pelatihan tentang cara-cara menyenangkan dalam mengajarkan literasi kepada siswa, agar mereka lebih antusias dalam melakukan kegiatan membaca.
Peran Orang Tua dalam Membentuk Kebiasaan Membaca
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kebiasaan membaca pada anak. Sebagai pihak yang paling dekat dengan anak, orang tua dapat menanamkan budaya literasi sejak dini. Orang tua dapat mengajak anak untuk membaca bersama di rumah, menyediakan buku bacaan yang menarik, serta memberikan contoh yang baik dengan turut membaca di depan anak-anak mereka.
Sebagai contoh, orang tua dapat mendampingi anak-anak untuk membaca buku sebelum memulai kegiatan belajar atau sebagai bagian dari rutinitas harian di rumah. Kebiasaan ini akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan minat baca anak, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan kualitas pendidikan mereka.
Usulan untuk mewajibkan siswa membaca selama 15 hingga 30 menit sebelum belajar adalah langkah yang positif dalam rangka membudayakan literasi di Indonesia. Meskipun terdapat tantangan dalam implementasinya, upaya untuk membiasakan siswa membaca dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan intelektual dan karakter mereka.
Dengan dukungan dari pemerintah, sekolah, dan orang tua, diharapkan kebiasaan membaca sebelum belajar dapat menjadi bagian dari budaya pendidikan yang lebih baik dan menyeluruh di Indonesia.