Writer: Raodatul - Kamis, 18 Desember 2025 13:52:37
FYPMedia.id - Kentut selama ini identik dengan rasa malu, tidak sopan, dan bau menyengat yang dihindari banyak orang. Namun, sebuah temuan ilmiah terbaru justru membalik persepsi tersebut.
Studi yang dilakukan ilmuwan dari Johns Hopkins Medicine mengungkap fakta mengejutkan bahwa senyawa kimia yang terkandung dalam bau kentut berpotensi memberi efek protektif bagi otak.
Temuan ini sontak menarik perhatian publik karena dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer, penyakit yang hingga kini belum memiliki obat penyembuh.
Meski terdengar aneh, riset ini dilakukan melalui pendekatan ilmiah yang ketat dan berbasis eksperimen laboratorium.
Alzheimer sendiri merupakan penyakit progresif yang menyerang sel-sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat, gangguan berpikir, perubahan perilaku, hingga hilangnya kemandirian secara bertahap. Penyakit ini menjadi salah satu tantangan kesehatan global seiring meningkatnya populasi lansia.
Hidrogen Sulfida, Biang Bau yang Punya Potensi Medis
Bau menyengat dari kentut berasal dari gas bernama hidrogen sulfida (H₂S). Gas inilah yang menjadi fokus utama penelitian Johns Hopkins. Dalam dosis sangat rendah, hidrogen sulfida ternyata berperan sebagai molekul sinyal penting dalam tubuh manusia.
Penulis studi, Dr. Bindu Paul, menjelaskan keterkaitan antara penuaan, kerusakan saraf, dan peran molekul gas ini dalam sel.
"Data terbaru kami dengan kuat menghubungkan penuaan, neurodegenerasi, dan sinyal sel melalui hidrogen sulfida serta molekul gas lain di dalam sel," ujar Dr. Bindu Paul, dikutip dari Unilad, Kamis (18/12/2025).
Penelitian tersebut menegaskan bahwa hidrogen sulfida bukan sekadar limbah biologis, melainkan senyawa aktif yang dapat memengaruhi mekanisme perlindungan sel otak.
Baca Juga: 7 Tips Menghilangkan Bau Badan untuk Tingkatkan Rasa Percaya Diri
Uji Coba pada Tikus Alzheimer
Untuk membuktikan hipotesisnya, tim peneliti melakukan eksperimen pada tikus yang telah direkayasa secara genetik agar menyerupai kondisi Alzheimer pada manusia.
Tikus-tikus ini kemudian disuntik dengan senyawa bernama NaGYY, yang berfungsi melepaskan hidrogen sulfida secara perlahan ke seluruh tubuh.
Selama 12 minggu, para ilmuwan memantau perubahan fungsi otak dan perilaku tikus. Hasilnya terbilang mencengangkan. Tikus yang menerima NaGYY menunjukkan peningkatan signifikan dalam memori dan fungsi motorik.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak perilaku dari penyakit Alzheimer dapat dibalik dengan memperkenalkan hidrogen sulfida," tambah peneliti dalam laporan studi tersebut.
Secara kuantitatif, kemampuan kognitif dan aktivitas fisik tikus meningkat hingga 50 persen dibandingkan kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan.
Hubungan Hidrogen Sulfida dan Enzim Otak
Penelitian lanjutan kini difokuskan pada bagaimana gugus sulfur dalam hidrogen sulfida berinteraksi dengan enzim glycogen synthase kinase beta (GSK3β).
Enzim ini dikenal berperan penting dalam regulasi metabolisme, sinyal sel, dan fungsi otak, serta sering dikaitkan dengan perkembangan Alzheimer.
Tim Johns Hopkins menyebut pemahaman interaksi ini menjadi kunci dalam pengembangan terapi baru.
"Memahami rangkaian peristiwa ini penting untuk merancang terapi yang dapat menghambat interaksi tersebut, seperti yang mampu dilakukan oleh hidrogen sulfida," jelas tim peneliti.
Jika mekanisme ini berhasil dipahami lebih dalam, hidrogen sulfida berpotensi menjadi dasar pengembangan obat neuroprotektif generasi baru.
Apakah Mencium Bau Kentut Langsung Bermanfaat?
Meski judul penelitian kerap disederhanakan menjadi “mencium bau kentut menyehatkan otak”, para ahli menegaskan bahwa manfaat ini tidak berasal dari kebiasaan sengaja menghirup kentut. Penelitian dilakukan pada tingkat sel dan hewan uji dengan dosis hidrogen sulfida yang sangat terkontrol.
Belum ada penelitian klinis yang membuktikan bahwa mencium bau kentut secara langsung memberikan manfaat kesehatan bagi manusia. Bahkan, hidrogen sulfida dalam konsentrasi tinggi justru berbahaya dan beracun.
Baca Juga: Endometriosis Mengintai Perempuan: Nyeri Haid Parah hingga Ancaman Infertilitas
Potensi Manfaat Hidrogen Sulfida bagi Tubuh
Selain kesehatan otak, sejumlah penelitian lain menunjukkan hidrogen sulfida memiliki potensi manfaat medis lain, meski masih dalam tahap riset laboratorium:
- Melindungi fungsi mitokondria, pusat energi sel.
- Mengurangi peradangan, dengan menekan produksi sitokin proinflamasi.
- Membantu menurunkan tekanan darah, melalui relaksasi pembuluh darah.
- Melindungi ginjal, dengan menekan stres oksidatif.
- Memperlambat penuaan sel, berdasarkan studi dalam jurnal Aging.
- Melindungi neuron, terutama setelah kondisi ekstrem seperti serangan jantung.
Namun, sebagian besar manfaat tersebut berasal dari senyawa sintetis yang terinspirasi hidrogen sulfida, seperti AP39, bukan dari bau kentut alami.
Peringatan Penting dari Ilmuwan
Para peneliti menekankan bahwa hidrogen sulfida hanya bermanfaat dalam konsentrasi sangat rendah. Paparan berlebihan dapat menyebabkan iritasi, gangguan pernapasan, hingga risiko kesehatan serius.
Karena itu, para ahli tidak menyarankan siapa pun untuk sengaja mencium bau kentut demi kesehatan.
Antara Fakta Ilmiah dan Sensasi Publik
Fenomena ini menunjukkan bagaimana temuan ilmiah kerap disederhanakan secara sensasional di ruang publik.
Meski aroma kentut dikaitkan dengan potensi perlindungan otak, inti penelitian sebenarnya terletak pada pemanfaatan hidrogen sulfida sebagai molekul terapeutik, bukan perilaku sehari-hari.
Penelitian ini justru membuka jalan baru dalam dunia medis, khususnya dalam pengembangan terapi untuk penyakit neurodegeneratif yang selama ini sulit diatasi.
Kesimpulan: Menjijikkan tapi Menjanjikan
Penelitian Johns Hopkins membuktikan bahwa bahkan senyawa yang selama ini dianggap menjijikkan dapat menyimpan potensi besar bagi dunia kesehatan.
Hidrogen sulfida, biang bau kentut, kini dilirik sebagai kandidat terapi masa depan untuk Alzheimer dan gangguan saraf lainnya.
Namun hingga riset lanjutan dan uji klinis pada manusia dilakukan, masyarakat diimbau tetap bersikap kritis dan tidak menelan mentah-mentah klaim sensasional.
Kentut mungkin tetap memalukan di ruang publik, tetapi di laboratorium, baunya justru membuka harapan baru bagi ilmu pengetahuan.