Writer: Raodatul - Kamis, 18 Desember 2025 13:23:20
FYPMedia.id - Endometriosis menjadi salah satu penyakit kronis pada perempuan yang kerap luput dari perhatian, meski dampaknya dapat sangat serius.
Kondisi ini tidak hanya memicu nyeri haid hebat yang mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga berpotensi menyebabkan gangguan kesuburan hingga infertilitas.
Ironisnya, banyak perempuan baru menyadari keberadaan penyakit ini setelah bertahun-tahun menahan rasa sakit atau ketika mengalami kesulitan untuk hamil.
Secara medis, endometriosis terjadi ketika jaringan endometrium, lapisan yang seharusnya melapisi bagian dalam rahim, justru tumbuh di luar rahim.
Jaringan abnormal ini tetap bereaksi terhadap siklus hormon menstruasi, namun tidak dapat luruh sebagaimana mestinya. Akibatnya, terjadi peradangan kronis, nyeri, hingga pembentukan jaringan parut di area sekitarnya.
Endometriosis Bisa Menyerang Banyak Organ
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS Eka Hospital PIK, Hardi Susanto, menjelaskan bahwa pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim dapat ditemukan di berbagai bagian tubuh.
Area yang paling sering terdampak antara lain ovarium, tuba falopi, rongga panggul, usus, hingga kandung kemih. Pada kasus yang lebih jarang namun ekstrem, jaringan ini bahkan dapat menjalar ke umbilikus, paru-paru, hingga otak.
"Endometriosis juga merupakan penyakit yang berkaitan dengan hormon estrogen, yakni hormon alami yang diproduksi tubuh perempuan pada masa subur," kata Hardi dalam temu media yang digelar Eka Hospital di Jakarta, dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (18/12/2025).
Karena erat kaitannya dengan hormon estrogen, gejala endometriosis umumnya mengikuti siklus menstruasi. Keluhan bisa muncul sebelum, saat, atau setelah haid, bersifat hilang timbul, dan cenderung mereda ketika perempuan memasuki masa menopause.
Baca Juga: Terjebak Label Rendah Kalori, Ini Kesalahan Fatal Pilih Cemilan Sehat
Gejala Endometriosis yang Kerap Dianggap Normal
Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan endometriosis adalah anggapan keliru bahwa nyeri haid merupakan hal yang wajar.
Padahal, nyeri haid parah atau dismenore yang tidak membaik dengan obat pereda nyeri biasa bisa menjadi tanda awal endometriosis.
Gejala umum endometriosis meliputi:
- Nyeri haid hebat di area panggul
- Nyeri kronis di perut bagian bawah
- Nyeri saat berhubungan intim (dispareunia)
- Nyeri saat buang air besar atau buang air kecil
- Perdarahan menstruasi berlebihan
- Siklus haid yang lebih pendek
- Perut kembung, mual, hingga muntah
- Rasa lelah berkepanjangan
Pada sebagian perempuan, endometriosis bahkan tidak menunjukkan gejala yang jelas. Penyakit ini baru terdeteksi saat penderita mengalami kesulitan hamil. Inilah yang menjadikan endometriosis sering disebut sebagai “silent disease” dalam dunia kesehatan reproduksi.
Ancaman Serius terhadap Kesuburan Perempuan
Salah satu komplikasi paling mengkhawatirkan dari endometriosis adalah gangguan kesuburan. Jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim dapat menyebabkan perlekatan (adhesi), mengganggu fungsi ovarium, hingga menghambat pertemuan sel telur dan sperma.
Tak sedikit perempuan yang baru mengetahui dirinya mengidap endometriosis setelah bertahun-tahun menjalani program kehamilan tanpa hasil.
Kondisi ini tidak hanya berdampak secara fisik, tetapi juga menimbulkan tekanan psikologis yang signifikan.
Penyebab Endometriosis Masih Misterius
Hingga saat ini, penyebab pasti endometriosis masih terus diteliti. Namun, terdapat beberapa teori yang diyakini berperan dalam terjadinya penyakit ini.
Salah satu teori yang paling banyak dibahas adalah menstruasi retrograd, yaitu kondisi ketika darah menstruasi mengalir balik melalui tuba falopi ke rongga perut.
Selain itu, faktor lain yang diduga memicu endometriosis meliputi:
- Gangguan sistem kekebalan tubuh
- Perpindahan sel endometrium ke organ lain
- Perubahan sel embrionik yang belum matang
- Faktor genetik atau riwayat keluarga
- Riwayat operasi caesar atau histerektomi
Adapun faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya endometriosis antara lain menstruasi dini, siklus haid yang pendek, perdarahan haid berlebihan, belum pernah melahirkan, hingga kelainan pada organ reproduksi.
Baca Juga: 7 Ciri Nyeri Haid Berbahaya yang Wajib Diwaspadai Wanita!
Diagnosis Tidak Bisa Sembarangan
Untuk menegakkan diagnosis endometriosis, dokter tidak hanya mengandalkan keluhan pasien. Proses diagnosis dimulai dari anamnesis mendalam terkait gejala dan riwayat kesehatan, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan panggul.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi:
- USG atau USG transvaginal
- MRI untuk melihat kondisi jaringan secara detail
- Laparoskopi diagnostik sebagai standar emas
- Biopsi jaringan bila diperlukan
Laparoskopi menjadi metode paling akurat karena memungkinkan dokter melihat langsung keberadaan jaringan endometrium di luar rahim.
Pilihan Penanganan: Dari Obat hingga Operasi
Penanganan endometriosis sangat bergantung pada tingkat keparahan gejala, usia pasien, serta rencana kehamilan. Secara umum, terapi terbagi menjadi dua pendekatan utama, yakni medis dan bedah.
Terapi medis meliputi penggunaan:
- Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
- Terapi hormon seperti progestin
- Pil kontrasepsi kombinasi
- Agonis GnRH
- IUD hormonal
Sementara itu, tindakan bedah dilakukan bila terapi medis tidak memberikan hasil optimal. Operasi laparoskopi bertujuan mengangkat jaringan endometriosis dan melepaskan perlengketan. Pada kasus tertentu yang sangat berat, pengangkatan rahim dapat menjadi pilihan terakhir.
Pentingnya Deteksi Dini dan Edukasi
Endometriosis bukan sekadar nyeri haid biasa. Penyakit ini dapat berdampak jangka panjang terhadap kualitas hidup dan masa depan reproduksi perempuan.
Oleh karena itu, kesadaran untuk tidak menormalisasi rasa sakit saat menstruasi menjadi langkah awal yang sangat penting.
Perempuan yang mengalami nyeri haid hebat, nyeri panggul kronis, atau kesulitan hamil disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat membantu mengendalikan gejala, mencegah komplikasi, serta meningkatkan peluang kehamilan.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang endometriosis, diharapkan perempuan dapat lebih berani menyuarakan keluhannya dan mendapatkan penanganan medis yang layak.
Karena kesehatan reproduksi bukan sekadar urusan individu, melainkan investasi jangka panjang bagi kualitas hidup dan generasi mendatang.