Writer: Raodatul - Selasa, 23 Desember 2025 11:56:47
FYPMedia.id - Sektor ekonomi kreatif Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang 2025.
Di tengah dinamika global dan tantangan ekonomi dunia, kinerja ekonomi kreatif justru menunjukkan akselerasi yang impresif, baik dari sisi ekspor, investasi, maupun penyerapan tenaga kerja.
Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) mencatat, sepanjang Januari hingga Oktober 2025, nilai ekspor ekonomi kreatif menembus US$26,68 miliar, atau setara 11,96 persen dari total ekspor nonmigas nasional.
Angka ini melampaui target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025 dan mempertegas peran strategis sektor kreatif dalam menopang perekonomian Indonesia.
Tak hanya itu, dari sisi investasi, realisasi sektor ekonomi kreatif pada triwulan III 2025 mencapai Rp132,04 triliun, atau sekitar 107 persen dari target RPJMN 2025.
Capaian ini sekaligus mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap potensi industri kreatif nasional.
Ekonomi Kreatif Jadi Pilar Utama Asta Cita Presiden
Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menegaskan bahwa capaian tersebut sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang tertuang dalam Asta Cita ketiga dan kelima, yakni pembangunan ekonomi berbasis inovasi serta penguatan kesejahteraan masyarakat.
“Dalam kurun waktu setahun terakhir, Ekraf mencatatkan kemajuan kelembagaan dengan bertambahnya 19 provinsi dan puluhan kabupaten/kota yang membentuk dinas/komite ekraf. Selain itu, puluhan kerja sama strategis dengan mitra nasional dan internasional telah ditanda tangani. Angka-angka tersebut menjadi bukti ekonomi kreatif mampu menjadi mesin baru pertumbuhan yang di mulai dari darah dan tolok ukur implementasi Asta Ekraf kerangka strategi 8 klaster yang mengarahkan kebijakan dari aspek data, talenta, infrastruktur, hingga komersialisasi kekayaan intelektual,” ujar Teuku dalam keterangannya, dilansir dari detikcom, Selasa (23/12/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan dalam ajang Ekraf Annual Report (EAR) 2025 yang digelar di Thamrin Nine Ballroom, Jakarta, Senin (22/12).
Acara ini menjadi panggung refleksi sekaligus pemetaan arah kebijakan ekonomi kreatif Indonesia ke depan.
Baca Juga: Ledakan Uang Beredar Rp9.891,6 Triliun: Sinyal Ekonomi Nataru Memanas!
Kontribusi Nyata terhadap PDB Nasional
Data Badan Pusat Statistik (BPS) semakin memperkuat narasi kebangkitan ekonomi kreatif. Pada 2024, sektor ini mencatat kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp1.611,2 triliun, atau setara 7,28 persen dari PDB nasional.
Angka tersebut bahkan melampaui laju pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di level 5,03 persen.
BPS juga mencatat bahwa pertumbuhan PDB ekonomi kreatif pada 2024 mencapai 6,57 persen, menjadikannya salah satu sektor dengan performa paling konsisten dalam beberapa tahun terakhir.
Serap 27,4 Juta Tenaga Kerja, Didominasi Generasi Muda
Salah satu pencapaian paling signifikan sektor ekonomi kreatif adalah kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja.
Sepanjang 2025, jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif tercatat mencapai 27,4 juta orang, atau sekitar 18,70 persen dari total penduduk bekerja di Indonesia.
Angka ini melampaui target nasional sebesar 25,55 juta pekerja. Menariknya, lebih dari 50 persen tenaga kerja ekonomi kreatif berusia di bawah 40 tahun, menjadikan sektor ini sebagai magnet utama bagi generasi muda.
“Apresiasi saya sampaikan kepada BPS. Kolaborasi ini pernah terjalin sejak 2010, sempat terputus, dan pada 2025 kembali kami hidupkan sebagai implementasi Asta Ekraf, khususnya Ekraf Data, untuk memperkuat data-driven policy making,” kata Teuku Riefky.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menilai lonjakan tenaga kerja ekonomi kreatif berkontribusi signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional dan mencerminkan transformasi struktural ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Tolak Bayar Tunai Bisa Dipidana: Kenali Sanksi dan Aturan UU Mata Uang
Fesyen dan Kriya Jadi Tulang Punggung Ekspor
Dari sisi subsektor, fesyen dan kriya masih menjadi kontributor utama ekspor ekonomi kreatif. Sepanjang Januari–Oktober 2025, subsektor fesyen menyumbang US$14,86 miliar, disusul kriya sebesar US$11,10 miliar.
Amerika Serikat tetap menjadi tujuan utama ekspor produk kreatif Indonesia, diikuti oleh Swiss dan Jepang.
Hal ini menunjukkan bahwa produk kreatif nasional semakin diterima di pasar global, baik dari sisi kualitas maupun nilai tambah.
“Ekonomi kreatif bukan lagi sekadar potensi, melainkan tambang baru dan mesin baru pertumbuhan ekonomi yang tumbuh dari daerah dan menggerakkan Indonesia,” tegas Teuku Riefky.
Program Strategis Dorong Daya Saing Global
Sepanjang 2025, Kemenekraf menggulirkan berbagai program strategis untuk memperkuat ekosistem ekonomi kreatif dari hulu ke hilir.
Program tersebut meliputi Tekoteh (Temu Komunitas Talenta Ekraf), pengembangan Desa Kreatif, Emak-Emak Matic dan Gen Matic, hingga ajang Wonder Voice of Indonesia.
Selain itu, Kemenekraf juga memperkuat kerja sama internasional, termasuk penandatanganan nota kesepahaman dengan Pemerintah Prancis saat kunjungan Presiden Emmanuel Macron ke Indonesia.
“Ekonomi kreatif bukan lagi sekadar potensi, melainkan tambang baru yang tumbuh dari daerah dan menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi. Data dan kolaborasi yang kuat akan memastikan kebijakan kami tepat sasaran dan berdampak luas,” ujar Teuku.
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar menambahkan bahwa pelaku ekonomi kreatif Indonesia kini telah mendapat pengakuan global.
“Karena komitmen kita dari awal adalah mempergunakan produk lokal guna mendorong ekonomi kreatif. Dari semua hexahelix yang ada juga harus bareng-bareng mendorong karena produk ekonomi kreatif itu bukan hanya di Indonesia tetapi juga di mancanegara,” ungkapnya.
Baca Juga: Mentan Tegaskan Pedagang Dilarang Jual Pangan di Atas HET Jelang Nataru
Arah Besar Ekonomi Kreatif 2026
Menatap 2026, Kemenekraf telah menyiapkan Program Strategis Ekonomi Kreatif berbasis empat pilar utama: investasi, ekspor, tenaga kerja, dan pertumbuhan PDB sektor ekraf.
Program unggulan meliputi World Conference on Creative Economy (WCCE) 2026, Ekraf Business Forum internasional, serta penguatan komersialisasi kekayaan intelektual.
Selain itu, pemerintah juga menyiapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Induk Ekonomi Kreatif 2026–2045, yang akan menjadi fondasi kebijakan jangka panjang.
Mesin Pertumbuhan Baru yang Tak Terbantahkan
Dengan capaian ekspor yang menembus puluhan miliar dolar, penyerapan puluhan juta tenaga kerja, serta kontribusi signifikan terhadap PDB nasional, ekonomi kreatif kini tak lagi sekadar sektor alternatif.
Ia telah bertransformasi menjadi kekuatan utama, mesin pertumbuhan baru, dan simbol ekonomi masa depan Indonesia.
Kolaborasi data, kebijakan berbasis bukti, serta penguatan talenta lokal menjadi kunci agar momentum emas ini terus berlanjut dan membawa Indonesia naik kelas di panggung ekonomi global.