FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
Ledakan Uang Beredar Rp9.891,6 Triliun: Sinyal Ekonomi Nataru Memanas!

News

Ledakan Uang Beredar Rp9.891,6 Triliun: Sinyal Ekonomi Nataru Memanas!

Writer: Raodatul - Senin, 22 Desember 2025 08:00:00

Ledakan Uang Beredar Rp9.891,6 Triliun: Sinyal Ekonomi Nataru Memanas!
Sumber gambar: Tidak ada sumber gambar

FYPMedia.id   – Menjelang puncak perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, denyut nadi ekonomi Indonesia menunjukkan pergerakan yang luar biasa masif. 

Bank Indonesia (BI) baru saja merilis data terbaru yang mengungkap fenomena lonjakan likuiditas perekonomian nasional. Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) di masyarakat kini telah menembus angka fantastis, yakni mencapai Rp9.891,6 triliun.

Angka ini bukan sekadar statistik di atas kertas, melainkan cerminan dari daya beli masyarakat yang kian agresif dan aktivitas ekonomi yang semakin ekspansif di penghujung tahun. 

Kenaikan ini memberikan sinyal positif bagi para pelaku usaha, namun juga menuntut kewaspadaan terhadap manajemen inflasi di tingkat nasional.

Pertumbuhan Eksponensial: Likuiditas M2 Melesat Tajam

Berdasarkan laporan resmi otoritas moneter, pertumbuhan likuiditas ini menunjukkan tren akselerasi yang signifikan. Pada November 2025, angka M2 tercatat tumbuh sebesar 8,3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini melampaui capaian pada bulan Oktober 2025 yang berada di level 7,7% (yoy).

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa lonjakan ini dipicu oleh dua komponen utama dalam struktur moneter Indonesia, yakni uang beredar sempit (M1) dan uang kuasi.

"Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 11,4% (yoy) dan uang kuasi sebesar 5,9% (yoy)," ungkap Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan resminya, Senin (22/12/2025).

Pertumbuhan M1 yang mencapai dua digit mengindikasikan bahwa masyarakat saat ini memegang lebih banyak uang tunai dan simpanan yang siap digunakan sewaktu-waktu untuk konsumsi libur akhir tahun. Ini adalah indikator vital bahwa perputaran uang di sektor riil tengah berada pada puncaknya.

Baca Juga: Tolak Bayar Tunai Bisa Dipidana: Kenali Sanksi dan Aturan UU Mata Uang

Pendorong Utama: Belanja Pemerintah dan Kredit Perbankan

Apa yang menyebabkan uang beredar di Indonesia tumbuh begitu pesat? Analisis Bank Indonesia menunjukkan adanya dua mesin penggerak utama: tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat serta penyaluran kredit perbankan yang kian deras.

Realisasi belanja pemerintah dan tagihan sistem moneter kepada pemerintah pusat tercatat tumbuh melesat sebesar 8,7% (yoy), meningkat tajam dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar 5,4% (yoy). 

Hal ini mencerminkan akselerasi penyerapan anggaran di akhir tahun untuk berbagai proyek strategis dan perlindungan sosial.

Selain faktor pemerintah, sektor perbankan juga menunjukkan performa yang heroik. Penyaluran kredit kepada masyarakat dan dunia usaha terus mendaki naik, memberikan asupan oksigen bagi ekspansi bisnis menjelang Nataru.

"Perkembangan M2 pada November 2025 terutama dipengaruhi oleh tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus) dan perkembangan penyaluran kredit," tambah Denny menekankan faktor dominan tersebut.

Secara rinci, penyaluran kredit pada bulan November 2025 mencapai angka Rp8.196,4 triliun atau tumbuh 7,9% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan performa Oktober yang tumbuh di angka 7,0% (yoy). 

Lonjakan kredit ini membuktikan bahwa kepercayaan diri sektor swasta untuk melakukan investasi dan konsumsi tengah berada dalam tren optimistis.

Kondisi Aktiva Luar Negeri dan Uang Primer (M0)

Meski mayoritas indikator menunjukkan kenaikan, terdapat dinamika pada aktiva luar negeri bersih. Komponen ini tumbuh sebesar 9,7% (yoy), sedikit melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan Oktober 2025 yang mencapai 10,4% (yoy). 

Namun, angka ini masih berada dalam zona ekspansi yang sehat untuk mendukung stabilitas nilai tukar.

Di sisi lain, Uang Primer (M0) yang telah disesuaikan (adjusted) juga mencatatkan angka yang spektakuler. Per November 2025, uang primer tumbuh 13,3% (yoy) sehingga nilainya mencapai Rp2.136,2 triliun.

Pertumbuhan uang primer ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang adaptif, termasuk pemberian insentif likuiditas oleh Bank Indonesia untuk memastikan perbankan memiliki ruang gerak yang cukup dalam menyalurkan pembiayaan.

"Perkembangan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan giro bank umum di Bl adjusted sebesar 24,2% (yoy) dan uang kartal yang diedarkan sebesar 13,1% (yoy). Berdasarkan faktor yang mempengaruhinya, pertumbuhan MO adjusted telah mempertimbangkan dampak pemberian insentif likuiditas (pengendalian moneter adjusted)," jelas Denny lebih lanjut.

Baca Juga: Amankan Nataru, Pemko Pariaman Siagakan Personel di 9 Titik Posko

Dampak bagi Masyarakat: Peluang dan Tantangan

Melimpahnya likuiditas sebesar hampir Rp10.000 triliun ini membawa dampak ganda bagi perekonomian Indonesia:

  1. Gairah Ekonomi Lokal: Tingginya uang kartal yang beredar (tumbuh 13,1%) menunjukkan aktivitas belanja di pasar tradisional, mal, hingga UMKM akan sangat kencang selama libur Nataru.
  2. Stabilitas Perbankan: Giro bank umum yang tumbuh 24,2% memastikan bahwa perbankan nasional memiliki modal yang sangat kuat untuk membiayai kebutuhan nasabah.
  3. Waspada Inflasi: Dengan banyaknya uang yang beredar, risiko kenaikan harga barang (inflasi) akibat tingginya permintaan (demand-pull inflation) harus terus dipantau oleh pemerintah dan Satgas Pangan.

Kesimpulan: Ekonomi Indonesia Siap Lepas Landas di 2026?

Data likuiditas November 2025 ini memberikan gambaran bahwa ekonomi Indonesia menutup tahun dengan kekuatan penuh. 

Dukungan dari penyaluran kredit yang ekspansif serta belanja pemerintah yang efektif menjadi fondasi kuat untuk menyambut tahun 2026.

Bagi masyarakat, fenomena ini berarti peluang kerja dan perputaran modal yang lebih cepat. Namun, manajemen keuangan pribadi yang cerdas tetap menjadi kunci di tengah kemeriahan konsumsi akhir tahun. 

Bank Indonesia diprediksi akan terus menjaga keseimbangan ini agar likuiditas yang melimpah tetap membawa berkah bagi pertumbuhan ekonomi nasional, tanpa mengorbankan stabilitas harga.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us