Ryanair Hapus Boarding Pass Kertas: Mulai 12 November 2025 Berlaku 100% Digital

boarding
Ilustrasi Boarding pass fisik, biasanya membantu kalau telepon genggam mati. Foto: Getty Images/iStockphoto/Zhanna Danilova

FYPMedia.id Industri penerbangan dunia kembali memasuki babak baru dalam era digitalisasi. Salah satu maskapai berbiaya rendah terbesar di Eropa, Ryanair, resmi mengumumkan kebijakan bersejarah: mulai 12 November 2025, boarding pass kertas akan sepenuhnya ditinggalkan dan digantikan dengan 100% boarding pass digital.

Langkah ini menandai peralihan besar dalam sistem penerbangan modern dan diharapkan membawa dampak signifikan, baik dari sisi efisiensi maupun pengalaman penumpang. 

Namun, di sisi lain, kebijakan ini juga memicu polemik karena dianggap berpotensi diskriminatif terhadap kelompok tertentu.

Latar Belakang Perubahan: Fokus pada Efisiensi & Ramah Lingkungan

Ryanair menjelaskan bahwa hampir 80% dari total 206 juta penumpangnya sudah lebih dulu menggunakan boarding pass digital. Artinya, ada sekitar 40 juta penumpang yang harus segera beradaptasi dengan sistem ini.

Chief Commercial Officer (CCO) Ryanair, Dara Brady, menegaskan bahwa kebijakan baru ini diambil demi menciptakan perjalanan yang lebih cepat, efisien, dan ramah lingkungan.

“Untuk memastikan transisi yang lancar ke boarding pass digital 100% bagi pelanggan kami, kami akan memulai pada Rabu, 12 November, yang biasanya merupakan periode lebih sepi setelah liburan pertengahan semester,” ujar Dara Brady dalam keterangan resminya, sebagaimana dikutip dari detik.com.

Melalui aplikasi resmi myRyanair, penumpang tidak hanya bisa mengakses boarding pass digital, tetapi juga melakukan pemesanan kursi, memantau status penerbangan secara real-time, hingga menikmati layanan tambahan seperti Order to Seat.

Kebijakan ini juga sejalan dengan tren global di sektor hiburan dan transportasi, di mana banyak festival musik, acara olahraga, hingga transportasi umum mulai beralih ke tiket digital sepenuhnya.

Baca Juga: Eks Menteri China Divonis Mati karena Suap Rp627 M, Simak Fakta Lengkapnya

Pro Kontra: Antara Modernisasi dan Risiko Diskriminasi

Meskipun Ryanair yakin peralihan ini akan berjalan mulus, suara kontra langsung bermunculan. 

Salah satunya datang dari kelompok lansia yang menilai kebijakan ini menyulitkan penumpang berusia lanjut, terutama mereka yang tidak memiliki smartphone atau kurang akrab dengan teknologi.

Dennis Reed, Direktur organisasi lansia Silver Voices, bahkan menilai kebijakan ini sangat merugikan:

“Ini langkah yang memalukan. Mereka seolah-olah mengatakan tidak ingin orang tua menjadi penumpang. Ada argumen kuat yang mengatakan bahwa itu diskriminatif,” tegas Reed kepada The Telegraph.

Reed juga memperingatkan bahwa kebijakan ini bisa memicu kekacauan di bandara, khususnya ketika penumpang yang tidak siap datang tanpa boarding pass digital.

Kebijakan Khusus dan Solusi bagi Penumpang

Menanggapi kritik tersebut, pihak Ryanair menegaskan bahwa mereka tetap menyediakan solusi darurat. Bagi penumpang yang tidak memiliki smartphone, boarding pass digital dapat diunduh oleh anggota keluarga atau teman. 

Selain itu, staf bandara akan tetap membantu penumpang yang sudah melakukan check-in meski tanpa menunjukkan boarding pass digital.

CEO Ryanair, Michael O’Leary, sebelumnya pernah menjelaskan kepada The Independent bahwa maskapai tidak akan meninggalkan penumpang yang mengalami kendala teknis.

“Jika Anda kehilangan ponsel Anda, tidak masalah. Selama Anda sudah check-in sebelum tiba di bandara, kami akan menerbitkan ulang boarding pass kertas tanpa biaya tambahan,” ungkap O’Leary, dikutip dari CNN Indonesia.

Ia juga menambahkan, penumpang tidak perlu khawatir jika baterai ponsel habis. Sistem Ryanair tetap menyimpan nomor urut boarding yang bisa diverifikasi langsung di gate.

Namun, ada pengecualian: beberapa bandara di Maroko, Turki, dan Albania masih mengandalkan boarding pass kertas karena keterbatasan infrastruktur digital.

Dampak Bagi Industri dan Pertanyaan untuk Indonesia

Kebijakan Ryanair dipandang sebagai terobosan yang akan mendorong maskapai lain mengikuti langkah serupa. 

Selain efisiensi, maskapai bisa memangkas biaya cetak tiket dan berkontribusi pada pengurangan limbah kertas.

Namun, tantangan tetap ada. Isu digital divide (kesenjangan akses teknologi) masih menjadi momok, khususnya di negara-negara dengan penetrasi smartphone yang belum merata.

Pertanyaannya, apakah langkah radikal ini juga memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia? 

Dengan jumlah penumpang domestik yang tinggi dan keberagaman tingkat literasi digital, penerapan boarding pass full digital tentu akan menghadapi tantangan besar.

Baca Juga: Pesawat Latih FASI Jatuh di Ciampea Bogor, Ini Fakta dan Update Terbaru 2025

Kesimpulan: Revolusi Digital Transportasi Udara

Ryanair resmi mencatat sejarah sebagai maskapai pertama yang sepenuhnya menghapus boarding pass kertas. 

Mulai 12 November 2025, semua penumpang wajib menggunakan boarding pass digital melalui aplikasi resmi.

Bagi sebagian pihak, ini adalah langkah maju menuju era penerbangan yang lebih ramah lingkungan, cepat, dan efisien. 

Namun, bagi kelompok lain, terutama penumpang lansia, kebijakan ini justru terasa diskriminatif dan menimbulkan kekhawatiran tersendiri.

Meski begitu, Ryanair tetap berkomitmen memberikan solusi darurat bagi penumpang yang kesulitan. 

Keputusan ini menjadi tonggak penting dalam transformasi industri penerbangan, sekaligus membuka perdebatan besar soal masa depan layanan publik di era serba digital.

Bagaimana menurut Anda, travelers? Apakah sudah siap jika maskapai di Indonesia juga menghapus boarding pass kertas dan beralih 100% digital?