FYPMedia.id – Pada awal tahun lalu, Indonesia dihebohkan dengan berita tentang pembangunan Museum Holocaust Yahudi pertama di Minahasa, Sulawesi Utara. Kabar ini disampaikan oleh Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Ina Lepel, melalui unggahan di Twitternya pada Kamis, 27 Januari 2022. Kehadirannya dalam acara pembukaan museum ini menjadi sorotan utama.
Ina Lepel, dalam unggahan videonya, menunjukkan kehormatannya atas pembukaan museum ini di Hari Peringatan Holocaust Internasional. Ia menekankan bahwa Jerman akan selalu mendukung peringatan terhadap peristiwa Holocaust sebagai pelajaran universal dan menentang segala bentuk rasisme, anti-Semitisme, serta intoleransi.
Pembangunan museum ini menjadi pusat perdebatan, terutama karena sensitivitas situasi politik saat ini, khususnya dalam konteks konflik antara Israel dan Palestina. Holocaust, yang merupakan peristiwa tragis pembantaian kaum Yahudi oleh pasukan Nazi Jerman selama Perang Dunia II, memiliki keterkaitan yang kuat dengan konflik tersebut.
Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Steven Kandow, menyatakan bahwa pemerintah tidak memiliki niatan untuk mendeskreditkan kelompok atau agama tertentu, terutama saudara-saudara di Palestina. Ia melihat museum ini sebagai bagian dari pembelajaran dari masa lalu yang harus membawa perubahan, terutama terkait dengan kesalahan dan kekeliruan masa lampau dalam hal hak asasi manusia.
Namun, respons terhadap museum ini tidaklah seragam. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menolak keras pembangunan museum ini, menyebutnya sebagai bentuk rasisme dan genosida yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. MUI bahkan menganggapnya sebagai pelanggaran konstitusi dan mendesak pemerintah untuk menghancurkan museum tersebut.
Tidak hanya MUI, anggota parlemen juga memberikan pendapat beragam. Bukhori Yusuf dari PKS meminta museum ditutup karena dianggap tidak relevan dengan sejarah Indonesia. Dia menganggap museum ini sebagai pertanda pengakuan terhadap bangsa Yahudi, yang menurutnya merupakan pembaiatan terhadap kemanusiaan dan penjajahan.
Kontroversi seputar museum ini mencerminkan perbedaan pandangan yang dalam tentang sejarah, konflik internasional, dan pengakuan atas tragedi Holocaust. Sementara bagi sebagian pihak, museum ini merupakan bentuk penghormatan terhadap sejarah yang harus diingat untuk mencegah terulangnya kejahatan serupa, bagi yang lain, museum ini dianggap sebagai provokasi dan tidak sesuai dengan konteks sejarah dan politik Indonesia saat ini.
(rin)