FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
Modal Asing Deras Masuk, Utang Luar Negeri RI Turun dan Makin Terkendali

News

Modal Asing Deras Masuk, Utang Luar Negeri RI Turun dan Makin Terkendali

Writer: Raodatul - Selasa, 16 Desember 2025 03:10:47

Modal Asing Deras Masuk, Utang Luar Negeri RI Turun dan Makin Terkendali
Sumber gambar: Gedung Bank Indonesia/Foto: Rachman Haryanto

FYPMedia.id - Arus modal asing yang kembali mengalir deras ke Indonesia menjadi sinyal kuat meningkatnya kepercayaan global terhadap fundamental ekonomi nasional. 

Di tengah ketidakpastian pasar keuangan dunia, kondisi tersebut tercermin dari penurunan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia yang semakin terkendali dan tetap berada dalam batas aman.

Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi ULN Indonesia pada Oktober 2025 turun dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini sekaligus menegaskan bahwa pengelolaan pembiayaan eksternal Indonesia masih berjalan disiplin, hati-hati, dan berorientasi jangka panjang.

Utang Luar Negeri RI Turun di Oktober 2025

Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi utang luar negeri Indonesia pada Oktober 2025 tercatat sebesar US$423,9 miliar atau setara Rp7.059,5 triliun dengan asumsi kurs Rp16.653 per dolar AS. Angka ini menurun dibandingkan posisi ULN pada September 2025 yang mencapai US$ 425,6 miliar.

Meski secara bulanan mengalami penurunan, secara tahunan utang luar negeri Indonesia masih tumbuh tipis. BI mencatat pertumbuhan ULN secara year on year (yoy) sebesar 0,3 persen, yang terutama dipengaruhi oleh peningkatan utang luar negeri sektor publik.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa dinamika ULN tersebut tidak lepas dari masuknya modal asing ke instrumen keuangan Indonesia.

"Posisi ULN Indonesia pada Oktober 2025 tercatat sebesar 423,9 miliar dolar AS, menurun dibandingkan dengan posisi ULN pada September 2025 sebesar 425,6 miliar dolar AS. Secara tahunan, ULN Indonesia tumbuh 0,3 persen (yoy) yang terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan ULN sektor publik," ujar Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan resminya, dikutip dari detikcom, pada Selasa (16/12/2025).

Baca Juga:  Rupiah Menguat Tipis di Awal Perdagangan, Pasar Tunggu Data Ekonomi AS dan RDG BI

Kepercayaan Investor Global Jadi Kunci

Salah satu faktor utama yang mendorong stabilitas utang luar negeri Indonesia adalah aliran masuk modal asing ke Surat Berharga Negara (SBN) internasional. 

Masuknya dana asing ini menandakan optimisme investor global terhadap prospek ekonomi Indonesia di tengah gejolak global.

"Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional seiring tetap baiknya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia yang positif di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," jelas Denny.

Kepercayaan tersebut dinilai tidak muncul secara instan. Konsistensi kebijakan fiskal dan moneter, stabilitas inflasi, serta ketahanan ekonomi domestik menjadi faktor utama yang membuat Indonesia tetap menarik di mata investor asing.

Utang Pemerintah Didominasi Jangka Panjang

Dari total ULN Indonesia, utang pemerintah masih menjadi komponen terbesar. Pada Oktober 2025, posisi utang luar negeri pemerintah tercatat sebesar US$210,5 miliar, atau tumbuh 4,7 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Bank Indonesia menegaskan bahwa hampir seluruh utang pemerintah merupakan utang jangka panjang, sehingga risikonya relatif lebih terkendali.

"Posisi ULN pemerintah tersebut didominasi utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,99 persen dari total ULN pemerintah," kata Denny.

Utang jangka panjang dinilai lebih aman karena tidak menimbulkan tekanan likuiditas dalam jangka pendek dan memberikan ruang fiskal yang lebih stabil bagi pemerintah.

Digunakan untuk Sektor Prioritas Nasional

Bank Indonesia memastikan bahwa pemanfaatan utang luar negeri pemerintah diarahkan untuk mendukung sektor-sektor strategis yang berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah digunakan untuk:

  • Jasa kesehatan dan kegiatan sosial (22,2%)
  • Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (19,6%)
  • Jasa pendidikan (16,4%)
  • Konstruksi (11,7%)
  • Transportasi dan pergudangan (8,6%)

"Sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), ULN dikelola secara cermat, terukur, dan akuntabel, serta pemanfaatannya terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan program-program prioritas yang mendorong keberlanjutan dan penguatan perekonomian nasional," tambah Denny.

Baca Juga: Prabowo Bentuk Satgas Bencana Sumatra, Fokus Rehabilitasi Cepat

Struktur ULN Indonesia Tetap Sehat

Di tengah dinamika global, Bank Indonesia menegaskan bahwa struktur utang luar negeri Indonesia masih berada dalam kategori sehat. Hal ini tercermin dari rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang relatif terkendali.

Pada Oktober 2025, rasio ULN Indonesia terhadap PDB tercatat sebesar 29,3 persen. Selain itu, dominasi utang jangka panjang mencapai 86,2 persen dari total ULN, yang menandakan risiko pembiayaan relatif rendah.

"Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya," ujar Denny.

Utang Swasta Turun, Risiko Sistemik Lebih Rendah

Sementara itu, utang luar negeri sektor swasta justru menunjukkan tren penurunan. Posisi ULN swasta pada Oktober 2025 tercatat sebesar US$190,7 miliar, lebih rendah dibandingkan posisi September 2025 sebesar US$192,5 miliar.

Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi sebesar 1,9 persen (yoy). Penurunan ini terjadi baik pada kelompok lembaga keuangan maupun perusahaan non-lembaga keuangan.

"Penurunan posisi ULN terjadi pada kelompok peminjam lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations), yang masing-masing tercatat kontraksi sebesar 4,7 persen (yoy) dan 1,2 persen (yoy)," tutur Denny.

Dari sisi sektor ekonomi, ULN swasta terbesar masih berasal dari:

  • Industri pengolahan
  • Jasa keuangan dan asuransi
  • Pengadaan listrik dan gas
  • Pertambangan dan penggalian

Keempat sektor tersebut menyumbang 80,9 persen dari total ULN swasta.

Koordinasi BI dan Pemerintah Diperkuat

Bank Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam memantau perkembangan utang luar negeri. 

Langkah ini penting untuk menjaga stabilitas makroekonomi sekaligus meminimalkan risiko eksternal.

"Peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," tutup Denny.

Sinyal Positif bagi Ekonomi Nasional

Masuknya modal asing, turunnya utang luar negeri, serta terjaganya struktur pembiayaan eksternal menjadi sinyal positif bagi ekonomi Indonesia menjelang akhir 2025 dan awal 2026. 

Di tengah tekanan global, Indonesia dinilai mampu menjaga keseimbangan antara kebutuhan pembiayaan dan stabilitas ekonomi.

Dengan pengelolaan utang yang disiplin, transparan, dan berorientasi jangka panjang, pemerintah dan Bank Indonesia optimistis ekonomi nasional tetap berada di jalur pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us