FYPMEDIA.ID — Paus Fransiskus kembali menyampaikan peringatan penting terkait kepemimpinan di dunia. Dalam pernyataan terbaru, ia menyoroti bahaya yang muncul ketika para penguasa atau pemimpin negara berupaya memaksakan visi pribadi mereka tanpa mempertimbangkan keberagaman dan aspirasi masyarakat. Paus menegaskan, praktik semacam itu bisa merusak tatanan demokrasi serta mengancam hak asasi manusia.
“Ketika kekuasaan digunakan untuk memaksakan pandangan segelintir orang, demokrasi dan kesejahteraan masyarakat berada dalam bahaya,” tegas Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus menekankan bahwa demokrasi hanya dapat berjalan dengan baik jika setiap suara dihargai. Pemimpin yang menggunakan kekuasaan untuk menekan pandangan berbeda berisiko menghancurkan prinsip dasar demokrasi yang berlandaskan pada dialog dan partisipasi publik.
“Demokrasi membutuhkan ruang untuk perbedaan dan dialog terbuka,” ujar Paus. Ia mengingatkan, bahwa upaya memaksakan visi tertentu tanpa melibatkan seluruh elemen masyarakat dapat menimbulkan ketidakpuasan dan perpecahan.
Selain itu, Paus Fransiskus mengingatkan pentingnya menghormati keberagaman. Setiap negara terdiri dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan pandangan. Menurutnya, keberagaman tersebut harus dilihat sebagai kekuatan yang memperkaya, bukan sebagai ancaman yang perlu dihilangkan.
“Masyarakat yang maju adalah mampu merangkul perbedaan dan menjadikannya fondasi kuat,” kata Paus. Ia juga mengingatkan, bahwa hak asasi manusia harus selalu dijadikan landasan dalam merumuskan kebijakan publik.
Baca juga: Starbucks Thamrin: Gerai Kopi dengan Barista Tunarungu, Sebuah Langkah Inklusi yang Inspiratif
Lebih lanjut, Paus Fransiskus menekankan pentingnya dialog dalam menyelesaikan perbedaan. Menurutnya, solusi yang inklusif dan adil hanya bisa tercapai melalui dialog yang terbuka. Dialog, kata Paus, memungkinkan setiap pihak untuk didengar dan diperhitungkan sehingga keputusan yang diambil bisa mewakili kepentingan semua pihak.
“Dialog adalah kunci untuk menemukan solusi yang adil dan damai,” katanya.
Paus Fransiskus juga menyinggung praktik kepemimpinan otoriter merupakan keputusan sering kali diambil secara sepihak tanpa mempertimbangkan suara rakyat. Menurutnya, tindakan semacam ini tidak hanya merusak demokrasi, tetapi juga melanggar prinsip dasar kemanusiaan.
“Pemimpin sejati adalah mereka yang terbuka terhadap kritik dan siap mendengarkan rakyatnya,” tegasnya.