Hari ini, masyarakat Indonesia memperingati Hari Ibu, sebuah momen untuk menghormati peran luar biasa Ibu dalam kehidupan kita. Dalam ajaran agama Islam, menghargai dan memuliakan Ibu bukanlah suatu pilihan, melainkan perintah yang diakui dalam Alquran.
Mulawarman Hannase, seorang ulama, menjelaskan bahwa dalam bahasa Arab, kata “umu” yang berarti Ibu berasal dari dua huruf. Alif dan mim, yang ketika digabungkan, memiliki arti menyatukan.
“Dalam istilah bahasa biasa, Ibu itu adalah tempat atau sosok yang menyatukan. Atau tempat bersatunya sesuatu,” kata Mulawarman dalam ceramah program siaran ‘Mutiara Pagi’ 91,2FM Pro1 RRI Jakarta.
Ia menyoroti bagaimana Ibu bukan hanya tempat untuk berkumpulnya keluarga, tetapi juga tempat menyatu dan bersatunya kasih sayang di antara anggota keluarga. Ibu diakui sebagai pusat kehangatan dan kebahagiaan, tempat di mana keluarga merayakan momen-momen bahagia seperti hari Raya.
“Ketika kita ada di momen hari Raya ketika ada acara keluarga maka akan terasa nyaman. Akan terasa nikmat, dan akan terasa bahagia kalau ada Ibu disana,” ujarnya.
Dalam konteks bahasa Arab, Ibu juga disebut sebagai “Ummul Quro” atau induk dari segala wilayah, dan Makkah disebut sebagai “Ummul Quro” karena merupakan induk dari beberapa kota. Analoginya, Ibu diibaratkan sebagai pusat dan induk dari keluarga, tempat menyatu segala sesuatu.
Namun, seraya merayakan Hari Ibu, penting juga untuk merenung tentang bagaimana peran ulama dalam memberikan kontribusi pada pemberdayaan Ibu. Terutama ketika mereka mengalami penindasan.
“Ulama memiliki peran penting dalam memberikan nasihat dan panduan kepada masyarakat. Tentang bagaimana menghargai dan melindungi perempuan, termasuk Ibu,” katanya.
“Pentingnya peran ulama juga terlihat dalam memberikan masukan kepada pemerintah untuk melibatkan diri dalam perlindungan perempuan dan anak-anak. Serta menciptakan regulasi yang mendukung pemberdayaan perempuan.”
Selain itu, kata dia, ulama juga dapat menjadi suara yang menyuarakan isu-isu kekerasan terhadap perempuan di berbagai tingkatan masyarakat. Meskipun memperingati Hari Ibu bukan suatu kewajiban dalam Islam.
“Namun momen ini dapat dijadikan kesempatan untuk merenung dan mengintrospeksi. Bagaimana kita memuliakan dan menghormati peran ibu dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Diakhir ceramahnya, Ustadz Mulawarman mengajak semua bersama-sama berupaya menjadikan setiap hari sebagai Hari Ibu dengan terus menghargai, menghormati, dan memuliakan peran luar biasa Ibu dalam kehidupan. “Semoga setiap langkah kecil kita membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi Ibu-ibu di seluruh dunia,” ucapnya.