FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
JIBOR Resmi Dihapus 2026, BI Beralih ke IndoNIA sebagai Acuan Baru

News

JIBOR Resmi Dihapus 2026, BI Beralih ke IndoNIA sebagai Acuan Baru

Writer: Raodatul - Selasa, 30 Desember 2025 14:49:05

JIBOR Resmi Dihapus 2026, BI Beralih ke IndoNIA sebagai Acuan Baru
Sumber gambar: Sylke Febrina Laucereno/detikFinance

FYPMedia.id - Indonesia resmi memasuki babak baru dalam tata kelola pasar uang nasional. Bank Indonesia (BI) menetapkan penghentian permanen Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) dan menggantinya dengan Indonesia Overnight Index Average (IndoNIA) sebagai acuan suku bunga antarbank berbasis transaksi. 

Kebijakan strategis ini akan berlaku efektif mulai 1 Januari 2026, menandai berakhirnya era suku bunga berbasis kuotasi yang telah digunakan selama puluhan tahun.

Keputusan tersebut disampaikan secara resmi oleh Bank Indonesia sebagai bagian dari reformasi menyeluruh terhadap benchmark suku bunga rupiah, sejalan dengan standar global dan praktik terbaik pasar keuangan internasional.

"BI selaku pengelola (administrator) dari JIBOR telah menetapkan penghentian secara permanen publikasi JIBOR pada seluruh tenor (tenor 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan), terhitung sejak tanggal 1 Januari 2026," tulis keterangan resmi BI, dikutip Selasa (30/12/2025).

Langkah ini bukan sekadar perubahan teknis, melainkan transformasi fundamental dalam sistem referensi suku bunga di Indonesia, dengan implikasi luas bagi perbankan, pasar uang, investor, hingga pelaku usaha.

Dari JIBOR ke IndoNIA: Apa yang Berubah?

Selama ini, JIBOR menjadi patokan utama berbagai produk keuangan, mulai dari suku bunga kredit, deposito, obligasi, hingga instrumen derivatif. JIBOR dihitung berdasarkan rata-rata kuotasi suku bunga pinjaman tanpa agunan yang ditawarkan oleh bank-bank kontributor kepada sesama bank untuk tenor di atas overnight.

Namun, karakter quotation-based ini dinilai memiliki kelemahan, terutama karena tidak sepenuhnya mencerminkan transaksi riil di pasar.

Sebagai gantinya, BI menetapkan IndoNIA, sebuah indeks suku bunga berbasis transaksi aktual pinjam-meminjam Rupiah tanpa agunan antarbank untuk jangka waktu overnight.

Dengan pendekatan transaction-based, IndoNIA dianggap lebih objektif, transparan, dan mencerminkan dinamika pasar uang sesungguhnya.

Baca Juga: Pemerintah Resmi Tunjuk OpenAI Pemungut Pajak Digital di Indonesia

Sejalan dengan Reformasi Global Acuan Suku Bunga

Penghapusan JIBOR tidak berdiri sendiri. Kebijakan ini merupakan bagian dari agenda global benchmark rate reform yang telah lebih dulu diterapkan di berbagai negara maju dan berkembang.

Otoritas keuangan internasional sejak beberapa tahun terakhir mendorong peralihan dari Interbank Offered Rate (IBOR) yang berbasis kuotasi menuju acuan suku bunga berbasis transaksi. Reformasi ini muncul pasca berbagai skandal manipulasi suku bunga global yang mengguncang kepercayaan pasar.

Reformasi ini menitikberatkan pada penggunaan acuan yang lebih kredibel dengan mengandalkan transaksi nyata di pasar, bukan sekadar estimasi atau penawaran indikatif.

Di kawasan Asia Tenggara, sejumlah negara seperti Thailand dan Malaysia telah lebih dulu mengimplementasikan patokan serupa. Indonesia pun kini menyusul, memperkuat posisi pasar keuangan domestik agar setara dengan standar internasional.

Peran NWGBR dalam Masa Transisi

Untuk memastikan transisi berjalan mulus, National Working Group on Benchmark Reform (NWGBR) berperan aktif menyusun pedoman peralihan dari JIBOR ke IndoNIA.

NWGBR telah menerbitkan Panduan Transisi Pengakhiran JIBOR yang ditujukan bagi perbankan, pelaku usaha, investor, serta seluruh pemangku kepentingan di pasar keuangan.

"Dalam buku panduan tersebut, antara lain NWGBR merekomendasikan alternatif acuan suku bunga rupiah yang berdasarkan transaksi yaitu IndoNIA," jelas BI.

Panduan ini menjadi rujukan penting agar kontrak keuangan, sistem operasional, dan instrumen pasar dapat disesuaikan secara bertahap tanpa menimbulkan disrupsi.

IndoNIA dan Penguatan Transmisi Kebijakan Moneter

Salah satu tujuan utama penggantian JIBOR adalah memperkuat transmisi kebijakan moneter. Selama ini, penurunan suku bunga acuan BI kerap tidak sepenuhnya tercermin pada suku bunga kredit di perbankan.

IndoNIA dirancang agar lebih responsif terhadap perubahan likuiditas dan kondisi pasar uang, sehingga sinyal kebijakan moneter dapat tersalurkan lebih cepat ke sektor riil.

“IndoNIA dianggap lebih mencerminkan pergerakan suku bunga di pasar. Hal ini mendukung transmisi kebijakan moneter yang lebih efektif karena patokan yang digunakan sejalan dengan kondisi dan dinamika pasar uang,” kata Benny Aroeman, kepala pasar di Citibank Indonesia.

Dengan acuan yang lebih akurat, bank sentral dapat memantau pergerakan suku bunga secara lebih real time, sekaligus meningkatkan efektivitas kebijakan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: 7 Bank Bangkrut Sepanjang 2025, OJK Percepat Konsolidasi Perbankan

Tantangan Nyata dalam Implementasi

Meski dinilai progresif, transisi menuju IndoNIA bukan tanpa tantangan. Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya mengungkapkan bahwa meskipun suku bunga acuan telah turun 125 basis poin, penurunan suku bunga kredit baru sekitar 24 basis poin.

Hal ini menunjukkan masih adanya hambatan struktural dalam transmisi kebijakan moneter, termasuk faktor risiko kredit, biaya dana, dan persepsi perbankan.

Namun, dengan patokan berbasis transaksi, diharapkan hambatan tersebut dapat diminimalkan secara bertahap.

Lonjakan Transaksi Pasar Uang

Bank Indonesia memproyeksikan volume transaksi pasar uang akan terus meningkat signifikan. Pada 2030, nilai transaksi diperkirakan mencapai Rp81 triliun per hari, naik dari Rp54 triliun pada Oktober 2025.

Sepanjang 2025 sendiri, rata-rata transaksi harian IndoNIA tercatat mencapai Rp15,4 triliun, atau sekitar 63,5% dari total transaksi pasar uang.

Angka ini menunjukkan IndoNIA telah menjadi tulang punggung pasar uang bahkan sebelum JIBOR resmi dihentikan.

Perbandingan JIBOR dan IndoNIA

Secara metodologi, terdapat perbedaan mendasar antara JIBOR dan IndoNIA. JIBOR sebelumnya ditetapkan berdasarkan kuotasi dari 17 bank kontributor, sedangkan IndoNIA dihitung dari seluruh transaksi aktual di pasar uang antarbank overnight.

Perbedaan ini membuat IndoNIA lebih tahan terhadap potensi distorsi dan manipulasi, sekaligus meningkatkan kepercayaan investor terhadap sistem keuangan domestik.

“Meskipun beberapa pelanggan masih lebih menyukai suku bunga acuan yang berorientasi ke masa depan, proses transisi berjalan dengan baik,” kata Wiwig Santoso, kepala bagian keuangan di PT Bank SMBC Indonesia Tbk.

Implikasi bagi Perbankan, Investor, dan Pelaku Usaha

Penghapusan JIBOR memaksa lembaga keuangan untuk melakukan penyesuaian menyeluruh, termasuk merevisi kontrak lama dengan menambahkan fallback clause guna mengantisipasi perubahan acuan.

Bagi investor dan pelaku usaha, IndoNIA menawarkan tolok ukur yang lebih transparan dan realistis untuk perencanaan pembiayaan, investasi, serta pengelolaan risiko keuangan.

Di sisi lain, pengurangan ketergantungan pada suku bunga berbasis kuotasi diharapkan menekan potensi konflik kepentingan dan meningkatkan integritas pasar.

Dampak Jangka Panjang bagi Pasar Keuangan Indonesia

Dengan IndoNIA sebagai acuan utama, pasar uang Indonesia diproyeksikan menjadi lebih likuid, efisien, dan kompetitif. Kepercayaan investor, baik domestik maupun asing diperkirakan meningkat seiring adopsi standar global.

Langkah ini juga memperkuat integrasi pasar keuangan Indonesia dengan sistem internasional, sekaligus meningkatkan daya saing instrumen keuangan nasional.

Secara keseluruhan, penghapusan JIBOR dan peralihan ke IndoNIA menandai fase penting modernisasi pasar uang Indonesia. Lebih dari sekadar perubahan indeks, kebijakan ini menjadi fondasi baru bagi stabilitas, transparansi, dan efektivitas kebijakan moneter di masa depan.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us