Writer: Ade Luthfi - Selasa, 23 Desember 2025 10:03:24
FYPMEDIA.ID - Demokrasi di Madiun tercoreng setelah aparat gabungan membubarkan paksa diskusi buku Reset Indonesia di Desa Gunungsari, Sabtu (20/12/2025). Ironisnya, tindakan represif yang memberangus ruang dialektika ini berlanjut dengan aksi teror pelemparan telur ke kendaraan tim penulis seusai acara.
Drama pembubaran bermula ketika rombongan pejabat yang terdiri dari Camat, Lurah, Babinsa, hingga polisi mendatangi lokasi dan memaksa kegiatan dihentikan dengan alasan tidak ada izin. Padahal, berdasarkan penelusuran Tempo.co, panitia mengklaim telah melayangkan surat pemberitahuan resmi kepada Polsek Madiun sehari sebelum acara berlangsung.
Ketegangan memuncak saat Camat Madiun, Muksin Harjoko, bertindak agresif dengan memerintahkan panitia untuk segera mematikan lampu lokasi acara. Seperti dilaporkan Espos.id, Muksin bahkan sempat berdebat dan menegaskan bahwa tempat tersebut boleh digunakan untuk seni budaya, namun dilarang keras jika ditunggangi agenda diskusi buku Reset Indonesia.
Baca Juga: Fakta Menarik tentang Politik
Karena mediasi dengan aparat buntu, panitia akhirnya memindahkan lokasi diskusi ke kedai kopi MuCoffee di Kota Madiun demi mengakomodasi peserta yang telanjur hadir. Meskipun acara di lokasi baru berjalan kondusif, intimidasi terhadap tim penulis ternyata belum berakhir dan justru berubah menjadi teror fisik.
Salah satu penulis, Yusuf Priambodo, mengungkapkan kepada Tirto.id bahwa sekitar pukul 03.00 WIB dini hari, dua mobil operasional mereka dilempari telur busuk oleh orang tak dikenal. Pelaku teror diduga berjumlah empat orang yang mengendarai dua sepeda motor secara beriringan dan langsung melarikan diri setelah melancarkan aksinya.
Merespons insiden ini, Dandhy Dwi Laksono menyayangkan sikap aparat dan menyebut bahwa dari 47 titik roadshow di berbagai kota, baru di Madiun inilah diskusi dibubarkan paksa. Kepada awak media, Dandhy menegaskan bahwa pembubaran dan teror ini justru menjadi pembuktian nyata atas tesis buku mereka bahwa Indonesia memang sedang rusak.
Baca Juga: 11 Helikopter Dikerahkan untuk Kirim 2,2 Ton Bantuan ke Daerah Terisolasi Sumatera
Di sisi lain, pihak kepolisian melalui Kapolsek Nglames, AKP Gunawan, sebagaimana dikutip Tempo.co, membantah bahwa pembubaran diinisiasi oleh polisi dan menuding hal itu murni keputusan pemerintah desa. Sementara itu, Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Jules Abraham Abast, membenarkan adanya peristiwa tersebut namun belum memberikan langkah penindakan lebih lanjut.
Kejadian ini menambah daftar anomali demokrasi, mengingat tim penulis sebelumnya sukses menggelar diskusi serupa tanpa gangguan di lokasi strategis seperti Pendopo Wakil Bupati Banyumas dan undangan resmi Bupati Trenggalek. Peristiwa di Madiun menjadi bukti validasi menyedihkan bahwa diagnosa buku Reset Indonesia tentang rusaknya kebebasan sipil adalah fakta yang tak terbantahkan.