9 Jenazah Korban Ponpes Ambruk Sidoarjo Sulit Diidentifikasi, Ini Alasannya

9 Jenazah Korban Ponpes Ambruk Sidoarjo

FYP Media.ID – Tragedi runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, menyisakan duka mendalam. Hingga Jumat malam, 3 Oktober 2025, tim gabungan berhasil mengevakuasi 9 jenazah dari bawah reruntuhan, sehingga total korban meninggal dunia menjadi 14 orang.

Namun, proses identifikasi para korban tidak berjalan mudah. Sebagian besar jenazah yang ditemukan dalam kondisi sulit dikenali, membuat tim forensik bekerja ekstra dengan metode DNA.

Total 14 Korban Tewas, 49 Masih Hilang

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, dalam konferensi pers daring yang disiarkan melalui kanal YouTube resmi @BNPB Indonesia pada Sabtu, 4 Oktober 2025, menyatakan bahwa hingga hari ke-6 pascakejadian, tim gabungan telah menemukan:

  • 9 jenazah terbaru

  • Total korban meninggal: 14 orang

  • Korban selamat: 104 orang

  • Korban masih hilang: 49 orang

Jumlah ini berdasarkan data bahwa ada 167 orang berada di lokasi saat kejadian terjadi.

“Per hari ini sampai tadi malam sudah ditemukan enam jenazah. Jadi dengan kemarin, totalnya ada sembilan,” ujar Suharyanto.

Jenazah Sulit Diidentifikasi, Mayoritas Korban Anak-Anak

Proses identifikasi jenazah menjadi tantangan tersendiri. Suharyanto menjelaskan, mayoritas korban adalah santri usia dini, yang belum memiliki identitas resmi seperti KTP ataupun rekam data biometrik seperti sidik jari.

“Kesulitannya adalah korban-korban ini masih anak-anak, belum punya KTP, belum pernah disidik jari. Sehingga salah satu caranya adalah dengan pemeriksaan DNA,” ungkapnya.

Kondisi fisik jenazah juga menjadi kendala besar. Setelah lebih dari tiga hari terjebak di bawah reruntuhan, perubahan pada tubuh korban membuat pengidentifikasian visual hampir tidak mungkin dilakukan.

“Tanda-tanda pengenalan secara visual sudah banyak berubah, jadi prosesnya memang memerlukan waktu,” tambahnya.

DNA Jadi Andalan, Keluarga Diminta Bersabar

Dengan situasi ini, tim forensik kini mengandalkan pengujian DNA untuk mengidentifikasi para korban. Hal ini berarti proses pengenalan bisa memakan waktu beberapa hari hingga minggu, tergantung kelengkapan data pembanding dari keluarga.

Pihak BNPB, DVI Polri, dan rumah sakit setempat telah mulai mengumpulkan sampel DNA dari keluarga korban, seperti darah, rambut, atau air liur, untuk dicocokkan dengan jenazah yang ditemukan.

Para keluarga diminta untuk:

  • Datang ke posko pengaduan dan forensik

  • Menyerahkan data identitas santri yang hilang

  • Memberikan dokumen atau foto terakhir korban

Evakuasi Masih Terus Dilanjutkan, Fokus di Titik Rawan

Sampai hari ini, proses pencarian korban terus dilakukan oleh tim gabungan dari BNPB, Basarnas, TNI, Polri, dan Pemkab Sidoarjo.

Tim fokus pada:

  • Pembersihan material berat menggunakan alat berat

  • Mengidentifikasi titik-titik potensial korban

  • Pengamanan area agar tidak membahayakan relawan

“Tim sudah mengidentifikasi titik-titik yang dimungkinkan ada korban. Setelah dibersihkan secara masif, mudah-mudahan hari ini akan ada lagi yang ditemukan,” kata Suharyanto.

Cuaca yang relatif cerah dan tidak adanya gempa susulan menjadi faktor pendukung proses evakuasi hari ini.

Kondisi Bangunan Diduga Rapuh, Investigasi Jalan

Sementara itu, penyebab utama runtuhnya bangunan masih dalam penyelidikan. Namun, dugaan awal mengarah pada:

  • Konstruksi bangunan lama dan rapuh

  • Kelebihan beban karena renovasi

  • Tidak adanya audit struktur bangunan dalam beberapa tahun terakhir

Pihak kepolisian menyatakan bahwa tim forensik bangunan dan ahli konstruksi akan melakukan investigasi menyeluruh, termasuk:

  • Menggali dokumen IMB

  • Mengkaji riwayat renovasi

  • Memeriksa pemilik dan pelaksana proyek

Tangisan Keluarga, Suasana Haru di Lokasi Ponpes

Suasana di lokasi pondok masih dipenuhi isak tangis dan doa dari para keluarga korban. Setiap jenazah yang ditemukan langsung dibawa ke rumah sakit rujukan untuk proses identifikasi, sebelum dikembalikan ke keluarga untuk dimakamkan.

Di posko pengungsian, dukungan psikososial dan bantuan logistik juga terus diberikan oleh:

  • Dinas Sosial

  • Dinas Kesehatan

  • Tim trauma healing dari berbagai relawan

Pemerintah Jamin Santunan dan Penanganan Lanjutan

Pemerintah pusat dan daerah telah menyatakan akan menanggung seluruh biaya evakuasi, identifikasi, dan pemakaman para korban. Selain itu, santunan duka akan diberikan kepada keluarga korban meninggal maupun luka berat.

Gubernur Jawa Timur, dalam kunjungannya kemarin, juga menyatakan komitmennya untuk:

  • Mempercepat audit semua ponpes dan bangunan sekolah di Jawa Timur

  • Memberikan bantuan renovasi untuk bangunan pondok yang terdampak

  • Memastikan pendidikan santri tetap bisa berlanjut

Penutup: Duka yang Mendalam dan Harapan Akan Penyelamatan

Musibah ini menjadi pengingat pentingnya keselamatan bangunan pendidikan yang selama ini mungkin luput dari pengawasan teknis. Di balik angka korban, terdapat anak-anak yang baru menapaki jalan ilmu, yang kini harus meninggalkan dunia dengan tragis.

Pemerintah diharapkan lebih sigap mengevaluasi keamanan bangunan pendidikan dan keagamaan agar tragedi serupa tidak terulang. Bagi keluarga korban, duka ini belum berakhir sampai seluruh santri ditemukan dan dikenali.

Mari doakan agar semua korban segera ditemukan dan keluarga diberi kekuatan dalam menghadapi cobaan ini.