7 Fakta Mengerikan Gempa M6,5 Sumenep 2025: Surabaya Ikut Terdampak!

7 Fakta Mengerikan Gempa M6,5 Sumenep 2025

FYP Media.ID – Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 6,5 yang mengguncang Kabupaten Sumenep, Jawa Timur pada 30 September 2025 malam, menyisakan ketakutan dan kerusakan besar. Tak hanya berdampak lokal, getaran gempa juga terasa hingga ke Surabaya, bahkan menjalar ke sejumlah kota di Bali dan Lombok.

Simak 7 fakta penting dan mengerikan seputar gempa ini berdasarkan data resmi dari Badan Geologi Kementerian ESDM dan BMKG, lengkap dengan analisis zona rawan gempa di Jawa Timur.

1. Gempa Utama Magnitudo 6,5 Terjadi di Kedalaman Dangkal

Gempa utama terjadi pada Selasa, 30 September 2025 pukul 23.49 WIB, dengan kekuatan M6,5 dan kedalaman hanya 11-12 km. Episentrum gempa terletak di laut, sekitar 58 km tenggara Sumenep, menjadikannya sebagai gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang sangat berpotensi merusak karena dekat dengan permukaan bumi.

BMKG kemudian memutakhirkan magnitudo menjadi M6,0, namun tetap mengkategorikan gempa ini sebagai berpotensi merusak karena lokasi dan sifatnya.

2. Lebih dari 100 Gempa Susulan, 50 Terjadi dalam Semalam!

Usai gempa utama, hampir 50 gempa susulan terjadi hanya dalam kurun waktu kurang dari 8 jam, dimulai dari pukul 00.08 WIB dengan kekuatan M2,9 hingga pukul 07.40 WIB dengan M2,6.

Hingga 1 Oktober 2025 pukul 12.00 WIB, BMKG mencatat total 117 gempa susulan, dengan magnitudo terbesar M4,4 dan terkecil M1,9. Aktivitas susulan ini menambah kepanikan masyarakat di wilayah terdampak.

3. Wilayah Jawa Timur Masuk Zona Rawan Gempa dan Tsunami

Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di zona tektonik aktif, hasil tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia.

Proses ini menghasilkan zona subduksi di selatan Jawa, yang menjadi sumber utama aktivitas gempa bumi dan potensi tsunami. Selain itu, wilayah ini juga dipengaruhi oleh struktur sesar aktif di daratan, termasuk:

  • Sesar Kendeng

  • Sesar Grindulu

  • Sesar Pasuruan

  • Patahan Rembang-Madura-Kangean-Sakala (RMKS)

Patahan RMKS ini merupakan struktur utama yang memicu gempa di wilayah Sumenep dan Pulau Sapudi.

4. Pulau Madura: Pusat Aktivitas Patahan Aktif dan Deformasi

Pulau Madura, termasuk Kabupaten Sumenep, merupakan bagian dari sistem patahan geser mengiri (strike-slip fault system), dengan struktur geologi yang rumit dan aktif. Ini menghasilkan berbagai bentuk permukaan seperti:

  • Positive flower structure

  • Negative flower structure

  • Antiklin dan sinklin berarah barat-timur

Batuan di Sumenep terdiri dari sedimen Tersier dan Kuarter, yang cenderung lunak dan telah mengalami pelapukan, sehingga amplifikasi guncangan lebih besar dan menyebabkan kerusakan lebih parah di permukaan.

5. Skala Guncangan MMI: Surabaya Hingga Bali Terasa!

BMKG mencatat intensitas guncangan dengan Modified Mercalli Intensity (MMI) sebagai berikut:

  • V–VI MMI: Pulau Sapudi (guncangan kuat, menyebabkan kerusakan)

  • IV MMI: Sumenep, Pamekasan, Surabaya (guncangan sedang, terasa oleh banyak orang)

  • III MMI: Tuban, Gianyar

  • II–III MMI: Probolinggo, Denpasar, Kuta, Buleleng, Lumajang, Banyuwangi, Sidoarjo, Jember, Mojokerto

  • II MMI: Lombok Tengah, Blitar, Bondowoso, Malang

Gempa ini bahkan dirasakan hingga ke Lombok, Bali, dan wilayah timur Jawa, menjadikannya sebagai salah satu gempa dengan jangkauan getaran terluas di Indonesia sepanjang 2025.

6. Banyak Bangunan Rusak dan Korban Luka

Dampak gempa sangat nyata dirasakan oleh warga. Berdasarkan laporan lapangan dari Tim CC112 dan gabungan relawan, ditemukan:

  • Puluhan rumah mengalami kerusakan ringan hingga berat

  • Korban luka-luka, terutama di wilayah Pulau Sapudi dan pesisir Sumenep

  • Warga panik dan mengungsi ke lokasi aman

Jenis tanah di wilayah ini masuk dalam kelas tanah D (sedang) dan kelas E (lunak) berdasarkan nilai Vs30, yang memperkuat guncangan gempa. Kombinasi batuan muda, tanah lunak, dan struktur sesar aktif membuat wilayah ini sangat rentan terhadap dampak gempa bumi.

7. Potensi Tsunami Kecil, Tapi Jangan Abaikan!

Meskipun gempa ini tidak memicu tsunami, namun karena berada di wilayah subduksi dan memiliki mekanisme sesar naik (thrust fault), maka potensi tsunami tetap ada di masa mendatang, terutama jika gempa lebih besar terjadi di zona subduksi.

Menurut Daryono, Direktur Gempa dan Tsunami BMKG, sumber gempa ini berasosiasi dengan perpanjangan sesar laut dari Zona Kendeng (Madura Strait Back Arc Thrust) — sesar ini memiliki potensi aktivitas seismik yang bisa lebih besar di masa depan.

Kesimpulan: Sumenep dan Surabaya Masuk Zona Siaga Gempa

Gempa M6,5 di Sumenep adalah peringatan serius bagi masyarakat Jawa Timur, terutama yang tinggal di daerah dengan sejarah gempa seperti Surabaya, Pamekasan, dan Madura. Perlu ada mitigasi kebencanaan yang serius, mulai dari:

  • Peta rawan gempa diperbaharui

  • Bangunan tahan gempa

  • Edukasi evakuasi dan kesiapsiagaan bencana

  • Pemasangan sistem peringatan dini

Gempa adalah fenomena alam yang tak bisa dihindari, tetapi dengan pengetahuan dan kesiapan, kita bisa mengurangi risiko dan korban.