FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
Temuan Mengejutkan: Ternyata Makan Sendiri Terlalu Sering Bisa Picu Gangguan Mental-Fisik

News

Temuan Mengejutkan: Ternyata Makan Sendiri Terlalu Sering Bisa Picu Gangguan Mental-Fisik

Writer: Raodatul - Senin, 01 Desember 2025 08:00:00

Temuan Mengejutkan: Ternyata Makan Sendiri Terlalu Sering Bisa Picu Gangguan Mental-Fisik
Sumber gambar: Ilustrasi Makan Sendiri bisa Berdampak pada Mental-Fisik/Freepik

FYPMedia.id - Kebiasaan makan sering dianggap persoalan sepele—sekadar memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Namun penelitian terbaru membantah anggapan itu. Sebuah studi komprehensif mengungkap bahwa kebiasaan makan sendirian, terutama pada lansia, dapat meningkatkan risiko gangguan mental dan fisik secara signifikan. 

Temuan ini membuka mata dunia kesehatan bahwa rutinitas sederhana seperti makan ternyata memiliki dampak sosial-psikologis yang sangat besar.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Appetite ini menunjukkan bahwa makan malam seorang diri sangat erat kaitannya dengan pola makan buruk, malnutrisi, penurunan berat badan, dan peningkatan risiko kerapuhan mental. 

Lansia yang sering makan sendiri ternyata lebih mudah jatuh dalam pola makan tidak sehat dan isolasi sosial yang berbahaya.

Analisis Besar 24 Studi Mengungkap Efek Serius Makan Sendiri

Penelitian dilakukan oleh para ahli dari Flinders University, Australia, yang meninjau 24 studi dari dua dekade terakhir.

Semua studi tersebut berfokus pada orang tua yang makan sendirian, dan hasilnya menunjukkan gambaran yang cukup memprihatinkan.

Dalam laporan tersebut, peneliti mencatat bahwa perbedaan konsumsi makanan sehat sangat mencolok antara lansia yang makan sendirian dan mereka yang makan bersama. 

Peneliti mengatakan: "Perbedaannya sangat terlihat pada konsumsi buah dan sayur. Di Taiwan, pria yang makan sendirian mengonsumsi sayur sekitar dua kali sehari, sedangkan mereka yang makan bersama mengonsumsinya hampir dua setengah kali sehari,"
 ujar peneliti dikutip dari Daily Mail, Minggu (30/11/2025).

Perbedaan kecil ini berpotensi menimbulkan dampak besar jangka panjang. Makan bersama terbukti meningkatkan variasi makanan, memperbaiki mood, serta memicu perilaku makan yang lebih sehat.

Baca Juga: 7 Fakta Penting: Frekuensi BAB yang Tak Normal Bisa Picu Risiko Ginjal & Liver

Lansia yang Makan Sendiri 4 Kali Lebih Rentan Mengonsumsi Junk Food

Penelitian lintas negara juga menemukan pola serupa. Di Swedia misalnya, lansia yang makan sendirian empat kali lebih mungkin mengonsumsi junk food dibandingkan mereka yang makan bersama keluarga atau teman.

Junk food dikenal memiliki dampak buruk:

  • Kandungan garam sangat tinggi
  • Memicu lonjakan gula darah
  • Meningkatkan tekanan darah
  • Memicu inflamasi jangka panjang
  • Memperburuk kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi

Kondisi ini semakin memperkuat temuannya bahwa makan sendirian bukan hanya soal tidak ada teman makan—tetapi indikator penurunan kualitas hidup dan risiko kesehatan yang meningkat.

Makan Sendirian Melemahkan Ikatan Sosial & Menurunkan Kesehatan Mental

Para peneliti menekankan bahwa makan bersama lebih dari sekadar ritual sosial—namun mekanisme alami manusia untuk membangun rasa kebersamaan dan kestabilan emosional. 

Ketika seseorang makan sendirian, terutama dalam jangka panjang, dampaknya mulai terasa pada mental dan fisik.

Menurut peneliti: "Menyiapkan makanan bergizi terasa kurang berharga jika hanya untuk diri sendiri. Isyarat sosial yang biasanya mendorong kita makan lebih banyak dan mencoba beragam makanan menghilang. Dan beban psikologis dari rasa kesepian memberi dampaknya sendiri,"
 ungkap peneliti.

Rasa kesepian diketahui memicu berbagai masalah:

  • Meningkatnya kadar hormon stres (kortisol)
  • Menurunnya nafsu makan
  • Gangguan tidur
  • Meningkatnya risiko demensia
  • Menurunnya fungsi kognitif

Inilah alasan mengapa makan sendiri bisa berbahaya, khususnya bagi mereka yang tinggal sendiri dan tidak memiliki interaksi sosial rutin.

Ketika Kesepian Memengaruhi Nutrisi: Lingkaran Berbahaya yang Tak Terlihat

Makan sendirian sering mengarah pada:

  • Makan seadanya, bukan makan berkualitas
  • Konsumsi gula lebih banyak
  • Konsumsi buah & sayur menurun
  • Porsi makan tidak teratur (terlalu kecil atau terlalu besar)

Penurunan kualitas makanan ini memicu lingkaran berbahaya:

  1. Kesepian menurunkan motivasi memasak makanan sehat
  2. Tubuh kekurangan nutrisi penting
  3. Kesehatan mental menurun
  4. Nafsu makan makin buruk
  5. Kualitas kesehatan fisik menurun drastis

Fenomena ini sering terjadi tanpa disadari, tetapi penelitian menunjukkan efeknya sangat nyata dan dapat memicu masalah jangka panjang.

Baca Juga: Gejala Fatty Liver yang Sering Tak Disadari, Peringatan Dini dari Dokter Harvard

Peneliti Sarankan Pemeriksaan Rutin Soal Kebiasaan Makan Lansia

Efek makan sendirian dianggap cukup berbahaya sehingga peneliti merekomendasikan tindakan langsung dari tenaga kesehatan. Para ilmuwan menyarankan agar dokter dan perawat mulai menanyakan kebiasaan makan pasien lansia sebagai bagian pemeriksaan standar.

Menurut peneliti: "Bagi keluarga yang memiliki orang tua atau kerabat lansia yang tinggal sendirian, pesannya sangat praktis. Makan malam keluarga secara rutin atau janjian makan siang bisa sama pentingnya dengan apa yang sebenarnya ada di atas piring," tandas peneliti.

Ajakan ini menegaskan bahwa makan bersama keluarga bukan sekadar kebiasaan tradisional—melainkan intervensi kesehatan sosial yang sangat penting.

Dampak Positif Makan Bersama yang Didukung Penelitian

Beberapa manfaat makan bersama yang telah dibuktikan berbagai studi antara lain:

1. Meningkatkan kesehatan mental: Interaksi saat makan membantu meredakan stres dan mengurangi risiko depresi.

2. Memperbaiki pola makan: Orang yang makan bersama cenderung mengonsumsi makanan lebih sehat dan bervariasi.

3. Meningkatkan nafsu makan lansia: Kehangatan sosial membuat mereka lebih menikmati makanan.

4. Mengurangi risiko malnutrisi: Kualitas makanan meningkat dan porsinya lebih stabil.

5. Mendukung kesehatan jantung: Makanan rumahan biasanya lebih rendah garam dan lemak trans.

6. Meningkatkan kualitas hidup & kebahagiaan: Makan bersama memicu pelepasan hormon kebahagiaan seperti dopamin dan oksitosin.

Kesimpulan

Temuan besar dari Flinders University ini menjadi peringatan bahwa makan sendiri secara rutin dapat menjadi faktor risiko kesehatan mental dan fisik yang serius, terutama bagi lansia.

Konsumsi buah-sayur menurun, junk food meningkat, motivasi menurun, sementara rasa kesepian semakin memperburuk kondisi. Jika dibiarkan, pola ini dapat memicu kerentanan fisik, malnutrisi, dan risiko penyakit kronis.

Karena itu, makan bersama bukan hanya tradisi, tetapi strategi kesehatan publik yang penting, mampu melindungi orang tua dari risiko yang tak terlihat tetapi sangat berbahaya.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us