Merombak Norma dalam Novel Ours (2021) karya Adrindia Ryandisza

novel ours
Foto: Kompas

FYPMEDIA.ID – Beda dengan novel romance biasa, novel MetroPop membawa pembaca masuk ke dalam kisah kehidupan young urban people di kota-kota besar Indonesia. Masalah yang diangkat berkisar pada percintaan dan tujuan karier para karyawan, freelancer, atau entrepreneur muda. Dengan gaya yang menghibur, ringan, dan mengalir, cerita dalam novel ini mampu menarik perhatian pembaca hingga selesai.

Novel MetroPop kali ini menyoroti dinamika rumah tangga. Prita dan Andi adalah pasangan suami istri dengan latar belakang yang berbeda. Sebelum menikah, mereka telah membicarakan banyak hal, termasuk keinginan untuk tidak memiliki anak. Mereka berdua sepakat untuk hidup berdua saja hingga tua nanti. Namun, keputusan ini ditentang oleh keluarga Andi.
Kisah ini mengungkapkan ketegangan antara Prita dan ibu Andi, yang merasa gelisah karena Prita belum hamil setelah menikah. Bahkan, ibu Andi menekankan agar Prita berhenti bekerja, karena dalam pandangan keluarga mereka, seorang istri yang bekerja dianggap kurang fokus terhadap keluarga dan memiliki anak.
Konflik dalam rumah tangga semakin meruncing karena tekanan dari luar yang terus berusaha masuk ke dalam kehidupan mereka. Novel ini menyoroti fenomena childfree yang sedang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini, melalui pengalaman Prita dan Andi, kita diundang untuk melihat realitas kehidupan rumah tangga yang kompleks.
Childfree adalah istilah individu yang memilih untuk tidak memiliki anak atau tidak tertarik dengan pengalaman menjadi orang tua. Keputusan ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi kesehatan, lingkungan sosial, minat dan tujuan hidup, serta preferensi pribadi. Meskipun semakin umum di masyarakat, keputusan untuk tidak memiliki anak masih diiringi oleh tekanan sosial dan stigma tertentu.
Dalam novel Ours, Adrindia Ryandisza menghadirkan pertarungan batin karakter utama mengenai keputusan memiliki anak, apakah itu merupakan kewajiban mutlak atau hanya norma sosial. Melalui monolog internal dan dialog antar karakter, novel ini menantang norma sosial yang menyatakan bahwa memiliki anak adalah pencapaian utama dalam hidup.
Novel ini menelusuri peran gender dalam keputusan untuk menjadi childfree. Adrindia Ryandisza menyoroti bagaimana masyarakat sering kali menempatkan beban ekstra pada perempuan untuk menjadi ibu. Dengan mempertimbangkan konsep tradisional tentang perempuan sebagai pemelihara rumah tangga, penulis novel Ours membuka ruang diskusi tentang hak individu dan kebebasan dalam mengambil keputusan mengenai hidup tanpa anak.
Kebebasan individu dan hak untuk mengontrol hidup menjadi pokok dalam keputusan memiliki anak atau tidak. Peran gender memainkan peran penting dalam harapan masyarakat terhadap reproduksi dan keluarga. Pandangan tradisional sering kali membatasi peran perempuan dalam keputusan memiliki anak. Namun, keterlibatan perempuan dalam keputusan tersebut dapat memengaruhi persepsi tentang peran gender dan tanggung jawab.
Kesepakatan sebelum menikah menjadi krusial. Ketidaksepakatan dapat merusak hubungan karena kurangnya prinsip yang pada akhirnya memicu konflik. Oleh karena itu, komunikasi yang baik antar pasangan sangat diperlukan. Konflik yang muncul harus dianggap sebagai tanda bahaya sementara komunikasi terbuka, empati, dan pengertian menjadi kunci untuk menjaga keharmonisan dalam hubungan. Dengan keterbukaan, pasangan memiliki kesempatan untuk belajar bersama dan tumbuh melalui perubahan yang terjadi dalam diri masing-masing.
Novel Ours juga menjelajahi teori psikologis dan sosiologis yang mendasari pilihan childfree. Karakter-karakter dalam novel ini menjalani perjalanan emosional dan intelektual untuk mencari pemahaman mengenai diri mereka sendiri dan hubungan mereka dengan masyarakat. Dengan memperlihatkan interaksi mereka dengan teman-teman yang memiliki anak dan norma-norma keluarga, Adrindia Ryandisza memberikan lapisan psikologis yang mendalam pada tokoh utama childfree.
Keinginan untuk menjadi childfree sering kali berakar dari trauma masa kecil, seperti yang terungkap dalam halaman 65 novel ini. Trauma masa kecil dapat memengaruhi pandangan seseorang terhadap peran sebagai orang tua dan dapat menciptakan ketidakpastian mengenai kemampuan mereka untuk menjadi orang tua yang baik.
Pilihan hidup childfree menghadapi berbagai norma sosial dan ekspektasi masyarakat yang terfokus pada konsep keluarga dan peran tradisional. Mereka sering kali dihadapkan pada pertanyaan yang kurang pantas dan tekanan sosial dari lingkungan sekitar yang tidak memahami atau mendukung pilihan mereka.
Melalui narasi dalam Ours, Adrindia Ryandisza memberikan kontribusi penting dalam debat sosial mengenai kebebasan dalam memilih jalur hidup tanpa anak. Ia merangkum berbagai sudut pandang, konflik, dan resolusi dalam cerita sehingga mendorong pembaca untuk merenung kembali norma-norma sosial seputar keluarga dan kehidupan.
Karya sastra seperti novel Ours menjadi alat bagi pengarang untuk menyampaikan pesan-pesan kompleks kepada pembaca melalui bahasa, simbol, dan narasi. Novel ini menawarkan sudut pandang yang berbeda tentang kehidupan childfree dan mendorong pembaca untuk merenungkan lebih dalam mengenai pilihan hidup yang semakin mendapat perhatian dalam masyarakat kontemporer.