Writer: Raodatul - Senin, 29 Desember 2025 13:25:56
FYPMedia.id - Menyeruput kopi atau teh panas bagi banyak orang bukan sekadar kebiasaan, melainkan ritual yang memberi rasa nyaman dan ketenangan. Tak sedikit yang merasa minuman belum “nikmat” bila belum mengepul, bahkan secara khusus meminta sajian extra hot.
Namun, di balik sensasi hangat tersebut, para pakar kesehatan mengingatkan adanya risiko serius yang kerap diabaikan: potensi peningkatan kanker kerongkongan atau esofagus.
Isu minuman panas dan kanker bukan sekadar mitos kesehatan. Bukti ilmiah selama beberapa dekade terakhir menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi minuman bersuhu sangat tinggi dengan meningkatnya risiko kanker esofagus.
Meski tidak semua jenis kanker berkaitan dengan kebiasaan ini, pakar menilai masyarakat perlu lebih waspada terhadap suhu minuman yang dikonsumsi sehari-hari.
Minuman Panas dan Risiko Kanker, Apa Kata Ilmu?
Tidak semua kanker memiliki hubungan dengan minuman panas. Hingga kini, belum ada bukti kuat yang mengaitkan konsumsi minuman panas dengan kanker tenggorokan. Bukti terhadap kanker lambung juga masih dinilai belum konsisten.
Namun, hubungan paling kuat dan paling konsisten secara ilmiah ditemukan pada kanker esofagus atau kerongkongan.
Pada 2016, International Agency for Research on Cancer (IARC), badan riset kanker di bawah naungan World Health Organization (WHO), secara resmi mengklasifikasikan konsumsi minuman dengan suhu di atas 65 derajat Celsius sebagai “probably carcinogenic to humans” atau kemungkinan bersifat karsinogenik bagi manusia.
Klasifikasi ini menempatkan minuman sangat panas sejajar dengan beberapa faktor risiko lain, seperti:
- Paparan asap kayu di dalam ruangan
- Konsumsi daging merah dalam jumlah tinggi
Yang perlu digarisbawahi, faktor risiko utama bukanlah jenis minuman, baik kopi, teh, maupun minuman herbal melainkan suhu panasnya.
Baca Juga: 3 Fakta Penting: Minum Air Putih Bisa Bantu Keluarkan Batu Ginjal Secara Alami
Bukti Global: Dari Tradisi Lokal hingga Studi Modern
Sejumlah bukti awal mengenai risiko ini berasal dari Amerika Selatan, khususnya dari kebiasaan mengonsumsi maté, minuman herbal tradisional yang kerap diminum pada suhu sekitar 70 derajat Celsius.
Berbagai penelitian menemukan bahwa konsumsi maté panas dalam jangka panjang berkaitan dengan peningkatan risiko kanker esofagus.
Temuan serupa juga muncul dari wilayah Timur Tengah, Afrika, dan Asia, di mana konsumsi teh atau minuman panas lainnya merupakan bagian dari budaya sehari-hari.
Dalam beberapa tahun terakhir, bukti dari negara-negara Barat turut memperkuat temuan tersebut. Dikutip dari CNA, sebuah studi berskala besar di Inggris yang melibatkan hampir 500 ribu orang dewasa menemukan adanya hubungan signifikan antara konsumsi minuman yang diminum sangat panas dengan peningkatan risiko kanker esofagus.
Hasil studi itu menunjukkan bahwa individu yang mengonsumsi delapan cangkir atau lebih minuman sangat panas per hari memiliki risiko hampir enam kali lipat lebih tinggi terkena kanker esofagus dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi minuman panas.
Mengapa Minuman Panas Bisa Berbahaya?
Para ilmuwan sebenarnya telah menduga hubungan ini sejak hampir 90 tahun lalu. Meski mekanismenya kompleks, para pakar sepakat bahwa suhu tinggi memainkan peran kunci dalam memicu kerusakan kronis pada jaringan esofagus.
“Para peneliti menduga hubungan ini sejak hampir 90 tahun lalu. Mekanismenya diperkirakan ada melalui beberapa jalur,” jelas Vincent Ho, Associate Professor dan gastroenterolog klinis di Western Sydney University.
Berikut dua mekanisme utama yang paling banyak didukung bukti ilmiah:
1. Cedera Panas pada Lapisan Esofagus
Minuman bersuhu sangat tinggi dapat menyebabkan luka mikro pada lapisan sel esofagus. Bila cedera ini terjadi secara berulang dan dalam jangka panjang, tubuh akan terus melakukan proses regenerasi sel.
Masalahnya, proses perbaikan yang terlalu sering meningkatkan peluang terjadinya kesalahan regenerasi sel, yang berpotensi berkembang menjadi sel ganas.
Studi pada hewan memperkuat teori ini. Penelitian tahun 2016 menunjukkan bahwa tikus yang diberi air bersuhu 70 derajat Celsius lebih cepat mengalami pertumbuhan sel pra-kanker di esofagus dibandingkan tikus yang mengonsumsi air dengan suhu lebih rendah.
Baca Juga: 5 Alasan Minum Air Lemon Setiap Pagi Bisa Menjaga Imunitas Tubuh
2. Memperparah Refluks Asam Lambung
Kerusakan akibat panas juga diduga melemahkan lapisan pelindung alami esofagus. Akibatnya, esofagus menjadi lebih rentan terhadap paparan asam lambung.
Paparan asam lambung kronis atau refluks dikenal sebagai salah satu faktor risiko utama kanker esofagus, terutama jenis adenokarsinoma.
Dengan kata lain, minuman panas tidak hanya menyebabkan cedera langsung, tetapi juga memperburuk kondisi yang sudah berisiko bagi saluran cerna.
Tidak Hanya Suhu, Cara Minum Juga Berpengaruh
Menariknya, risiko tidak hanya ditentukan oleh seberapa panas minuman, tetapi juga cara dan pola konsumsi. Para peneliti menemukan bahwa jumlah minuman dalam sekali teguk serta kecepatan minum turut memengaruhi tingkat cedera panas.
Ukuran tegukan bahkan disebut lebih berpengaruh dibanding suhu itu sendiri. Tegukan besar (sekitar 20 ml) kopi bersuhu 65 derajat celcius dapat meningkatkan suhu di dalam esofagus hingga 12 derajat celcius.
Jika kebiasaan ini terjadi terus-menerus selama bertahun-tahun, risiko cedera panas kronis pun meningkat.
Sebaliknya, sesekali menyeruput kecil minuman panas tidak serta-merta berbahaya. Masalah muncul ketika kebiasaan minum panas dilakukan sering, cepat, dan dalam jumlah besar.
Paparan asam lambung kronis atau refluks dikenal sebagai salah satu faktor risiko utama kanker esofagus, terutama jenis adenokarsinoma.
Dengan kata lain, minuman panas tidak hanya menyebabkan cedera langsung, tetapi juga memperburuk kondisi yang sudah berisiko bagi saluran cerna.