Writer: Raodatul - Senin, 29 Desember 2025 09:55:37
FYPMedia.id - Persoalan gunungan sampah di berbagai titik Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kian memantik keresahan publik. Tumpukan sampah yang mengular di jalan utama, kawasan permukiman, hingga sekitar pasar tak hanya mengganggu estetika kota, tetapi juga memunculkan kekhawatiran serius soal kesehatan dan kenyamanan warga.
Kondisi ini menjadi salah satu ujian berat bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan di penghujung 2025.
Keluhan warga membanjiri media sosial dan saluran pengaduan publik. Bau menyengat, potensi penyakit, serta kemacetan akibat sampah yang meluber ke badan jalan membuat banyak warga merasa kesal.
Menyikapi situasi tersebut, Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak tinggal diam dan telah menyiapkan langkah strategis jangka pendek hingga jangka panjang untuk mengatasi krisis sampah ini.
Strategi dari Hulu: Perkuat TPS3R dan Bank Sampah
Menurut Benyamin, akar persoalan sampah harus ditangani sejak dari sumbernya. Oleh karena itu, Pemkot Tangsel akan memperkuat pengelolaan sampah dari sisi hulu dengan mengoptimalkan peran Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) serta bank sampah di tingkat kelurahan dan lingkungan permukiman.
“Dari sisi hulu, pengelolaan TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) serta bank sampah akan kita tingkatkan dan diperluas di tingkat kelurahan dan lingkungan permukiman,” kata Benyamin, dilansir dari detikcom, Senin (29/12/2025).
Kebijakan ini diarahkan agar masyarakat terbiasa memilah sampah sejak awal, sehingga volume sampah residu yang harus diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang dapat ditekan secara signifikan.
Benyamin menilai, tanpa perubahan perilaku di tingkat rumah tangga, persoalan sampah akan terus berulang meskipun armada dan infrastruktur ditambah.
Baca Juga: Pemkot Tangsel Bertindak Cepat Tutup Sampah Menggunung demi Redam Bau Menyengat
Dorong Teknologi Ramah Lingkungan Lewat PSEL
Tak hanya fokus pada pengelolaan sampah berbasis masyarakat, Pemkot Tangsel juga mendorong solusi dari sisi hilir melalui pemanfaatan teknologi modern yang lebih berkelanjutan. Salah satu opsi yang tengah dipersiapkan adalah skema Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).
“Pemkot Tangerang Selatan juga mendorong penerapan teknologi pengolahan sampah melalui skema PSEL (Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik) sebagai solusi jangka panjang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujar Benyamin.
PSEL dipandang sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap TPA sekaligus mengubah sampah menjadi sumber energi.
Jika terealisasi, teknologi ini diharapkan mampu menjadi terobosan besar dalam pengelolaan sampah perkotaan, sejalan dengan agenda pembangunan berwawasan lingkungan.
Armada Dikerahkan, Ritase Ditambah
Di tengah tekanan publik, Pemkot Tangsel juga melakukan langkah cepat untuk meredam dampak langsung tumpukan sampah.
Seluruh armada kebersihan dikerahkan secara maksimal, disertai dengan penambahan ritase atau jumlah perjalanan truk pengangkut sampah setiap harinya.
“Seluruh armada kebersihan dikerahkan secara maksimal dengan penambahan ritase dan pengaturan jam operasional agar sampah yang menumpuk dapat segera terangkut,” kata Benyamin.
Langkah ini dilakukan untuk memastikan sampah yang menumpuk di jalan dan kawasan publik bisa segera dibersihkan, sembari menunggu solusi jangka panjang berjalan.
Pemkot juga menyesuaikan jam operasional armada agar proses pengangkutan tidak mengganggu arus lalu lintas utama.
Baca Juga: 3 Fakta Mengejutkan di Balik Aksi Ormas Buang Sampah di Kantor Dinkes Bekasi
Tiga Wilayah Jadi Prioritas Pengangkutan
Dalam tahap penanganan awal, Pemkot Tangsel menetapkan sejumlah wilayah sebagai prioritas pengangkutan sampah. Wilayah tersebut dipilih berdasarkan tingkat penumpukan sampah serta dampaknya terhadap aktivitas warga.
“Pemerintah Kota Tangerang Selatan terus melakukan pengangkutan secara bertahap di sejumlah titik yang sebelumnya mengalami penumpukan, khususnya di wilayah Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Serpong, kawasan pasar, serta ruas-ruas jalan utama,” ujar Benyamin.
Wilayah-wilayah tersebut dikenal memiliki aktivitas ekonomi dan mobilitas warga yang tinggi, sehingga penanganan sampah di kawasan ini dianggap paling mendesak.
Pemerintah berharap, dengan fokus pada titik-titik krusial, gangguan terhadap kenyamanan dan arus lalu lintas bisa diminimalkan.
Kerja Sama Lintas Daerah, Gandeng Bogor dan Serang
Menyadari keterbatasan kapasitas TPA Cipeucang, Pemkot Tangsel juga mengambil langkah berani dengan menjalin kerja sama lintas daerah.
Pemerintah Kota Tangsel membuka peluang kolaborasi dengan sejumlah daerah lain, termasuk Kota Serang dan wilayah Bogor, untuk membantu pengelolaan sampah.
“Untuk mengurangi beban dan ketergantungan terhadap TPA Cipeucang, Pemkot Tangerang Selatan juga melakukan kerja sama lintas daerah, antara lain dengan Kota Serang, Bogor, serta beberapa daerah lainnya. Kerja sama ini menjadi langkah strategis agar pengelolaan sampah tetap berjalan optimal selama masa penanganan dan pembenahan di TPA Cipeucang,” kata Benyamin.
Kerja sama ini dinilai sebagai solusi taktis untuk memastikan sampah tetap terkelola di tengah proses pembenahan fasilitas utama di Tangsel.
Langkah lintas wilayah ini juga mencerminkan bahwa persoalan sampah bukan hanya isu lokal, melainkan tantangan regional yang memerlukan kolaborasi antardaerah.
Baca Juga: Coldplay Sumbang Kapal Pembersih Sampah Senilai Hampir Rp 12 Miliar
Imbauan kepada Warga: Tahan Buang Sampah Sementara
Di sisi lain, Pemkot Tangsel juga mengajak masyarakat untuk turut berperan aktif dalam mengatasi krisis sampah. Warga diimbau agar sementara waktu menahan pembuangan sampah di titik-titik pusat pengumpulan umum, jika memungkinkan.
“Pemkot mengimbau peran serta masyarakat untuk sementara waktu menahan sementara pembuangan di titik pusat pengumpulan umum bila memungkinkan, sambil menunggu pengangkutan selesai,” kata Benyamin, dikutip dari detikcom, Sabtu (27/12/2025).
Benyamin mengakui bahwa tumpukan sampah membuat warga merasa khawatir dan terganggu. Namun, ia menegaskan bahwa pengangkutan dilakukan secara terjadwal dan bertahap, dengan prioritas di lokasi yang paling berdampak.
“Pengangkutan sedang dijadwalkan dan akan dilakukan secara bertahap, dengan prioritas di lokasi-lokasi yang paling memengaruhi kenyamanan warga dan arus lalu lintas,” ujarnya.
Ujian Tata Kelola Sampah Perkotaan
Krisis sampah di Tangerang Selatan menjadi gambaran nyata tantangan tata kelola kota modern. Pertumbuhan penduduk, perubahan pola konsumsi, serta keterbatasan infrastruktur membuat pengelolaan sampah semakin kompleks.
Upaya Pemkot Tangsel memperkuat TPS3R, mendorong PSEL, hingga menggandeng daerah lain menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mencari solusi menyeluruh.
Namun demikian, keberhasilan penanganan sampah tetap membutuhkan peran aktif seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat.
Tanpa perubahan perilaku dan kesadaran kolektif, persoalan sampah berpotensi kembali terulang di masa depan.
Dengan langkah-langkah yang kini ditempuh, Pemkot Tangerang Selatan berharap krisis sampah dapat segera teratasi, sekaligus menjadi momentum perbaikan sistem pengelolaan sampah yang lebih tangguh, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.