Writer: Astriyani Sijabat - Senin, 01 Desember 2025 11:16:29
Pulau Sumatera kembali dilanda bencana besar yang mengguncang publik nasional.
Hingga 1 Desember 2025, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengonfirmasi bahwa jumlah korban meninggal akibat banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah melonjak menjadi 442 jiwa. Sementara itu, 402 orang masih dinyatakan hilang, memperlihatkan betapa dahsyatnya bencana hidrometeorologi yang melanda tiga provinsi tersebut selama sepekan terakhir.
Laporan terbaru ini memicu gelombang duka dan empati dari seluruh Indonesia. Bersamaan dengan itu, pemerintah pusat, TNI–Polri, Basarnas, hingga ribuan relawan terus bergerak mengepung lokasi bencana untuk mempercepat pencarian korban dan membuka jalur akses yang masih terputus.
Lonjakan Korban Meninggal di Sumatera Utara: 217 Jiwa Tewas
Kepala BNPB Suharyanto, dari Pos Pendukung Nasional di Tapanuli Utara, menjelaskan bahwa Sumatera Utara menjadi wilayah dengan korban terbanyak, yaitu:
- 217 orang meninggal dunia
- Korban ditemukan tersebar di:
- Tapanuli Tengah
- Tapanuli Selatan
- Kota Sibolga
- Tapanuli Utara
- Humbang Hasundutan
- Pakpak Barat
- Kota Padang Sidempuan
- Deli Serdang
- Nias
Banyaknya korban hilang di wilayah ini turut memperpanjang daftar pencarian yang dilakukan oleh tim SAR gabungan. Setidaknya 209 warga masih belum ditemukan, setelah keluarga melapor ke posko darurat di masing-masing kabupaten/kota.
Selain korban jiwa, pusat-pusat pengungsian mulai penuh dengan ribuan orang yang harus meninggalkan rumah mereka akibat banjir bandang, longsor, serta akses transportasi yang terputus.
Sebaran pengungsinya antara lain:
- 3.600 jiwa di Tapanuli Utara
- 1.659 jiwa di Tapanuli Tengah
- 4.661 jiwa di Tapanuli Selatan
- 4.456 jiwa di Kota Sibolga
- 2.200 jiwa di Humbang Hasundutan
- 1.378 jiwa di Mandailing Natal
Jumlah tersebut diperkirakan masih akan bertambah, mengingat masih banyak wilayah yang terisolasi dan belum seluruhnya terdata oleh petugas.
Aceh Berduka: 96 Korban Meninggal, 75 Orang Hilang
Provinsi Aceh juga mengalami dampak besar dari bencana ini. Total 96 warga meninggal dunia, sementara 75 lainnya masih dinyatakan hilang. Korban tersebar di 11 kabupaten/kota, antara lain:
- Bener Meriah
- Aceh Tengah
- Pidie Jaya
- Bireuen
- Aceh Tenggara
- Aceh Utara
- Aceh Timur
- Lhokseumawe
- Gayo Lues
- Subulussalam
- Nagan Raya
Yang mengkhawatirkan, jumlah pengungsi di Aceh telah mencapai sekitar 62.000 kepala keluarga. Banyak dari mereka terpaksa tinggal di tenda darurat dengan akses terbatas terhadap air bersih, makanan, hingga layanan kesehatan.
Cuaca ekstrem yang terus berlanjut membuat upaya pencarian korban berjalan penuh risiko. BNPB menegaskan bahwa setiap laporan warga menjadi petunjuk penting untuk menemukan korban yang masih hilang di daerah yang sulit dijangkau.
Sumatera Barat: 129 Meninggal, 118 Hilang, 16 Luka-Luka
Di Sumatera Barat, bencana banjir dan longsor juga menimbulkan kerusakan masif.
BNPB mencatat:
- 129 warga meninggal dunia
- 118 dinyatakan hilang
- 16 mengalami luka-luka
Para korban tersebar di sejumlah daerah yang terkenal sebagai wilayah rawan longsor:
- Kabupaten Agam
- Kota Padang Panjang
- Kota Padang
- Padang Pariaman
- Tanah Datar
- Pasaman Barat
- Pasaman
- Solok
- Kota Solok
- Pesisir Selatan
Tak hanya korban jiwa, jumlah pengungsi di Sumatera Barat mencapai 77.918 orang. Ribuan rumah tenggelam, ratusan jalan terputus, dan sejumlah jembatan rusak parah akibat terjangan air bah dan tanah longsor.
Banyak desa hingga hari ketujuh bencana masih terisolasi total, membuat distribusi logistik membutuhkan jalur alternatif melalui udara atau jalur darurat yang dibuka secara manual oleh petugas gabungan.
BNPB: Semua Lini Pemerintah Bergerak Total
Menurut Kepala BNPB, pemerintah telah mengerahkan seluruh kekuatan yang memungkinkan untuk mempercepat penanganan bencana. Unsur yang turun antara lain:
- Pemerintah daerah
- TNI dan Polri
- Basarnas
- BPBD provinsi dan kabupaten/kota
- Relawan nasional
- Kementerian/Lembaga terkait
Fokus utama pemerintah saat ini ada pada:
- Pencarian dan penyelamatan korban
- Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi
- Pembukaan akses ke wilayah terisolasi
- Pemulihan logistik dan komunikasi
- Pencegahan bencana susulan di area lereng rawan longsor
BNPB menegaskan bahwa situasi ini merupakan darurat bencana besar, dan seluruh unsur pemerintah tengah bekerja tanpa jeda sejak hari pertama.
Mengapa Banjir dan Longsor di Sumatera Begitu Parah?
Sejumlah ahli menyebutkan bahwa beberapa faktor memperparah dampak bencana kali ini:
1. Curah Hujan Ekstrem Akibat Anomali Cuaca
Fenomena seperti Madden–Julian Oscillation (MJO), La Niña, hingga pemanasan laut menjadi pemicu hujan dengan intensitas sangat tinggi.
2. Topografi Pegunungan dan Lembah
Sumatera memiliki kontur yang rentan terhadap longsor, terutama saat hujan turun terus-menerus.
3. Kerusakan Lahan dan Hutan
Alih fungsi lahan serta deforestasi mempercepat aliran air permukaan, memicu banjir dan membawa material longsor dalam jumlah besar.
4. Permukiman di Daerah Rawan Bencana
Banyak desa berada di bantaran sungai dan lereng bukit, membuat masyarakat lebih rentan saat intensitas hujan meningkat.
Duka Nasional, Aksi Kemanusiaan Mengalir
Tragedi ini memicu lonjakan dukungan kemanusiaan dari berbagai pihak:
mulai dari komunitas lokal, organisasi sosial, perusahaan, hingga diaspora Indonesia di luar negeri. Sumbangan berupa logistik makanan, pakaian, obat-obatan, dan alat kebersihan mengalir menuju pos-pos bantuan.
Di media sosial, berbagai tagar soal bencana Sumatera pun menduduki trending selama beberapa hari, menggambarkan besarnya kepedulian publik.
Penutup: Bencana Besar, Tanggung Jawab Bersama
Tragedi banjir dan longsor di Sumatera pada akhir 2025 ini menjadi peringatan penting bahwa Indonesia berada dalam ancaman serius perubahan iklim dan kerentanan lingkungan.
Dengan 442 korban meninggal, 402 orang hilang, serta ratusan ribu jiwa mengungsi, bencana ini bukan hanya angka, tetapi luka yang mendalam bagi bangsa. Upaya pemulihan masih panjang, tetapi solidaritas, kecepatan respon, dan sinergi nasional akan menjadi kunci mengurangi dampak lebih lanjut.
Semoga pencarian korban berjalan lancar dan para penyintas segera mendapatkan keamanan serta kebutuhan dasar yang layak.