Writer: Raodatul - Rabu, 19 November 2025
FYPMedia.id - Kasus orang mendadak kolaps saat olahraga, bahkan yang terlihat bugar dan terbiasa beraktivitas fisik, kembali menjadi perhatian publik. Fenomena ini kerap mengejutkan karena terjadi tanpa tanda-tanda awal yang jelas.
Meski olahraga dikenal sebagai aktivitas yang menyehatkan, tidak semua orang menyadari bahwa tubuh yang tampak bugar sekalipun masih memiliki potensi risiko kolaps mendadak.
Spesialis penyakit dalam konsultan kardiovaskular Brawijaya Hospital, dr Simon Salim, SpPD-KKV, menegaskan bahwa kasus kolaps saat berolahraga sebenarnya lebih jarang dibanding kolaps saat seseorang tidak aktif bergerak.
"Kalau dilihat secara keseluruhan, mereka yang berolahraga itu angka kolaps tiba-tibanya lebih sedikit dibandingkan mereka yang nggak pernah berolahraga," jelasnya dikutip dari detikcom, Rabu (18/11/2025).
Namun, fakta tersebut tidak berarti olahraga sepenuhnya bebas risiko. Ada kondisi tertentu yang membuat seseorang lebih rentan mengalami kolaps mendadak meski sudah menjaga pola hidup sehat.
3 Kelompok Pemicu Utama Kolaps Saat Olahraga
Untuk memudahkan pemahaman, berbagai penyebab kolaps dapat dirangkum menjadi tiga kelompok besar:
Faktor gaya hidup,
Masalah jantung, dan
Faktor medis lain di luar jantung.
Masing-masing memiliki mekanisme yang berbeda, tetapi semuanya dapat menyebabkan seseorang tiba-tiba tumbang tanpa gejala awal.
Baca Juga: 15 Menit Sehari! Ini Rahasia Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat
1. Faktor Gaya Hidup dan Kondisi Fisik yang Tidak Stabil
Kelompok pemicu pertama adalah kondisi sederhana namun sering diremehkan oleh banyak orang yang rutin berolahraga. Ini termasuk:
• Dehidrasi
Kehilangan cairan dan elektrolit seperti kalium dan magnesium dapat mengganggu fungsi listrik jantung. Tanpa disadari, ini bisa memicu aritmia atau denyut jantung tidak teratur.
• Kurang energi sebelum berolahraga
Olahraga membutuhkan cadangan energi yang cukup. Jika seseorang memulai aktivitas fisik dalam keadaan perut kosong atau kekurangan nutrisi, tubuh dapat jatuh pada kondisi hipoglikemia yang menyebabkan pusing dan kolaps.
• Kurang tidur
Kurang tidur menurunkan kemampuan jantung mempertahankan ritme stabil, terlebih ketika tubuh diberi beban aktivitas berat.
• Overexertion (memaksakan diri)
Banyak kasus kolaps terjadi pada orang yang memaksakan intensitas latihan di luar kemampuan tubuh. Kombinasi antara adrenalin, kelelahan, dan kekurangan energi dapat memicu gangguan jantung mendadak.
Pemicu kelompok ini tampak sederhana, tetapi justru paling sering ditemui pada individu yang menyepelekan kebutuhan dasar tubuh.
2. Faktor Kesehatan Jantung — Pemicu yang Paling Berbahaya
Walau tidak semua kolaps berkaitan dengan jantung, sebagian besar kasus fatal memang berasal dari problem kardiovaskular. Dr Simon menekankan bahwa penyebabnya tidak selalu serangan jantung seperti yang banyak orang kira.
"Tergantung. Nggak semua gara-gara serangan jantung. Ada yang memang gara-gara gangguan irama jantung," ujar dr Simon.
"Ada lagi yang bukan karena jantung sama sekali, karena penyebabnya banyak dan tergantung hasil autopsi harusnya," lanjutnya.
Beberapa gangguan jantung yang dapat memicu kolaps antara lain:
• Aritmia (gangguan irama jantung)
Saat berolahraga, kadar adrenalin meningkat. Pada orang yang memiliki kelainan listrik jantung bawaan, kondisi ini bisa memicu henti jantung mendadak.
• Penyakit jantung koroner
Pada usia 35 tahun ke atas, penyempitan pembuluh darah jantung menjadi penyebab utama kolaps. Faktor risikonya termasuk hipertensi, kolesterol tinggi, riwayat keluarga, merokok, dan diabetes.
• Kelainan struktural jantung
Kardiomiopati hipertrofik (HCM) dan displasia ventrikel kanan aritmogenik (ARVD) adalah dua kelainan yang dapat menyebabkan aritmia berat saat olahraga intens.
• Henti jantung mendadak (Sudden Cardiac Arrest)
Ini terjadi ketika jantung mengalami “korslet listrik” dan tidak mampu memompa darah. Pada banyak kasus, henti jantung terjadi pada individu yang belum pernah didiagnosis memiliki gangguan jantung.
Kelompok ini adalah pemicu paling berbahaya dan sering kali terjadi tanpa adanya gejala awal.
Baca Juga: 6 Teknik Jalan Kaki yang Bantu Bakar Lemak Lebih Maksimal, Bye-bye Perut Buncit
3. Faktor Medis Lain yang Tidak Berkaitan Langsung Dengan Jantung
Selain jantung dan gaya hidup, ada pula pemicu lain yang jarang dipikirkan namun dapat membuat seseorang tiba-tiba kolaps, seperti:
Hipotensi ortostatik (tekanan darah turun drastis ketika berdiri)
Gangguan saraf tertentu
Cedera kepala
Masalah pernapasan akut
Meski tidak selalu berhubungan langsung dengan aktivitas olahraga, kondisi-kondisi ini dapat menjadi risiko tambahan saat tubuh diberi beban aktivitas fisik.
Apakah Ada Tanda Peringatan?
Sayangnya, menurut dr Simon, kasus kolaps saat olahraga tidak memiliki tanda peringatan spesifik. Banyak pasien yang tampak baik-baik saja sesaat sebelum tumbang.
"Sayangnya nggak ada. Maka pencegahan yang terbaik adalah semua orang di public space itu harus mampu melakukan RJP atau resusitasi jantung paru, harus mampu melakukan bantuan hidup dasar," tutur dr Simon.
Ia menambahkan bahwa keberadaan alat Automated External Defibrillator (AED) di ruang publik sangat penting untuk menyelamatkan nyawa.
"Setiap orang, pegawai, atau bahkan kita sendiri mampu melakukan bantuan hidup dasar. Mampu melakukan resusitasi jantung paru dan ada AED di public space, itu yang penting," pungkasnya.
Baca Juga: 6 Olahraga Simpel Buat Si Paling Sibuk dan Mageran, Coba Sekarang!
Bagaimana Mencegah Kolaps Saat Berolahraga?
Meski tidak ada cara untuk menghilangkan risiko sepenuhnya, ada beberapa langkah pencegahan penting:
Lakukan pemanasan dan pendinginan yang memadai
Jangan olahraga saat kurang tidur atau dalam kondisi sangat lelah
Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
Hindari memaksakan diri
Lakukan pemeriksaan medis rutin, terutama bila memiliki faktor risiko jantung
Hentikan olahraga jika merasa pusing, mual, atau nyeri dada
Pertolongan Pertama Bila Seseorang Kolaps
Jika melihat seseorang tiba-tiba jatuh saat olahraga:
Periksa respons dan napas
Segera panggil bantuan medis
Lakukan RJP (CPR) bila tidak ada respons
Gunakan AED jika tersedia
Waktu respons sangat menentukan peluang korban untuk selamat.
Kesimpulan
Kolaps saat berolahraga bukan hanya dipicu oleh masalah jantung, tetapi juga faktor gaya hidup dan kondisi kesehatan lain yang kerap tidak disadari.
Karena tidak ada tanda peringatan yang spesifik, penting bagi masyarakat untuk memahami risiko, menerapkan gaya hidup sehat, dan menguasai keterampilan pertolongan pertama seperti CPR.
Olahraga tetap membawa manfaat besar, tetapi kewaspadaan dan edukasi publik dapat menjadi benteng utama mencegah kejadian fatal. Jika seseorang tiba-tiba kolaps, tindakan cepat bisa menjadi perbedaan antara hidup dan kematian.