FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
Iran Dilanda Krisis Air Terburuk 50 Tahun: 7 Fakta Mengejutkan tentang Operasi Penyemaian Awan

News

Iran Dilanda Krisis Air Terburuk 50 Tahun: 7 Fakta Mengejutkan tentang Operasi Penyemaian Awan

Writer: Astriyani Sijabat - Senin, 17 November 2025

Iran Dilanda Krisis Air Terburuk 50 Tahun: 7 Fakta Mengejutkan tentang Operasi Penyemaian Awan
Sumber gambar: https://www.liputan6.com/global/read/6213431/iran-lakukan-penyemaian-awan-di-tengah-krisis-air-parah

FYP Media - Krisis air di Iran mencapai titik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Negara yang selama ini dikenal berada di kawasan kering kini menghadapi kondisi yang jauh lebih ekstrem akibat perubahan iklim yang semakin tidak terkendali. Pada pertengahan November 2025, pemerintah Iran akhirnya mengambil langkah besar—bahkan terbilang radikal—yaitu mengaktifkan kembali program penyemaian awan (cloud seeding) secara masif untuk memicu hujan buatan.

Langkah ini memicu perhatian dunia karena menunjukkan betapa seriusnya situasi yang dihadapi Iran. Dari waduk yang hampir kosong, danau yang mengering menjadi hamparan garam, hingga ancaman nyata kekurangan air minum di kota besar seperti Teheran, kondisi ini bukan sekadar krisis biasa. Ini adalah alarm keras yang mengancam keberlangsungan hidup jutaan orang.

Berikut rangkuman 7 fakta besar dan mengejutkan tentang penyemaian awan di Iran dan bagaimana negara tersebut berjuang di tengah krisis air terburuk dalam setengah abad terakhir.

1. Curah Hujan Iran Turun 89%—Level Terendah dalam 50 Tahun

Menurut data resmi dari Organisasi Meteorologi Iran, curah hujan nasional turun sekitar 89% dibandingkan rata-rata historis. Ini bukan penurunan kecil, melainkan kejatuhan dramatis yang membuat musim gugur 2025 menjadi musim paling kering dalam 50 tahun.

Dengan kondisi seperti ini, tanah tidak mampu menyimpan kelembapan, sungai merosot drastis, dan cadangan air tanah anjlok. Para ahli menilai ini adalah kombinasi antara perubahan iklim global, naiknya suhu ekstrem, dan manajemen air yang tidak berkelanjutan sejak puluhan tahun lalu.

2. Pemerintah Iran Mulai Operasi Penyemaian Awan dengan Pesawat dan Drone

Otoritas Iran memulai operasi penyemaian awan di wilayah cekungan Danau Urmia, salah satu area yang paling terdampak. Operasi ini dilakukan dengan pesawat khusus dan drone yang menyebarkan bahan kimia ke awan, seperti silver iodide, untuk mempercepat proses kondensasi agar hujan turun.

Menurut Mohammad Mehdi Javadian-Zadeh, Kepala Pusat Riset Penyemaian Awan Nasional, program ini akan berjalan hingga pertengahan Mei dan mencakup berbagai daerah tangkapan air penting.

Langkah ini bukan hal baru bagi Iran, tetapi skala operasinya kali ini jauh lebih besar dari sebelumnya, menandakan urgensi yang sangat tinggi.

3. Kekeringan Telah Masuk Tahun Kelima dan Makin Parah

Iran telah mengalami kekeringan berturut-turut selama lima tahun terakhir, tetapi 2025 tercatat sebagai yang paling buruk. Waduk-waduk utama menyusut drastis, beberapa bahkan berada pada kapasitas terbesar hanya 10–20%.

Kondisi ekstrem ini memengaruhi berbagai aspek kehidupan:

  • Pertanian runtuh di banyak daerah
  • Listrik dari tenaga air menurun tajam
  • Pasokan air kota berlangsung ketat dan terbatas
  • Konflik antarwilayah terkait distribusi air meningkat

Para ekonom memperkirakan kerugian miliaran dolar jika situasi ini berlanjut.

4. Danau Urmia Berubah Menjadi Padang Garam — Simbol Krisis Ekologis

Dua dekade lalu, Danau Urmia adalah danau terbesar di Timur Tengah. Tempat itu menjadi tujuan wisata utama, dengan hotel, restoran, dan kapal wisata yang meramaikan kawasan tersebut.

Namun kini, kondisi berubah drastis:

  • Kapal-kapal berkarat di atas tanah kering
  • Air danau menyusut hingga tinggal sebagian kecil
  • Permukaan berubah menjadi hamparan garam yang luas
  • Ekosistem lokal hampir punah

Danau Urmia menjadi simbol paling mencolok dari krisis air Iran—bukti bagaimana kelalaian tata kelola air, eksploitasi berlebihan, dan perubahan iklim menciptakan bencana lingkungan besar-besaran.

5. Ancaman Kekurangan Air Minum di Kota-Kota Besar

Press TV, media pemerintah Iran, melaporkan bahwa krisis air telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Pasokan air minum untuk kota besar, termasuk Teheran, berada dalam ancaman serius.

Beberapa wilayah bahkan mulai mengalami:

  • Giliran air (water rationing)
  • Tekanan air rendah selama berhari-hari
  • Larangan penyiraman taman dan penggunaan air non-esensial

Situasi ini menciptakan kekhawatiran sosial yang cukup besar karena distribusi air bersih menjadi persoalan vital bagi 10 juta penduduk Teheran dan puluhan juta warga kota lain.

6. Warga Dipaksa Berhemat Air Secara Ketat

Pemerintah meluncurkan kampanye nasional untuk menghemat air, menginstruksikan warga agar:

  • Mengurangi penggunaan air rumah tangga
  • Menghindari pemborosan seperti mencuci mobil
  • Memasang alat hemat air
  • Menampung air hujan (jika turun)
  • Membatasi penggunaan air untuk kegiatan non-prioritas

Situasi ini membuat masyarakat semakin waspada dan cemas. Banyak keluarga mulai menyimpan air cadangan, sementara beberapa daerah pedalaman mengandalkan kiriman air menggunakan truk tangki.

7. Penyemaian Awan Dinilai Bukan Solusi Permanen, Hanya “Tambal Sulam”

Meskipun terdengar sebagai teknologi canggih dan cepat, para ahli mengingatkan bahwa cloud seeding bukan solusi jangka panjang. Penyemaian awan membutuhkan keberadaan awan yang cukup, dan tidak selalu efektif ketika atmosfer terlalu kering.

Selain itu, penyemaian awan tidak mampu menggantikan kebutuhan air masif yang dibutuhkan Iran untuk:

  • pertanian besar-besaran,
  • industri,
  • konsumsi rumah tangga,
  • dan pemulihan ekosistem.

Para peneliti menganggap langkah ini sebagai upaya darurat, bukan jalan keluar permanen. Namun, dalam kondisi sedarurat sekarang, Iran tidak memiliki banyak pilihan.

Kesimpulan: Krisis Air Iran adalah Peringatan Global

Penyemaian awan yang dilakukan Iran adalah sinyal keras bagi dunia: perubahan iklim bukan ancaman masa depan, tetapi realitas masa kini. Iran menjadi contoh nyata bagaimana negara kering dapat terjerumus dalam bencana ekologis besar ketika curah hujan merosot, sumber air habis, dan tata kelola tidak memadai.

Dengan curah hujan turun hampir 90%, danau mengering, kota kekurangan air, dan operasi penyemaian awan yang berlangsung besar-besaran, krisis di Iran adalah alarm global bahwa dunia perlu memperbaiki tata kelola air, memperkuat ketahanan iklim, dan mengurangi emisi karbon untuk mencegah bencana serupa di masa depan.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us