Writer: Riyadz Aqsha - Senin, 08 Desember 2025 00:33:43
erbandingan kekuatan paspor antarnegara di kawasan ASEAN menunjukkan kesenjangan mobilitas internasional yang cukup lebar pada tahun 2025. Setiap negara memiliki jumlah akses bebas visa yang berbeda, dipengaruhi hubungan diplomatik dan kerja sama lintas kawasan. Kondisi ini menciptakan tingkat kemudahan perjalanan yang sangat bervariasi bagi warga negara di Asia Tenggara.
Data terbaru dari Henley Passport Index kembali menempatkan Singapura sebagai negara dengan paspor terkuat di ASEAN. Warga Singapura dapat mengunjungi hingga 193 destinasi tanpa harus mengurus visa sebelum keberangkatan. Angka ini menjadikan Singapura sebagai salah satu negara dengan tingkat mobilitas global terbaik di dunia.
Malaysia berada di urutan kedua di kawasan ASEAN dengan total akses bebas visa ke 181 negara. Paspor Malaysia termasuk dalam kategori sangat kuat, memberikan peluang mobilitas tinggi bagi warganya untuk keperluan pendidikan, bisnis, maupun pariwisata. Posisi Malaysia di indeks global juga terus stabil selama beberapa tahun terakhir.
Di posisi ketiga terdapat Brunei Darussalam dengan akses bebas visa ke 164 negara. Meski jumlahnya tidak sebesar Singapura dan Malaysia, paspor Brunei tetap menjadi salah satu yang paling dihormati di kawasan Asia Tenggara. Faktor stabilitas politik dan hubungan diplomatik turut mendukung kekuatan paspor negara tersebut.
Sementara itu, Indonesia berada di peringkat keenam di ASEAN dengan akses bebas visa ke 73 negara. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibanding beberapa tahun sebelumnya, namun masih jauh tertinggal dari negara-negara tetangga terkuat di kawasan. Hal ini memperlihatkan bahwa Indonesia perlu memperkuat hubungan internasional untuk meningkatkan jumlah negara tujuan tanpa visa.
Di sisi lain, negara-negara ASEAN lainnya menghadapi akses yang lebih terbatas, sehingga selisih destinasi bebas visa antarnegara mencapai lebih dari 140 wilayah. Kesenjangan ini menggambarkan perbedaan signifikan dalam tingkat kebebasan bergerak masyarakat di kawasan Asia Tenggara. Semakin kuat paspor suatu negara, semakin besar peluang warganya terlibat dalam aktivitas internasional.
Fenomena ini mempertegas bahwa kekuatan paspor tidak hanya mencerminkan kemudahan bepergian, tetapi juga kualitas diplomasi sebuah negara. Akses bebas visa dipengaruhi kesepakatan bilateral, stabilitas politik, hingga kepercayaan internasional terhadap sistem keamanan negara asal. Negara yang dipandang stabil dan kuat secara ekonomi biasanya mendapatkan lebih banyak kesepakatan kemudahan perjalanan.
Mobilitas global yang ditawarkan paspor kuat juga berdampak pada sektor pendidikan. Warga negara dengan akses visa yang luas dapat lebih mudah mengikuti program akademik di berbagai negara. Kesempatan untuk mengikuti konferensi internasional, pertukaran pelajar, hingga pelatihan profesional semakin terbuka lebar.
Di bidang bisnis, kekuatan paspor menjadi faktor penting bagi pelaku usaha, termasuk investor dan profesional yang membutuhkan mobilitas tinggi. Perjalanan bisnis yang lebih praktis dapat meningkatkan peluang ekspansi pasar, kolaborasi perusahaan, hingga investasi global. Negara dengan paspor kuat secara tidak langsung memberikan keuntungan kompetitif bagi sumber daya manusianya.
Selain itu, kerja sama internasional dalam sektor pariwisata juga mendapat efek positif dari kekuatan paspor. Negara-negara dengan paspor kuat memiliki warganya yang lebih leluasa menjelajahi destinasi dunia tanpa hambatan administrasi. Hal ini juga berkontribusi pada peningkatan ekonomi sektor perjalanan internasional.
Meski demikian, negara dengan akses visa lebih rendah tetap memiliki ruang untuk meningkatkan peringkatnya melalui diplomasi aktif. Pemerintah dapat memperluas kerja sama bilateral, meningkatkan keamanan dokumen perjalanan, serta memperkuat hubungan internasional untuk memperoleh lebih banyak perjanjian bebas visa. Langkah-langkah ini terbukti efektif di sejumlah negara yang mengalami peningkatan peringkat dalam beberapa tahun terakhir.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar di ASEAN, memiliki potensi kuat untuk memperluas akses bebas visa di masa mendatang. Perbaikan kebijakan perjalanan, penguatan diplomasi bilateral, hingga kolaborasi keamanan dokumen dapat menjadi langkah strategis. Upaya ini penting agar mobilitas warga Indonesia dapat berkembang seiring kebutuhan globalisasi.
Kesenjangan antarnegara di ASEAN mencerminkan bahwa mobilitas paspor merupakan bagian dari dinamika geopolitik. Semakin kuat hubungan internasional suatu negara, semakin besar peluang masyarakatnya untuk mendapatkan akses perjalanan yang lebih luas. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan paspor bukan hanya hasil kebijakan satu sektor, melainkan harmonisasi banyak aspek pemerintahan.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan mobilitas global, perbandingan kekuatan paspor menjadi indikator penting perkembangan hubungan internasional di kawasan ASEAN. Kesenjangan saat ini memperlihatkan bahwa masih banyak ruang bagi negara-negara tertentu untuk mengejar ketertinggalan. Upaya diplomatik dan kerja sama global akan terus menjadi kunci penting dalam meningkatkan peringkat paspor di masa mendatang.