Writer: Raodatul - Minggu, 21 Desember 2025 12:31:48
FYPMedia.id - Memasuki penghujung tahun 2025, pasar saham global dan domestik masih menawarkan peluang menarik, meski dibayangi berbagai tantangan besar. Isu tarif perdagangan, ketegangan geopolitik, hingga ketidakpastian arah ekonomi global belum sepenuhnya mereda.
Namun di tengah tekanan tersebut, pasar keuangan justru menunjukkan daya tahan yang solid. Hingga 12 Desember 2025, bursa saham Amerika Serikat dan Indonesia sama-sama mencatatkan kinerja impresif.
Indeks S&P 500 menguat sekitar 16,34% secara year-to-date (YTD), sementara IHSG melesat lebih tinggi dengan kenaikan 20,9% YTD.
Performa ini mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap inflasi yang semakin terkendali serta ekspektasi kebijakan moneter global yang mulai lebih akomodatif.
Meski demikian, di balik euforia jangka pendek, terdapat perbedaan karakter yang cukup kontras antara pasar saham Amerika Serikat dan Indonesia, terutama jika dilihat dalam perspektif jangka panjang.
Wall Street Masih Jadi Magnet Utama Modal Global
Dalam lima tahun terakhir, kesenjangan kinerja antara bursa AS dan Indonesia semakin nyata. S&P 500 tumbuh sekitar +84,1%, hampir dua kali lipat dibandingkan IHSG yang naik sekitar +41,9%. Data ini menegaskan dominasi Wall Street sebagai tujuan utama aliran modal global.
Keunggulan pasar saham AS tidak hanya berasal dari performa emiten, tetapi juga faktor struktural seperti likuiditas yang sangat dalam, dominasi investor institusional global, serta keberadaan perusahaan teknologi raksasa berkapitalisasi besar.
Sepanjang 2025, penguatan Wall Street banyak ditopang oleh saham-saham teknologi dan kecerdasan buatan (AI) seperti Nvidia, Microsoft, Meta, dan Google. Nvidia bahkan mencatatkan kenaikan lebih dari 25% YTD, dengan kapitalisasi pasar menembus US$4,6 triliun.
Sebagai perbandingan, total kapitalisasi 50 saham terbesar di Indonesia berada di kisaran Rp14.856 triliun atau sekitar US$888 miliar, jauh di bawah valuasi Nvidia seorang diri. Fakta ini menegaskan jurang likuiditas dan daya tarik dana global antara kedua pasar.
Baca Juga: 5 Manfaat Investasi Emas di Usia 20-an, Biar Masa Depan Nggak Cuma Wacana!
Arah Kebijakan The Fed Jadi Kunci 2025–2026
Dari sisi makroekonomi, sentimen positif pasar sepanjang 2025 banyak ditopang oleh perubahan sikap The Federal Reserve (The Fed). Setelah periode pengetatan agresif pada 2022–2023, bank sentral AS mulai membuka ruang pelonggaran kebijakan moneter.
Suku bunga acuan AS diperkirakan berada di kisaran 3,50%–3,75% pada akhir 2025, seiring inflasi yang lebih terkendali, pasar tenaga kerja yang mulai melandai, dan pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil.
Meski begitu, The Fed tetap menekankan pendekatan data-dependent, sehingga setiap rilis inflasi dan ketenagakerjaan akan menjadi katalis utama pergerakan pasar.
Untuk 2026, konsensus pasar memperkirakan penurunan suku bunga lanjutan yang lebih terbatas ke kisaran 3,00%–3,50%, dengan skenario dasar soft landing.
Dalam kondisi ini, pasar saham AS masih berpeluang melanjutkan tren positif, meski dengan laju yang lebih selektif dan volatil akibat valuasi yang sudah relatif tinggi.
Di sisi lain, IHSG berpotensi memperoleh sentimen positif dari kondisi global yang lebih longgar, stabilitas ekonomi domestik, serta peluang kembalinya arus dana asing.
Namun, volatilitas tetap menjadi tantangan mengingat likuiditas pasar yang lebih terbatas dan sensitivitas tinggi terhadap arus modal global.
Strategi Investasi & Pentingnya Aplikasi Saham Terdaftar OJK
Di tengah dinamika pasar 2025–2026, strategi investasi menjadi semakin krusial. Investor dituntut untuk disiplin dalam manajemen risiko, selektif memilih aset, serta memanfaatkan teknologi melalui aplikasi saham yang terdaftar dan diawasi OJK.
Aplikasi investasi yang aman dan teregulasi tidak hanya memberikan perlindungan hukum, tetapi juga menyediakan data real-time, biaya transaksi yang transparan, serta kemudahan pemantauan portofolio.
Faktor-faktor inilah yang menjadi fondasi penting untuk bertahan dan berkembang di tengah pasar global yang terus berubah.
Berikut 5 aplikasi saham teraman dan terdaftar OJK yang banyak digunakan investor Indonesia hingga akhir 2025:
Baca Juga: 5 Manfaat Investasi Properti di Usia 20-an, Modal Muda Menuju Kaya Raya
1. Pluang
Pluang terus memperkuat posisinya sebagai salah satu aplikasi investasi multi-aset terdepan di Indonesia, dengan lebih dari 12 juta pengguna. Platform ini menawarkan akses luas ke berbagai instrumen dalam satu aplikasi.
Fitur & Keunggulan Utama:
- 620+ aset crypto (pair IDR & USD/USDT)
- 650 saham & ETF Amerika Serikat
- Perdagangan saham AS & ETF 24 jam (Senin–Sabtu)
- USD Yield hingga 3,88%
- Leverage hingga 4×
- Options saham AS dengan 650+ underlying
- Pro Features: advanced order, TP/SL, dan web trading berbasis TradingView
- Rating 4,8/5 di Google Play Store
Seluruh transaksi berada di bawah pengawasan OJK dan Bappebti, serta tercatat di lembaga resmi seperti JFX, KBI, CFX, KKI, dan KSEI.
Catatan Risiko: Produk saham AS, ETF, leverage, dan options tetap memiliki risiko fluktuasi harga dan potensi kerugian.
2. Mandiri Sekuritas (Growin’)
Growin’ merupakan platform digital dari Mandiri Sekuritas yang terintegrasi dengan ekosistem perbankan Mandiri.
Keunggulan:
- Saham BEI, reksa dana, dan obligasi
- Akses via mobile, web, dan Livin’ by Mandiri
- Trade Now, Pay Later hingga 2,8× net cash
- Data pasar real-time & riset internal
Catatan Risiko: Fasilitas marjin perlu disesuaikan dengan profil risiko investor.
3. M-Stock (Mirae Asset)
Aplikasi trading saham dari PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia yang fokus pada pasar domestik.
Keunggulan:
- Trading via web & mobile
- Chart real-time dan analisis teknikal lengkap
- Cocok untuk trader aktif
Catatan Risiko: Fluktuasi harga saham dan biaya transaksi tetap perlu diperhatikan.
Baca Juga: Fitur Bibit Recap Jadi Tambah Senang Berinvestasi
4. Semesta Online Trading
Platform trading saham BEI dengan tampilan sederhana dan fungsional.
Keunggulan:
- Akses ke 1.000+ saham BEI
- Fitur AMO, alerts, dan monitoring portofolio
Catatan Risiko: Investor tetap harus memahami risiko pasar dan pajak transaksi.
5. IPOT (Indo Premier)
IPOT menawarkan ekosistem investasi yang komprehensif untuk berbagai instrumen.
Keunggulan:
- Saham, ETF, reksa dana, dan obligasi
- Robo Trading dan auto-orders
- Kalender aksi korporasi terintegrasi
Catatan Risiko: Risiko pasar dan perubahan suku bunga tetap perlu diperhitungkan.
Kesimpulan
Di tengah momentum pasar 2025 dan pesatnya adopsi teknologi finansial, setiap aplikasi saham menawarkan nilai tambah yang berbeda, baik dari sisi produk, fitur, maupun biaya.
Investor disarankan untuk membandingkan seluruh aspek tersebut sekaligus memastikan aplikasi yang digunakan terdaftar dan diawasi OJK.
Sepanjang 2025, Pluang terlihat menonjol berkat akses luas ke saham AS, ETF, USD Yield hingga 3,88%, serta produk options yang relatif lengkap di bawah pengawasan regulator.
Pada akhirnya, keputusan investasi tetap harus disesuaikan dengan tujuan finansial dan profil risiko masing-masing investor. Edukasi yang memadai, pemahaman risiko, dan pemilihan platform yang aman menjadi kunci menghadapi pasar global yang semakin kompleks.
Disclaimer: Informasi ini bersifat edukasi dan bukan merupakan rekomendasi jual atau beli. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan masing-masing investor.