FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
Daur Ulang Produk Ekraf Jadi Kunci Tekan Limbah Fashion Nasional

News

Daur Ulang Produk Ekraf Jadi Kunci Tekan Limbah Fashion Nasional

Writer: Raodatul - Minggu, 21 Desember 2025 12:31:10

Daur Ulang Produk Ekraf Jadi Kunci Tekan Limbah Fashion Nasional
Sumber gambar: Ilustrasi Daur Ulang/Freepik

FYPMedia.id - Industri ekonomi kreatif, khususnya sektor fesyen, kini menghadapi tantangan besar di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap krisis lingkungan. 

Di balik pertumbuhan pesat industri fashion, tersembunyi persoalan serius berupa lonjakan limbah tekstil yang berdampak langsung pada pencemaran lingkungan dan perubahan iklim.

Karena itu, program daur ulang produk ekonomi kreatif (ekraf) dinilai semakin penting untuk mencegah industri ini menghasilkan sampah berlebih. 

Upaya ini tidak hanya menyentuh aspek lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui konsep fesyen berkelanjutan dan ekonomi sirkular.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) pun mulai mengambil langkah konkret. 

Salah satu terobosannya adalah mendaur ulang seragam kantor yang sudah tidak terpakai menjadi produk baru, sebagai bagian dari transformasi industri fesyen yang lebih ramah lingkungan.

Fesyen Sirkular: Solusi di Tengah Ancaman Limbah Fast Fashion

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, menegaskan bahwa konsep fesyen sirkular bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak di tengah tingginya produksi limbah tekstil, khususnya dari industri fast fashion.

"Fesyen sirkular bukan hanya mengedepankan estetika, tetapi juga functionality. Maka, kita harus paham sustainable seperti apa daur ulang masuk dalam fenomena fast fashion, mengingat 10 persen dari limbah-limbah yang ada di sekitar kita berasal dari produk fast fashion," kata Wakil Menteri Ekraf, Irene Umar, seperti dikutip Antara, Minggu (21/12/2025).

Pernyataan ini menegaskan bahwa fesyen berkelanjutan tidak hanya soal desain yang menarik, tetapi juga tentang umur pakai produk, nilai guna ulang, dan dampak lingkungannya. 

Fast fashion yang selama ini dikenal murah dan cepat berganti tren, justru menjadi salah satu kontributor terbesar limbah global.

Baca Juga: Indonesia Punya Inovasi Mesin Pemilah Sampah Berteknologi AI

Kesadaran Konsumen Jadi Faktor Penentu

Lebih jauh, Irene Umar menekankan bahwa perubahan tidak hanya bergantung pada produsen atau pemerintah, tetapi juga pada kesadaran konsumen. 

Setiap keputusan belanja memiliki konsekuensi jangka panjang, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan.

"Let's choose wisely, let's live wisely as a valuable human being," ujar Irene sembari mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam memilih produk fesyen dan menjalani gaya hidup yang bertanggung jawab.

Pesan ini sejalan dengan kampanye global yang mendorong konsumen untuk mengurangi pembelian impulsif, memperpanjang usia pakai pakaian, serta mendukung produk yang menerapkan prinsip ramah lingkungan.

Dampak Nyata Daur Ulang: Emisi Turun, Alam Terselamatkan

Manfaat daur ulang tekstil bukan sekadar konsep abstrak. Sejumlah riset menunjukkan dampak nyata yang signifikan terhadap lingkungan. Berdasarkan penelitian Pable, setiap 1 kilogram pakaian seragam yang didaur ulang mampu:

  • Mengurangi emisi karbon setara 315 kilogram CO₂ dari produksi kain baru
  • Menyelamatkan hingga 14 pohon

Angka ini menunjukkan bahwa praktik daur ulang fesyen memiliki kontribusi langsung dalam menekan laju perubahan iklim dan kerusakan lingkungan.

Jika diterapkan secara masif, terutama oleh institusi dan industri besar, potensi pengurangan emisi yang dihasilkan dapat menjadi bagian penting dari strategi nasional pengendalian perubahan iklim.

Krisis Limbah Tekstil Global Masih Mengkhawatirkan

Di tingkat global, masalah limbah tekstil telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Setiap tahun, dunia menghasilkan sekitar 92 juta ton limbah tekstil. Ironisnya, dari jumlah tersebut, hanya sekitar 1 persen yang berhasil didaur ulang.

Sebagian besar limbah ini berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), dibakar, atau mencemari laut dan ekosistem darat. 

Tanpa perubahan sistemik, angka ini diperkirakan akan terus meningkat seiring pertumbuhan populasi dan konsumsi fesyen yang kian cepat.

Dalam konteks inilah, ekonomi sirkular menjadi solusi strategis. Model ini menekankan pemanfaatan ulang sumber daya, memperpanjang siklus hidup produk, serta meminimalkan limbah sejak dari tahap desain.

Indonesia Hadapi Tantangan Serupa

Indonesia tidak terlepas dari krisis limbah tekstil. Data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 2,3 juta ton limbah tekstil setiap tahun.

Namun, kemampuan daur ulang nasional masih sangat terbatas. Dari total limbah tersebut, hanya sekitar 300.000 ton yang dapat didaur ulang. 

Sisanya berakhir di TPA atau dibakar, yang justru berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca.

Kondisi ini memperlihatkan adanya kesenjangan besar antara produksi limbah dan kapasitas pengelolaannya, sekaligus menjadi peluang bagi sektor ekonomi kreatif untuk mengambil peran strategis.

Ekraf dan Peluang Ekonomi dari Limbah

Bagi sektor ekonomi kreatif, limbah bukan semata-mata masalah, tetapi juga sumber peluang baru. 

Daur ulang tekstil dapat melahirkan berbagai produk bernilai tambah, mulai dari tas, aksesori, furnitur, hingga karya seni berbasis material daur ulang.

Program daur ulang seragam kantor yang diinisiasi Kemenekraf menjadi contoh bagaimana limbah institusional dapat diubah menjadi produk kreatif bernilai ekonomi, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru bagi pelaku UMKM dan desainer lokal.

Selain itu, inisiatif ini mendorong kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, industri, desainer, dan komunitas kreatif untuk membangun ekosistem fesyen yang lebih berkelanjutan.

Baca Juga: 5 Cara Efektif Mengurangi Sampah Kemasan Skincare dan Menjaga Lingkungan

Fesyen Berkelanjutan Bukan Sekadar Tren

Dalam beberapa tahun terakhir, fesyen berkelanjutan sering dianggap sebagai tren sesaat. Namun, realitas krisis lingkungan menunjukkan bahwa praktik ini adalah kebutuhan jangka panjang, bukan pilihan.

Konsumen global kini semakin peduli pada asal-usul produk, proses produksinya, hingga dampaknya terhadap lingkungan dan sosial. 

Brand yang gagal beradaptasi dengan tuntutan keberlanjutan berisiko kehilangan kepercayaan pasar.

Bagi Indonesia, momentum ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat posisi sebagai pusat ekonomi kreatif berkelanjutan di kawasan Asia, sekaligus mengurangi beban lingkungan nasional.

Kesimpulan: Daur Ulang sebagai Jalan Masa Depan Ekraf

Program daur ulang produk ekonomi kreatif, khususnya di sektor fesyen, bukan hanya penting, tetapi mendesak untuk diterapkan secara luas. 

Data global dan nasional menunjukkan bahwa tanpa perubahan pola produksi dan konsumsi, limbah tekstil akan terus menjadi ancaman serius bagi lingkungan.

Melalui pendekatan fesyen sirkular, pemanfaatan limbah sebagai sumber daya, serta peningkatan kesadaran konsumen, Indonesia memiliki peluang besar untuk menekan dampak lingkungan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang inklusif dan berkelanjutan.

Seperti disampaikan Wakil Menteri Ekraf Irene Umar, memilih produk secara bijak berarti juga memilih masa depan yang lebih baik, bagi lingkungan, ekonomi, dan generasi mendatang.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us