Greta Thunberg dan 160 Aktivis Gaza dalam Misi Kemanusiaan Dideportasi Israel

Greta Thunberg saat tiba di Yunani
Greta Thunberg saat tiba di Yunani/Sumber: Louisa Gouliamaki reuters.com

FYPMedia.id – Aktivis asal Swedia, Greta Thunberg, telah tiba di Yunani bersamaan dengan 160 aktivis lainnya dari berbagai macam negara dalam gerakan Global Sumud Flotilla. Namun, mereka bukanlah kelompok pertama yang di deportasi. Pada pekan sebelumnya, sebanyak 171 aktivis yang datang untuk memberikan bantuan kemanusiaan diblokade serta dideportasi oleh Israel. Sehingga, menjadikan total aktivis atau relawan yang dideportasi mencapai 341 orang.

“Aku akan terang-terangan, bahwa disana sedang terjadi genosida.” Kata Greta Thunberg kepada kerumunan pers di bandara Athena, hal ini ia tujukan terhadap aksi militer Israel di Gaza

“Tujuan kami dengan Global Sumud Flotilla adalah sebagai gerakan ketika pemerintah kita gagal memenuhi kewajiban hukum mereka,” tambah Greta Thunberg.

Kekejaman Militer Israel terhadap Aktivis

Hal tersebut, Greta sampaikan pada Senin, 6 Oktober 2025 ketika ia baru saja tiba di Athena pasca dideportasi Israel. Wanita berumur 22 tahun ini dilaporkan telah mengalami penyiksaan oleh tentara Israel saat ia dan aktivis lainnya ditahan.

Sebelumnya, berdasarkan informasi dari jurnalis Turki sekaligus anggota dari Global Sumud Flotilla, Ersin Celik, mengatakan bahwa Greta Thunberg diseret di tanah dan bahkan Greta Thunberg juga dipaksa mencium bendera Israel oleh tentara Israel.

Misi Kemanusiaan Global Sumud Flotilla

Global Sumud Flotilla atau GSF sendiri mulai berlayar pada akhir Agustus 2025, mereka berangkat dari pelabuhan Spanyol dan juga Italia sebelum bersinggah ke Yunani dan Tunisia ketika melewati Laut Mediterania.

Misi yang dibawa oleh GSF dengan diwakili oleh 44 negara dengan membawa relawan, aktivis dan bahkan anggota parlemen. Mereka berlayar bersama dengan 50 kapal.

Baca Juga: Paus Leo XIV Pilih Turki & Lebanon untuk Lawatan Perdana: 2 Negara, 1 Misi Damai dan Persatuan

Tidak hanya sebagai bentuk protes saja, tetapi mereka juga bergerak dengan membawa bantuan kemanusiaan, dimulai dari makanan, obat-obatan, perlengkapan medis, serta barang-barang yang bermanfaat lainnya untuk penduduk Gaza yang sedang mengalami krisis kemanusiaan.

Perjuangan kemanusiaan mereka tentunya tidak berjalan dengan mudah, mereka dilaporkan megalami beberapa insiden, termasuk serangan drone yang terjadi di dekat Malta di Italia dan Kreta di Yunani, sehingga menyebabkan kapal mereka mengalami kerusakan dan memaksa mereka untuk mundur terlebih dahulu.

Hal tersebut mengakibatkan dari yang sebelumnya 50 kapal, tersisa 44 kapal yang mengikuti konvoi gerakan kemanusiaan ini. Perjuangan mereka lama-kelamaan mulai membuahkan hasil dimulai dari media masa yang menarik perhatian global menjadi lebih meningkat.

Bahkan Spanyol dan Italia membantu mengerahkan kapal perang untuk memantau pergerakan GSF serta memberikan bantuan jika diperlukan, sementara itu negara-negara di Eropa juga mendesak semua pihak agar tidak menahan diri.

Akan tetapi pada pekan lalu, di lepas pantai Mesir, armada Global Sumud Flotilla dicegat oleh Israel. Israel menganggap bahwa armada Global Sumud Flotilla adalah bagian dari Hamas.

Setelah dicegat, tentara militer Israel mulai menahan seluruh aktivis dan relawan yang berada dalam kapal Global Sumud Flotilla.