Menurut laporan yang dilansir oleh Antara pada hari Selasa (12/3/2024), 27 korban jiwa berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan dan tiga lainnya dari Kabupaten Padang Pariaman. “Bencana ini cukup masif karena mengakibatkan korban jiwa 27 orang di Kabupaten Pesisir Selatan dan tiga orang di Kabupaten Padang Pariaman,” kata Suharyanto.
Tak hanya merenggut nyawa, bencana hidrometeorologi ini juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang signifikan di Ranah Minang. Pemerintah setempat memperkirakan kerugian sementara mencapai lebih dari Rp 226 miliar.
Presiden telah menginstruksikan BNPB untuk merespons dengan cepat kondisi yang terjadi di Tanah Air. Berdasarkan data dari instansi tersebut, terdapat 12 kabupaten dan kota di Provinsi Sumbar yang terdampak banjir. “Dari 12 kabupaten dan kota itu, lima di antaranya menetapkan status darurat,” ujarnya.
Kelima daerah yang menetapkan status darurat tersebut adalah Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Pasaman Barat. “Kelima daerah ini terdampak bencana yang cukup masif dan besar,” ucap Kepala BNPB.
Peristiwa ini menegaskan betapa pentingnya kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana di Indonesia, khususnya di daerah yang sering mengalami bencana alam seperti Sumatera Barat. Diharapkan dengan adanya respons cepat dari pemerintah dan BNPB, dampak bencana dapat diminimalisir dan proses pemulihan dapat segera dilakukan.