Stop Percaya! 5 Mitos Makanan Populer yang Bikin Pola Diet Gagal Total

mitos
Foto: Getty Images/iStockphoto/AlexPro9500

FYPMedia.id  – Dunia kesehatan dan diet penuh dengan informasi simpang siur. Dari media sosial hingga obrolan sehari-hari, banyak sekali klaim tentang makanan yang terdengar meyakinkan padahal tidak semuanya benar. 

Bahkan, mitos makanan ini sering dipercaya tanpa ada bukti ilmiah yang kuat. Akibatnya, alih-alih sehat, justru bisa menjerumuskan tubuh ke dalam pola makan yang salah.

Gluten, lemak, air lemon, hingga buah, semua sering menjadi kambing hitam. Tidak sedikit orang yang rela menghindarinya hanya karena terpengaruh tren, padahal tubuh masih membutuhkan nutrisi tersebut. 

Mengikuti tren diet tanpa cek fakta bisa berdampak buruk bagi kesehatan, terutama jika dilakukan dalam jangka panjang.

Dikutip dari Food and Home (8/9), berikut adalah 5 mitos makanan populer yang tidak perlu lagi dipercaya, lengkap dengan fakta ilmiahnya.

Baca Juga: 7 Tanda Awal Kanker Pankreas dari Bentuk Feses yang Harus Diwaspada

1. Diet Bebas Gluten Selalu Lebih Sehat?

Banyak orang mengira bahwa semua makanan bebas gluten otomatis lebih sehat. Namun, faktanya tidak demikian.

“Kecuali kamu memiliki celiac atau intoleransi, gluten tidak berbahaya bagi tubuh,” jelas Food and Home.

Gluten sendiri adalah campuran protein alami yang ditemukan pada gandum dan barley. Fungsi utamanya adalah sebagai pengikat yang memberikan tekstur kenyal dan elastis pada makanan seperti roti dan pasta.

Masalahnya, banyak produk berlabel gluten-free justru tinggi gula dan tetap mengandung kalori atau karbohidrat yang tinggi. 

Jadi, mengganti roti gandum biasa dengan produk bebas gluten tidak otomatis membuat diet lebih sehat.

Faktanya: Diet bebas gluten hanya wajib untuk penderita penyakit celiac atau intoleransi gluten. Bagi orang sehat, menghindari gluten tanpa alasan medis justru bisa membuat asupan serat berkurang.

2. Semua Lemak Harus Dihindari?

Lemak sering dipandang sebagai musuh utama dalam diet. Banyak orang percaya bahwa mengonsumsi lemak akan langsung menambah berat badan. Padahal, tidak semua lemak diciptakan sama.

“Sebenarnya tubuh membutuhkan lemak untuk menyerap vitamin A, D, E, dan K. Selain itu, juga dapat meningkatkan fungsi otak. Kuncinya adalah memilih jenis lemak sehat,” jelas laporan tersebut.

Lemak sehat dapat ditemukan dalam alpukat, minyak zaitun, kacang-kacangan, dan ikan berminyak seperti salmon. Lemak jenis ini bahkan berperan penting dalam menjaga fungsi jantung tetap optimal.

Sebaliknya, lemak jenuh dan lemak trans yang banyak ditemukan pada makanan olahanlah yang sebaiknya dihindari.

Faktanya: Lemak sehat adalah bagian penting dari diet seimbang. Jangan sampai menghilangkan seluruh lemak, karena justru dapat mengganggu fungsi vital tubuh.

3. Air Lemon Bisa Melunturkan Lemak?

Tren minum air lemon hangat di pagi hari sering digembar-gemborkan sebagai cara cepat menurunkan berat badan. Sayangnya, klaim ini tidak terbukti secara ilmiah.

“Tidak ada riset kuat yang menunjukkan lemon bisa membakar lemak tubuh,” tegas Food and Home.

Namun, bukan berarti air lemon tidak bermanfaat sama sekali. Minum air lemon di pagi hari tetap baik untuk menghidrasi tubuh setelah bangun tidur, membantu pencernaan, dan memberi efek segar.

Faktanya: Air lemon bermanfaat, tapi bukan pembakar lemak ajaib. Jika ingin menurunkan berat badan, pola makan sehat dan olahraga tetap menjadi faktor utama.

Baca Juga: Kesehatan Mental Jadi Prioritas Konsumen Muda Indonesia

4. Susu Mentah Lebih Bergizi daripada Susu Pasteurisasi?

Ada anggapan bahwa susu mentah lebih alami dan kaya nutrisi dibandingkan susu pasteurisasi. Banyak orang khawatir proses pasteurisasi menghilangkan nutrisi penting pada susu.

Namun, faktanya justru sebaliknya. “Proses pasteurisasi bermanfaat untuk menghilangkan kuman, sehingga lebih aman dikonsumsi, dan memperpanjang masa simpannya dibandingkan susu mentah,” jelas laporan tersebut.

Pasteurisasi memang melibatkan pemanasan, tapi penelitian menunjukkan nutrisi utama dalam susu tetap terjaga. Sebaliknya, susu mentah berisiko membawa bakteri berbahaya seperti E. coli dan Salmonella.

Faktanya: Susu pasteurisasi jauh lebih aman dikonsumsi sehari-hari. Susu mentah justru bisa meningkatkan risiko keracunan makanan.

5. Buah Mengandung Terlalu Banyak Gula?

Sebagian orang menghindari buah karena takut dengan kandungan gulanya. Namun, ini adalah salah kaprah.

“Padahal gula yang terkandung pada buah merupakan alami. Gula alami tersebut juga dipadukan dengan nutrisi penting, seperti serat, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh,” jelas Food and Home.

Berbeda dengan gula tambahan pada makanan olahan, gula alami dalam buah datang bersama antioksidan dan serat yang membantu menjaga kesehatan pencernaan.

Para ahli gizi tetap merekomendasikan konsumsi buah secara rutin, dengan catatan memperhatikan porsinya. Idealnya, konsumsi 2–3 porsi buah segar per hari sudah cukup memenuhi kebutuhan nutrisi.

Faktanya: Buah tetap penting untuk pola makan sehat. Gula alami dalam buah tidak bisa disamakan dengan gula olahan.

Dampak Percaya Mitos Makanan

Percaya pada mitos makanan bisa mengganggu kesehatan dalam jangka panjang. Misalnya, menghindari lemak sehat dapat membuat tubuh kekurangan vitamin larut lemak. 

Menganggap air lemon bisa melunturkan lemak bisa membuat orang menyepelekan pentingnya olahraga.

Selain itu, pola makan yang salah dapat memicu berbagai masalah kesehatan, mulai dari gangguan pencernaan, obesitas, hingga risiko penyakit kronis.

Cara Bijak Menyikapi Tren Diet

Agar tidak terjebak pada mitos, ada beberapa langkah bijak yang bisa dilakukan:

  1. Cari sumber informasi terpercaya – baca jurnal kesehatan atau rekomendasi dari ahli gizi, bukan hanya tren di media sosial.
  2. Fokus pada pola makan seimbang – bukan pada diet ekstrem.
  3. Perhatikan kebutuhan tubuh pribadi – tidak semua orang cocok dengan pola makan yang sama.
  4. Konsultasi dengan ahli gizi atau dokter – sebelum mencoba diet baru.
  5. Prioritaskan keberlanjutan – diet sehat adalah gaya hidup jangka panjang, bukan hasil instan.

Mitos makanan bisa sangat meyakinkan, tetapi tidak semuanya benar. Fakta ilmiah menunjukkan bahwa gluten tidak selalu buruk, lemak sehat justru penting, air lemon bukan pembakar lemak, susu pasteurisasi lebih aman daripada susu mentah, dan buah tetap menjadi sumber nutrisi vital meskipun mengandung gula alami.

Seperti yang ditegaskan dalam laporan Food and Home, “Air lemon tetap bermanfaat, tetapi bukan untuk melunturkan lemak.”

Alih-alih terjebak pada klaim populer, yang terpenting adalah menerapkan pola makan seimbang, kaya nutrisi, dan berkelanjutan. Dengan begitu, tubuh tetap sehat tanpa perlu takut pada mitos diet yang menyesatkan.