FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
Aksi Brutal Oknum WN China Bersenjata Serang TNI di Tambang Ketapang

News

Aksi Brutal Oknum WN China Bersenjata Serang TNI di Tambang Ketapang

Writer: Raodatul - Senin, 15 Desember 2025 08:00:00

Aksi Brutal Oknum WN China Bersenjata Serang TNI di Tambang Ketapang
Sumber gambar: Ilustrasi tempat kejadian perkara. (iStockphoto/Herwin Bahar)

FYPMedia.id - Situasi keamanan di kawasan pertambangan emas Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, mendadak menjadi sorotan nasional setelah terjadi aksi kekerasan brutal yang melibatkan oknum Warga Negara Asing (WNA) asal China. 

Insiden yang terjadi di area operasional PT Sultan Rafli Mandiri (PT SRM) ini tidak hanya menimbulkan kerusakan aset perusahaan, tetapi juga berujung pada penyerangan terhadap anggota TNI yang tengah bertugas.

Peristiwa tersebut terjadi pada Minggu, 14 Desember 2025, sekitar pukul 15.40 WIB di Desa Pemuatan Batu, Kecamatan Tumbang Titi. 

Setidaknya 15 WN China dilaporkan terlibat dalam aksi anarkis tersebut dengan membawa senjata tajam, airsoft gun, serta alat setrum, sehingga memicu kepanikan dan kekhawatiran akan stabilitas keamanan di wilayah tersebut.

Kronologi Awal: Aktivitas Drone Picu Ketegangan

Berdasarkan keterangan resmi pihak keamanan perusahaan, insiden ini bermula sekitar pukul 15.30 WIB saat petugas pengamanan sipil PT SRM tengah menjalankan tugas rutin. Pada saat itu, mereka mendapati adanya aktivitas penerbangan drone di sekitar area perusahaan tambang emas tersebut.

Chief Security PT SRM, Imran Kurniawan, menjelaskan bahwa keberadaan drone di wilayah tambang merupakan hal serius karena berkaitan dengan keamanan objek vital nasional. Kondisi tersebut kemudian memicu respons cepat dari petugas keamanan.

"Kronologi kejadiannya bermula pada pukul 15.30 WIB, anggota pengamanan sipil PT SRM sedang melaksanakan tugas jaga. Terlihat aktivitas penerbangan moda nirawak atau drone di sekitar area PT SRM," ujar Imran.

Pada saat yang hampir bersamaan, lima anggota TNI dari Batalyon Zeni Tempur 6/Satya Digdaya (Yonzipur 6/SD) Anjungan yang sedang melaksanakan Latihan Dasar Satuan (LDS) di area PT SRM turut membantu melakukan pengejaran terhadap pihak yang diduga sebagai pilot drone.

Baca Juga: Pemkot Tangsel Bertindak Cepat Tutup Sampah Menggunung demi Redam Bau Menyengat

Pengejaran Berujung Penyerangan

Upaya pengejaran tersebut dilakukan oleh enam orang, terdiri dari satu petugas pengamanan sipil dan lima anggota TNI. Sekitar 300 meter dari pintu utama PT SRM, mereka menemukan empat WNA China yang diduga mengoperasikan drone.

Namun situasi yang semula berupa upaya klarifikasi berubah drastis menjadi aksi kekerasan. Tak lama setelah petugas dan TNI turun dari kendaraan, sebelas WN China lainnya tiba di lokasi dengan membawa berbagai jenis senjata.

"Saat anggota pengamanan kami dan anggota TNI turun dari kendaraan, tiba-tiba datang sebelas WN China lainnya. Mereka membawa empat bilah sajam dan airsoft gun serta alat setrum," ungkap Imran.

Kelompok tersebut kemudian melakukan penyerangan secara langsung terhadap enam petugas yang ada di lokasi.

Lima Anggota TNI Jadi Sasaran Serangan

Akibat aksi tersebut, lima anggota TNI dilaporkan menjadi korban penyerangan. Meski tidak disebutkan adanya korban luka berat, situasi dinilai sangat berbahaya mengingat para pelaku membawa senjata.

Karena kalah jumlah dan untuk menghindari bentrokan yang lebih besar, petugas pengamanan dan anggota TNI akhirnya memilih mundur dan berlari kembali ke area perusahaan.

"Para WN China ini langsung melakukan penyerangan terhadap enam anggota menggunakan senjata tajam. Sebab kalah jumlah dan menghindari benturan, anggota yang melakukan pengejaran langsung berlari menuju area perusahaan," jelas Imran.

Aset Perusahaan Rusak Parah

Tidak hanya menyerang aparat, aksi brutal tersebut juga menyebabkan kerusakan berat pada aset PT SRM. Setidaknya satu unit mobil dan satu sepeda motor perusahaan dirusak oleh para pelaku.

"Dalam aksi penyerangan ini, satu mobil dan sepeda motor perusahaan kami dirusak oleh WN China," kata Imran.

Kerugian material akibat perusakan tersebut masih dalam proses pendataan. Namun pihak perusahaan memastikan bahwa insiden ini berdampak signifikan terhadap operasional dan rasa aman di lingkungan kerja.

Barang Bukti Diamankan, Polisi Turun Tangan

Pasca kejadian, pihak pengamanan PT SRM berhasil mengamankan satu bilah senjata tajam yang diduga milik pelaku sebagai barang bukti awal. Kepolisian setempat pun segera dihubungi untuk melakukan penanganan lebih lanjut.

"Anggota pengamanan kami sudah mengamankan satu sajam sebagai barang bukti. Kami pun sudah menghubungi pihak Polsek Tumbang Titi. Sudah ada anggota polsek yang datang untuk mendalami kejadian," ujar Imran.

Baca Juga: Pasar Induk Kramat Jati Dilalap Api, 16 Mobil Damkar Berjibaku Padamkan Kebakaran

Polisi: Situasi Sudah Kondusif, Laporan Masih Dipertimbangkan

Kapolsek Tumbang Titi, Iptu Made Adyana, membenarkan adanya insiden yang melibatkan belasan WN China tersebut. Meski demikian, ia menyampaikan bahwa kondisi di lapangan saat ini sudah kembali terkendali.

"Sampai dengan saat ini situasi kondusif," jelas Iptu Made Adyana, Minggu (14/12) malam.

Namun hingga kini, pihak perusahaan belum membuat laporan resmi ke kepolisian. Menurut Kapolsek, PT SRM masih berkoordinasi dengan tim pengacara untuk menentukan langkah hukum selanjutnya.

"Belum (buat laporan)," katanya singkat.

Motif Masih Misterius, Aparat Lakukan Pendalaman

Salah satu aspek paling krusial dari peristiwa ini adalah motif para pelaku. Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui secara pasti alasan di balik penerbangan drone maupun penyerangan terhadap aparat dan petugas keamanan perusahaan.

"Motif menerbangkan drone atau penyerangan belum diketahui," ujar Imran.

Pihak kepolisian bersama aparat keamanan lainnya masih melakukan pendalaman untuk mengungkap latar belakang kejadian, termasuk status para WN China tersebut, legalitas aktivitas mereka, serta kemungkinan pelanggaran hukum lainnya.

Sorotan Keamanan dan Investasi Asing

Insiden ini memicu perhatian luas, terutama terkait keamanan investasi asing dan pengawasan terhadap tenaga kerja asing (TKA) di kawasan pertambangan. Aksi kekerasan yang melibatkan oknum WNA bersenjata dinilai berpotensi mencederai iklim investasi serta menimbulkan ketegangan sosial di daerah.

Pengamat keamanan menilai bahwa kejadian ini harus menjadi alarm keras bagi seluruh pemangku kepentingan agar memperketat pengawasan, khususnya di objek vital nasional seperti kawasan tambang.

Penegasan Aparat: Hukum Harus Tegas

Masyarakat menunggu langkah tegas dari aparat penegak hukum untuk memastikan bahwa insiden serupa tidak terulang. 

Penanganan profesional dan transparan dinilai penting untuk menjaga kepercayaan publik serta melindungi aparat negara yang bertugas di lapangan.

Kasus ini juga menjadi pengingat bahwa keamanan nasional tidak boleh dikompromikan, terlebih ketika menyangkut penyerangan terhadap aparat TNI yang sedang menjalankan tugas resmi.

Kesimpulan

Aksi brutal oknum WN China bersenjata di kawasan tambang emas Ketapang bukan sekadar gangguan keamanan biasa. 

Peristiwa ini mencerminkan kompleksitas tantangan pengelolaan sumber daya alam, pengawasan tenaga asing, serta perlindungan aparat negara.

Dengan motif yang masih misterius dan proses hukum yang berjalan, publik berharap penanganan kasus ini dilakukan secara tegas, adil, dan transparan, demi menjaga kedaulatan hukum dan keamanan nasional Indonesia.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us