Writer: Raodatul - Kamis, 25 Desember 2025 08:00:00
FYPMedia.id - Kisah hidup di bandara yang selama ini hanya dianggap fiksi layar lebar ternyata benar-benar terjadi di dunia nyata. Publik internasional dikejutkan oleh cerita seorang perempuan yang dilaporkan tinggal di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), Malaysia, selama hampir satu tahun penuh.
Kejadian ini sontak mengingatkan banyak orang pada film legendaris The Terminal yang dibintangi Tom Hanks, di mana tokoh utama terpaksa hidup di bandara akibat masalah status kewarganegaraan.
Kasus perempuan yang menetap di KLIA ini viral setelah sejumlah video beredar luas di media sosial, memicu perdebatan publik, pertanyaan soal pengawasan otoritas bandara, hingga isu kesehatan mental dan perlindungan sosial.
Viral di Media Sosial, Publik Terkejut
Mengutip laporan World of Buzz, Rabu (24/12/2025), sejumlah video yang diunggah pengguna media sosial memperlihatkan seorang perempuan duduk berjam-jam di area tunggu Bandara Internasional Kuala Lumpur.
Ia tampak dikelilingi troli berisi barang-barang pribadinya, seolah menjadikan bandara sebagai tempat tinggal permanen.
Video tersebut ramai dibagikan di platform Threads dan langsung menarik perhatian warganet. Dalam salah satu unggahan, terdengar suara perekam yang menyebut bahwa perempuan tersebut telah tinggal di bandara dalam waktu yang sangat lama.
Beberapa video memperlihatkan perempuan itu memanfaatkan fasilitas umum bandara seperti WiFi gratis, kursi penumpang, serta area publik lainnya.
Ia terlihat beristirahat sambil memainkan ponsel, layaknya penumpang biasa yang menunggu penerbangan, namun tanpa tujuan jelas.
Situasi ini membuat banyak orang bertanya-tanya: bagaimana seseorang bisa tinggal di bandara internasional selama berbulan-bulan tanpa terdeteksi secara serius oleh otoritas?
Baca Juga: 6 Kota Teraman di Eropa 2025, Bebas Copet & Nyaman untuk Solo Traveler!
Adu Argumen hingga Dugaan Tekanan Mental
Dalam video lain yang beredar, perempuan tersebut tampak mengenakan kacamata hitam, legging hitam, serta atasan crop top. Ia terlihat terlibat adu argumen dengan beberapa pengunjung bandara. Seorang lansia yang berada di lokasi bahkan tampak berusaha menenangkan situasi agar tidak semakin memanas.
Salah satu pengunggah video di Threads mengklaim bahwa perempuan tersebut telah menetap di bandara selama lebih dari satu tahun dan diduga mengalami tekanan mental akibat kondisi hidup yang tidak normal.
Unggahan itu juga mempertanyakan tanggung jawab pihak berwenang.
“Setelah lebih dari setahun tinggal di bandara, siapa yang sebenarnya harus bertanggung jawab atas kondisi perempuan ini?” tulis pengunggah tersebut.
Pernyataan tersebut memicu perdebatan sengit di kolom komentar. Sebagian warganet menyalahkan otoritas bandara dan pemerintah, sementara yang lain menyoroti pentingnya pemahaman soal kesehatan mental dan perlindungan sosial.
Disangka Warga Asing, Ternyata Warga Malaysia
Pada awalnya, banyak laporan menyebut bahwa perempuan tersebut merupakan warga negara China yang terjebak di bandara.
Dugaan ini semakin memperkuat kemiripan kisahnya dengan The Terminal, di mana karakter utama terjebak akibat persoalan paspor dan status negara asal.
Namun, laporan terbaru membantah anggapan tersebut.
Menurut pemberitaan Sinar Harian, pihak kepolisian Malaysia mengonfirmasi bahwa perempuan itu sebenarnya adalah warga negara Malaysia, bukan warga asing seperti yang ramai dispekulasikan di media sosial.
Fakta ini mengubah sudut pandang publik secara signifikan. Kasus ini tidak lagi semata-mata tentang imigrasi atau status kewarganegaraan, melainkan beralih ke isu kesehatan mental dan sistem dukungan sosial.
Polisi Bertindak, Wanita Dievakuasi ke Rumah Sakit
Kepolisian Distrik KLIA akhirnya turun tangan setelah kasus ini menjadi perhatian luas. Wakil Kepala Kepolisian Distrik KLIA, Superintendent Albany Hamzah, membenarkan bahwa perempuan tersebut telah diamankan oleh aparat.
“Kami menangkap perempuan tersebut pada 18 Desember (Kamis). Hasil pemeriksaan menemukan bahwa ia memiliki kartu kesehatan mental, dan tindakan selanjutnya adalah memindahkannya ke Rumah Sakit Kajang,” ujar Albany.
Pernyataan ini menegaskan bahwa perempuan tersebut memang memiliki riwayat kesehatan mental yang terdokumentasi secara resmi.
Oleh karena itu, pendekatan yang diambil bukanlah penahanan semata, melainkan perawatan medis lanjutan.
Langkah ini mendapat respons beragam dari publik. Sebagian warganet mengapresiasi tindakan polisi yang akhirnya memberikan penanganan medis. Namun, tak sedikit pula yang mempertanyakan mengapa situasi ini baru ditangani setelah viral.
Baca Juga: 7 Tren Liburan 2026 yang Mengubah Cara Traveler Menikmati Dunia
Bandara sebagai Ruang Publik: Celah Pengawasan?
Kasus ini memunculkan pertanyaan besar tentang pengawasan di bandara internasional—ruang publik yang seharusnya memiliki sistem keamanan ketat dan pengawasan 24 jam.
Para pengamat menilai, bandara memang sering menjadi tempat transit orang-orang dengan latar belakang berbeda.
Namun, tinggal dalam jangka waktu sangat lama tanpa identitas perjalanan yang jelas seharusnya menjadi perhatian khusus.
Fenomena ini juga bukan yang pertama di dunia. Beberapa bandara internasional pernah mencatat kasus individu yang “bermukim” di area transit karena masalah hukum, mental, atau sosial.
Namun, tinggal hampir satu tahun di bandara internasional tetap dianggap sebagai kasus ekstrem yang jarang terjadi.
Isu Kesehatan Mental dan Perlindungan Sosial
Lebih dari sekadar kisah viral, peristiwa ini membuka diskusi lebih luas tentang penanganan kesehatan mental di ruang publik.
Banyak warganet menilai bahwa kasus ini seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah dan otoritas terkait untuk memperkuat sistem deteksi dini dan intervensi sosial.
Hidup di bandara dalam waktu lama bukan hanya persoalan tempat tinggal, tetapi juga menunjukkan adanya masalah psikologis, sosial, dan ekonomi yang kompleks.
Ahli kesehatan mental menilai bahwa individu dengan gangguan psikologis sering kali mencari ruang publik yang aman, terang, dan selalu ramai—bandara memenuhi semua kriteria tersebut.
Pelajaran dari Kisah Nyata ala The Terminal
Kisah perempuan yang tinggal hampir setahun di Bandara KLIA ini menjadi pengingat bahwa cerita dramatis ala film bisa terjadi di kehidupan nyata.
Bedanya, di balik kisah viral ini terdapat realitas pahit tentang kesehatan mental, kesepian, dan celah dalam sistem perlindungan sosial.
Penanganan yang tepat, cepat, dan manusiawi menjadi kunci agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Bandara bukan rumah, dan tidak seharusnya menjadi tempat seseorang bertahan hidup dalam diam selama berbulan-bulan.
Kasus ini kini telah ditangani oleh pihak berwenang. Namun, diskusi publik yang muncul diharapkan tidak berhenti pada sensasi semata, melainkan mendorong perbaikan sistemik demi keselamatan dan martabat manusia.