FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
7 Tren Liburan 2026 yang Mengubah Cara Traveler Menikmati Dunia

News

7 Tren Liburan 2026 yang Mengubah Cara Traveler Menikmati Dunia

Writer: Raodatul - Senin, 15 Desember 2025 02:11:06

7 Tren Liburan 2026 yang Mengubah Cara Traveler Menikmati Dunia
Sumber gambar: Ilustrasi traveling/Freepik

FYPMedia.id - Liburan di tahun 2026 diprediksi akan mengalami pergeseran besar. Jika sebelumnya wisata identik dengan destinasi populer dan agenda padat, kini arah perjalanan berubah menjadi pengalaman yang lebih personal, tenang, dan bermakna. 

Traveler tidak lagi sekadar mengejar “tempat viral”, tetapi mencari liburan yang selaras dengan kondisi mental, gaya hidup, serta nilai hidup mereka.

Perubahan ini bukan tanpa alasan. Pandemi, tekanan hidup modern, kemajuan teknologi, serta kelelahan akibat banjir informasi membuat wisatawan lebih selektif. Mereka ingin liburan yang benar-benar memberi pemulihan, bukan sekadar pelarian sementara. 

Para pakar pariwisata menilai bahwa tahun 2026 akan menjadi titik balik industri wisata global, di mana kualitas pengalaman lebih penting daripada kuantitas destinasi.

Dilansir dari BBC Travel, Sabtu (13/12/2025), berikut tujuh tren liburan yang diprediksi akan membentuk wajah baru dunia pariwisata di tahun 2026.

1. Quiet Over Everything: Liburan Sunyi Jadi Kemewahan Baru

Tren pertama yang diprediksi akan mendominasi adalah quietcations, atau liburan yang mengutamakan ketenangan total. Konsep ini juga dikenal dengan istilah Hushpitality, yakni pengalaman wisata yang jauh dari kebisingan, notifikasi digital, dan tekanan sosial.

Di tengah kehidupan modern yang penuh distraksi, ketenangan kini menjadi komoditas mahal. Traveler mencari tempat yang memungkinkan mereka benar-benar “diam”, bernafas lebih pelan, dan terhubung kembali dengan diri sendiri.

Tren ini sudah berkembang di berbagai negara. Di Swedia Selatan, misalnya, terdapat Map of Quietude, sebuah peta khusus yang menunjukkan lokasi-lokasi paling sunyi untuk wisatawan. Peta ini membantu pelancong menemukan tempat yang bebas dari kebisingan kendaraan maupun keramaian manusia.

Sementara itu, di Oregon, Amerika Serikat, hadir Skycave Retreats, penginapan berbentuk kabin gelap yang dirancang untuk meredam stimulasi visual dan suara. Tempat ini menjadi pilihan bagi mereka yang ingin menenangkan pikiran secara ekstrem.

Quietcations menunjukkan bahwa di tahun 2026, liburan bukan lagi tentang “melihat lebih banyak”, tetapi “merasakan lebih dalam”.

Baca Juga: Yuk, Simak Kisah Perjalanan dari kak Fiqih Cupriana menjadi Traveller Content Creator!!

2. Gen-AI Over Admin: AI Jadi Asisten Liburan, Bukan Penentu Segalanya

Kemajuan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) juga akan memainkan peran besar dalam tren liburan 2026. Banyak wisatawan kini memanfaatkan AI untuk menyusun itinerary, membandingkan harga, hingga memesan tiket dan akomodasi.

Menurut riset dari Amadeus, penggunaan AI dalam perencanaan perjalanan terus meningkat karena dinilai efisien dan praktis. AI mampu memangkas waktu administratif sehingga traveler bisa fokus menikmati pengalaman.

Namun, para ahli mengingatkan adanya risiko tersembunyi. Rekomendasi AI yang seragam berpotensi mendorong overtourism, karena banyak wisatawan diarahkan ke destinasi yang sama. Selain itu, penggunaan AI juga membuka celah penipuan digital dalam perjalanan.

Oleh karena itu, meski AI menjadi alat bantu penting, traveler tetap disarankan untuk bersikap kritis dan tidak sepenuhnya menyerahkan keputusan kepada algoritma.

3. Trust Over Choice: Liburan Tanpa Ribet, Semua Diatur Profesional

Tren berikutnya muncul dari kelelahan mental akibat terlalu banyak pilihan. Banyak wisatawan merasa stres harus menentukan destinasi, hotel, transportasi, hingga aktivitas liburan. Akibatnya, muncul tren trust over choice, yaitu menyerahkan seluruh perencanaan perjalanan kepada pihak profesional.

Dalam konsep ini, wisatawan cukup datang dan menikmati perjalanan tanpa perlu berpikir panjang. Di Kepulauan Faroe, misalnya, tersedia fasilitas mobil dengan navigasi otomatis yang membawa wisatawan berkeliling tanpa perlu menentukan rute.

Sementara di Mendoza, Argentina, terdapat Winemaker’s House & Spa Suites yang menawarkan konsep Mystery Travel, yakni paket liburan kejutan yang dirancang khusus tanpa memberi tahu detail perjalanan sebelumnya.

Tren ini mencerminkan kebutuhan akan rasa percaya dan kenyamanan di tengah kehidupan yang serba kompleks.

4. Road Over Runways: Road Trip Kembali Jadi Primadona

Mengutip Laporan Tren 2026 oleh Hilton, perjalanan darat diprediksi kembali booming, terutama di Amerika Serikat. Tagar #RoadTrip kembali ramai di media sosial, menandakan meningkatnya minat terhadap perjalanan menggunakan mobil pribadi.

Road trip menawarkan kebebasan, fleksibilitas, dan pengalaman yang lebih personal dibandingkan perjalanan udara. Wisatawan bisa berhenti kapan saja, menjelajah tempat tak terduga, dan mengatur ritme perjalanan sesuai keinginan.

Selain itu, perjalanan darat juga dinilai lebih ekonomis dan memberikan kesempatan eksplorasi yang lebih luas, terutama bagi keluarga dan kelompok kecil.

Baca Juga: Park Hyung Sik Akui Ingin Berjalan-jalan di Indonesia

5. Ultra-Personalised Travel: Liburan yang Benar-Benar “Kamu Banget”

Tren ultra-personalised travel menandai era hiper-individualitas dalam dunia wisata. Liburan tidak lagi bersifat umum, tetapi dirancang sangat spesifik sesuai kondisi hidup, emosi, dan minat seseorang.

Dalam beberapa tahun terakhir, muncul berbagai paket perjalanan unik, seperti:

  • Tur untuk orang yang baru bercerai
  • Program pemulihan bagi mereka yang sedang berduka
  • Liburan khusus lansia
  • Wisata berbasis komunitas hobi, olahraga, atau pecinta hewan

Tren ini menunjukkan bahwa liburan telah menjadi sarana refleksi diri, penyembuhan emosional, dan perayaan identitas personal.

6. Off-Grid & Otentik: Menjauh dari Keramaian, Mendekat ke Realitas

Wisatawan di tahun 2026 diprediksi semakin menjauhi destinasi mainstream dan beralih ke tempat yang lebih off-grid dan otentik. Kejenuhan terhadap lokasi wisata yang selalu ramai dan penuh antrean menjadi faktor utama.

Menurut laporan Lemongrass, wisatawan di Inggris kini lebih tertarik mengunjungi wilayah seperti Northumberland, Wales, dan Somerset, dibandingkan kota-kota wisata populer.

Perubahan ini juga berkaitan dengan pergeseran makna liburan. Jika dulu perjalanan dilakukan demi konten media sosial, kini wisatawan lebih menghargai pengalaman nyata dan interaksi autentik dengan lingkungan sekitar.

7. Culture Over Hedonism: Wisata Budaya Menggeser Liburan Hedonis

Tren terakhir yang diprediksi akan mendominasi tahun 2026 adalah perjalanan berbasis budaya. Dorongan dari media sosial seperti #BookTok di Inggris membuat minat terhadap wisata literasi dan sejarah meningkat pesat.

Fenomena ini juga berkaitan dengan set-jetting, yaitu tren liburan yang terinspirasi dari lokasi film, serial TV, atau buku populer. Wisatawan ingin mengunjungi tempat-tempat yang memiliki cerita, makna, dan nilai budaya yang kuat.

Tren ini menunjukkan bahwa wisata bukan lagi soal kemewahan semata, tetapi tentang pemahaman, pembelajaran, dan koneksi emosional dengan suatu tempat.

Kesimpulan

Tujuh tren liburan 2026 menegaskan satu hal: dunia pariwisata sedang bergerak menuju arah yang lebih manusiawi. Liburan bukan lagi tentang mengejar sebanyak mungkin destinasi, melainkan tentang menemukan makna, ketenangan, dan keseimbangan hidup.

Apakah Anda tertarik dengan quietcations yang sunyi, perjalanan budaya yang sarat makna, atau liburan personal yang dirancang khusus? Apa pun pilihannya, satu hal pasti: cara kita menikmati dunia tak akan lagi sama.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us