FYPMEDIA.ID – Legenda lebih dari sekadar cerita leluhur. Legenda sebagai jembatan antara masa lalu dan sekarang sehingga membawa kita ke dalam dunia kebenaran bertaut dengan mitos. Mereka membuka jendela ke masa lalu, mengungkapkan nilai-nilai, kepercayaan, dan kearifan yang telah mengarahkan peradaban manusia selama berabad-abad. Setiap legenda tentunya tersembunyi pelajaran hidup, simbol kebudayaan yang mendalam, dan refleksi atas esensi manusia serta hubungannya dengan alam semesta.
Dalam kisah yang menggugah di sekitar Lebaksiu terdapat Legenda Kalibakung. Sebuah desa tepi sungai Gung menjadi saksi bisu atas peristiwa yang mengubah hidup sepasang suami istri, Ki Rumpung dan Nyi Rumpung. Ki Rumpung, seorang pencari ikan setia, pada suatu hari menemukan sebuah telur misterius di tepi sungai ketika mencari rezeki. Tanpa diduga, telur tersebut menjadi pemicu bagi peristiwa yang mengubah takdir mereka.
Dengan harapan yang membuncah, telur itu dibawa pulang oleh Ki Rumpung untuk disajikan sebagai hidangan istimewa. Namun, kebaikan hati yang tulus itu tak sepenuhnya dirasakan karena separuh telur ditinggalkan untuk istrinya yang sedang bekerja di sawah. Namun, apa yang terjadi selanjutnya tak terduga.
Setelah sarapan, Ki Rumpung mengalami gejala yang mencekam. Mulas, panas, dan kelemahan melanda tubuhnya. Dalam kepanikan, Ki Rumpung mencoba meredakan panas dengan meminum air sungai. Namun, sia-sia belaka dan Ki Rumpung pingsan.
Saat kesadarannya kembali, terbayang betapa tragis nasibnya. Bagian tubuhnya telah berubah menjadi ekor ular yang panjang. Keputusasaan pun melanda. Tekad untuk bertahan tetap ada. Di sisi sungai, Ki Rumpung menemukan tempat berteduh. Akan tetapi, bukan tempat untuk pulang.
Keesokan paginya, ketika mencari ikan, kejutan yang sama menimpanya. Nyi Rumpung, sang istri, mengalami nasib serupa. Mereka berdua dengan hati yang hancur hanya bisa meratapi nasib sambil memohon ampun kepada Tuhan.
Pergulatan mereka dengan nasib yang tak terduga ini membawa mereka pada sebuah kesimpulan pahit. Ekor ular yang melilit tubuh mereka menjadi saksi bisu atas perubahan dramatis dalam hidup mereka. Kini, mereka hanya bisa pasrah dan menetap di tepi sungai Gung, berharap akan sembuh dan kembali seperti sedia kala.
Dari kisah tragis ini, masyarakat Tegal di daerah Kalibakung telah menyimpan keyakinan kuat. Mereka percaya bahwa gerakan tanah di daerah tersebut terkait erat dengan gerakan ekor dari Ki Rumpung dan Nyi Rumpung. Beberapa peristiwa masa lalu telah menguatkan keyakinan ini terhadap pergeseran tanah dan kerusakan jalan yang sering terjadi meninggalkan jejak akan keajaiban dan keprihatinan yang mendalam.
Legenda mengajarkan kita tentang keberanian, pengorbanan, cinta, dan keadilan, melestarikan esensi kemanusiaan melalui zaman. Sebagai cerminan budaya yang melahirkan mereka, legenda mempertahankan kekayaan sejarah dan kearifan yang tidak lekang oleh waktu, menginspirasi generasi saat ini serta yang akan datang. Melalui kisah-kisah ini, kita diajak untuk merefleksikan nilai-nilai yang membentuk identitas kolektif kita dan merenungkan pelajaran yang dapat ditarik untuk menghadapi tantangan masa kini dan masa depan.