Writer: Raodatul - Rabu, 24 Desember 2025 15:36:56
FYPMedia.id - Pertumbuhan investor pasar modal Indonesia kembali mencetak rekor bersejarah. Hingga menjelang akhir 2025, jumlah investor domestik resmi menembus angka 20,1 juta Single Investor Identification (SID).
Capaian ini menegaskan bahwa pasar modal bukan lagi milik segelintir kalangan, melainkan telah menjadi pilihan investasi arus utama masyarakat Indonesia.
Data terbaru dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan lonjakan signifikan partisipasi masyarakat sepanjang tahun 2025.
Dilansir dari CNBC Indonesia, per 19 Desember 2025, total investor pasar modal tercatat mencapai 20.129.679 SID, atau tumbuh 35% secara year to date (ytd) dibandingkan posisi akhir 2024.
Lonjakan ini didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya investasi, khususnya melalui instrumen yang relatif mudah diakses seperti reksadana.
Reksadana Jadi Mesin Pertumbuhan Investor
Berdasarkan paparan Direktur Utama KSEI, Samsul Hidayat, instrumen reksadana menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar dalam struktur investor pasar modal nasional.
Jumlah investor reksadana tercatat meningkat 35% sepanjang 2025 menjadi 18.990.746 SID, menjadikannya instrumen investasi dengan basis investor terbanyak di Indonesia.
“Investor yang paling banyak adalah investor di reksadana, yaitu 18.990.000 which is itu beririsan. Jadi sebagian dari investor tersebut juga investor equity (pasar saham) yaitu di 8.504.000,” ungkap Samsul dalam acara Media Luncheon di William’s, dikutip dari detikcom, Kamis (24/12/2025).
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pertumbuhan investor reksadana tidak sepenuhnya berdiri sendiri. Banyak investor reksadana juga merambah instrumen lain seperti saham dan surat utang, menciptakan basis investor yang semakin matang dan terdiversifikasi.
Baca Juga: 5 Manfaat Investasi Properti di Usia 20-an, Modal Muda Menuju Kaya Raya
Investor Saham Ikut Tumbuh Signifikan
Tak hanya reksadana, jumlah investor saham juga mencatatkan pertumbuhan yang solid. Hingga 19 Desember 2025, investor saham tumbuh 33% menjadi 8.504.076 SID.
Pertumbuhan ini mencerminkan meningkatnya minat masyarakat terhadap kepemilikan langsung saham perusahaan terbuka, meski pasar saham sepanjang 2025 diwarnai volatilitas global dan dinamika suku bunga.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa investor domestik semakin terbiasa menghadapi fluktuasi pasar, sekaligus menandakan meningkatnya literasi dan keberanian mengambil risiko secara terukur.
Investor SBN Tumbuh Paling Lambat
Di sisi lain, pertumbuhan paling kecil terjadi pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN). Jumlah investor SBN naik 17% menjadi 1.405.712 SID.
Meski pertumbuhannya lebih lambat dibanding instrumen lain, SBN tetap memegang peran penting sebagai instrumen investasi berisiko rendah, terutama bagi investor konservatif dan pemula.
“Kemudian ada juga investor SBN yang kita administrasikan yang 1,4 juta,” jelas Samsul.
Secara keseluruhan, jumlah SID yang dikelola KSEI, termasuk investor yang memiliki lebih dari satu instrumen, mencapai 24.925.649 SID, mencerminkan luasnya partisipasi masyarakat dalam ekosistem pasar modal nasional.
Dominasi Investor Lokal Hampir Mutlak
Dari sisi kewarganegaraan, pasar modal Indonesia masih didominasi oleh investor domestik. Berdasarkan data per akhir November 2025, investor lokal mencapai 99,78%, sementara investor asing hanya 0,22%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan investor lebih banyak ditopang oleh partisipasi masyarakat dalam negeri, seiring dengan masifnya edukasi keuangan, digitalisasi layanan investasi, serta kemudahan pembukaan rekening efek secara daring.
“Makin banyak masyarakat yang menyadari bahwa salah satu pilihan untuk berinvestasi adalah melalui pasar modal baik melalui ekuitas, surat utang, maupun melalui mutual fund atau reksadana,” ujar Samsul.
Baca Juga: Berapa Lama Minimal Menyimpan Investasi Emas agar Menguntungkan
Investor Muda Dominasi Jumlah, Tapi Bukan Aset
Dari sisi demografi, generasi muda menjadi motor utama pertumbuhan investor pasar modal. Investor berusia di bawah 30 tahun mendominasi dengan porsi 54,23% dari total investor.
Kelompok usia 31–40 tahun berada di posisi kedua dengan 24,88%, disusul investor usia 41–50 tahun sebesar 12,31%. Sementara investor usia di atas 60 tahun hanya mencakup 2,89% dari total jumlah investor.
Namun, pola ini berbalik ketika dilihat dari sisi kepemilikan aset. Investor usia di atas 60 tahun justru menguasai aset pasar modal terbesar, yakni Rp1.104,30 triliun.
Investor usia 51–60 tahun menguasai aset senilai Rp320,50 triliun, disusul kelompok 31–40 tahun sebesar Rp262,89 triliun, dan kelompok di bawah 30 tahun dengan aset Rp60,03 triliun.
Data ini menunjukkan bahwa meski investor muda mendominasi jumlah, investor senior masih memegang peranan besar dalam kepemilikan nilai aset, mencerminkan perbedaan daya beli dan akumulasi kekayaan.
Pulau Jawa Masih Mendominasi, Tapi Mulai Bergeser
Secara geografis, Pulau Jawa masih menjadi pusat utama aktivitas pasar modal nasional. Sebanyak 68,91% investor berada di Jawa, dengan total nilai aset mencapai Rp6.400,59 triliun, atau sekitar 94,42% dari total aset nasional.
Meski demikian, proporsi ini sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2024, investor di Pulau Jawa mencapai 69,3%.
“Pulau Jawa ini sepertinya terjadi penurunan jika dibandingkan tahun 2024 besar 69,3%, sementara saat ini adalah 68,9%,” ujar Samsul.
Sebaliknya, Pulau Sumatera menunjukkan peningkatan signifikan. Porsi investor di Sumatera naik dari 15,4% menjadi 16,29%, dengan total aset mencapai sekitar Rp135–138 triliun.
Wilayah lain seperti Kalimantan, Sulawesi, Bali–Nusa Tenggara, hingga Maluku dan Papua juga mencatat pertumbuhan, meski dengan kontribusi aset yang relatif lebih kecil. Tren ini menandakan pemerataan partisipasi investor di luar Pulau Jawa mulai terbentuk.
Baca Juga: 5 Manfaat Investasi Emas di Usia 20-an, Biar Masa Depan Nggak Cuma Wacana!
Sinyal Kuat Perubahan Orientasi Investasi Masyarakat
Pertumbuhan investor yang konsisten dalam lima tahun terakhir menjadi sinyal kuat terjadinya perubahan orientasi investasi masyarakat Indonesia.
“5 tahun ke belakang ini pertumbuhannya sangat luar biasa. Apakah ini karena terjadinya switching dari investment orientation dari masyarakat Indonesia, ataukah memang ada hal-hal tertentu yang menyebabkan saat ini pemilik dana lebih memilih untuk menaruh dananya di pasar modal dibandingkan dengan investasi lain,” tutur Samsul.
Digitalisasi, kemudahan akses aplikasi investasi, serta meningkatnya peran media sosial dan edukasi finansial dinilai menjadi faktor utama di balik lonjakan ini.
Tantangan Selanjutnya: Kualitas Investor
Meski capaian 20 juta investor menjadi tonggak penting, tantangan berikutnya adalah memastikan kualitas dan ketahanan investor terhadap risiko pasar.
Pertumbuhan jumlah harus dibarengi dengan peningkatan literasi keuangan, pemahaman risiko, serta kemampuan menyusun strategi investasi jangka panjang.
Dengan basis investor yang semakin besar dan beragam, pasar modal Indonesia memiliki fondasi kuat untuk menjadi sumber pembiayaan jangka panjang bagi perekonomian nasional, selama pertumbuhan ini diiringi dengan edukasi dan perlindungan investor yang memadai.
Pasar modal RI bukan hanya tumbuh besar, tetapi juga semakin inklusif. Dan angka 20 juta investor hanyalah awal dari babak baru transformasi investasi masyarakat Indonesia.