FYP Media.id – Cedera sering dianggap sebagai “penyakitnya atlet”. Tapi tahukah Anda, pekerja kantoran, ibu rumah tangga, bahkan pelajar pun punya risiko yang sama besarnya?
Penyebabnya bisa jadi hal sederhana yang sering kita anggap sepele: duduk terlalu lama, posisi tubuh yang salah, atau gerakan berulang saat beraktivitas. Cedera bukan hanya soal keseleo atau terkilir, tapi juga melibatkan saraf dan sistem motorik tubuh.
Dalam acara DRI CONNECT: Media & Community Day yang digelar oleh DRI Clinic di Bintaro, Tangerang Selatan (16 Oktober 2025), dr. Irca Ahyar, seorang neurolog (dokter spesialis saraf), membeberkan fakta mengejutkan soal cedera di luar dunia olahraga.
1. Duduk Terlalu Lama Bisa Menyebabkan Cedera Saraf
Siapa sangka, duduk delapan jam di depan laptop tanpa jeda bisa menjadi penyebab utama gangguan saraf?
“Duduk delapan jam di depan laptop tanpa jeda bisa memengaruhi keseimbangan postur dan membuat saraf tertekan. Lama-lama, muncul nyeri punggung, bahu, atau kesemutan di tangan,” ujar dr. Irca.
Ini artinya, pekerja kantoran adalah kelompok yang sangat rentan mengalami cedera, terutama bila tidak menjaga postur ergonomis atau minim bergerak sepanjang hari.
2. Sumber Nyeri Tak Selalu Berada di Area yang Terasa Sakit
Banyak orang mengeluh sakit lutut, padahal ternyata masalah utamanya berada pada saraf di area pinggul atau tulang belakang.
“Kadang pasien bilang lututnya sakit, tapi setelah kami periksa, ternyata masalahnya di saraf pinggul. Jadi sumber nyerinya bukan di tempat yang terasa sakit,” jelas Irca.
Hal ini membuktikan pentingnya pemeriksaan saraf menyeluruh, agar penanganan lebih tepat sasaran dan tidak hanya “menambal di permukaan”.
3. Cedera Juga Bisa Menyerang Ibu Rumah Tangga
Aktivitas domestik seperti mengangkat galon air, menyapu, atau mengepel dengan posisi membungkuk terlalu lama dapat menyebabkan ketegangan otot dan tekanan saraf.
Jika dilakukan terus-menerus tanpa istirahat atau teknik yang benar, ibu rumah tangga juga berisiko tinggi mengalami nyeri punggung, leher, hingga bahu yang bisa berlanjut menjadi cedera kronis.
4. Terapi Harus Personal, Bukan Sekadar “Pijat” atau “Obat Otot”
Selama ini, banyak orang hanya mengandalkan terapi konvensional seperti obat pereda nyeri atau pijat untuk mengatasi keluhan otot dan sendi.
Padahal, pendekatan seperti ini bisa saja menutupi akar masalah.
“Kalau penanganan hanya fokus pada otot tanpa menelusuri jalur sarafnya, hasilnya seperti menambal ban tanpa mencari paku penyebabnya, alias cepat bocor lagi,” ujar Irca.
DRI Clinic, misalnya, menggunakan pendekatan integratif yang menilai bagaimana otak, saraf, dan otot saling berkomunikasi. Bila salah satu tidak seimbang, pemulihan tak akan maksimal.
5. Pemeriksaan Saraf Bukan Hanya untuk Orang Sakit
Kapan terakhir kali Anda memeriksakan kesehatan saraf?
Banyak yang menganggap pemeriksaan saraf hanya perlu dilakukan saat sudah terasa nyeri. Padahal menurut dr. Irca, pemeriksaan saraf berkala adalah bagian dari pencegahan cedera.
“Ini bagian dari pencegahan. Kita bisa tahu sejak dini apakah ada ketidakseimbangan yang bisa memicu cedera,” jelasnya.
Layaknya servis kendaraan, tubuh kita pun butuh pengecekan rutin, apalagi jika memiliki pekerjaan dengan risiko tinggi terhadap saraf dan postur.
6. Regenerasi Saraf Berjalan Lambat, Jangan Tergesa Sembuh
Banyak pasien ingin cepat kembali beraktivitas setelah cedera, apalagi jika nyeri sudah mereda. Namun, regenerasi saraf bukan perkara instan.
“Kalau dipaksakan terlalu cepat, cedera bisa kambuh. Pemulihan itu bukan sprint, tapi maraton. Yang penting bukan cepat sembuh, tapi pulih dengan benar,” tegas Irca.
Perlu kesabaran dan disiplin dalam menjalani proses rehabilitasi agar hasilnya benar-benar tuntas dan tidak memicu cedera ulang.
7. Edukasi Pasien = Kunci Pemulihan dan Pencegahan
Salah satu kesalahan umum dalam proses pemulihan cedera adalah kurangnya pemahaman pasien soal kondisi tubuhnya sendiri.
Karena itu, DRI Clinic menekankan pentingnya edukasi pasien.
“Kami ingin pasien tahu apa yang terjadi pada tubuhnya. Kalau pasien mengerti asal nyerinya, mereka bisa lebih cepat pulih dan lebih sadar untuk mencegah cedera berulang,” pungkas Irca.
Pasien yang tahu “akar masalahnya” akan lebih termotivasi untuk memperbaiki gaya hidup dan postur agar tidak mengalami hal yang sama di kemudian hari.
Cedera Itu Bisa Dicegah, Tapi Butuh Kesadaran
Cedera bukan sekadar akibat jatuh atau salah langkah. Dalam banyak kasus, cedera muncul akibat gaya hidup yang keliru dan postur yang tidak dijaga dalam jangka panjang.
Rangkuman Tips Mencegah Cedera Harian:
Istirahat aktif setiap 30–60 menit saat bekerja di depan layar
Gunakan meja dan kursi yang ergonomis
Lakukan peregangan ringan di sela aktivitas
Perhatikan postur saat mengangkat beban (termasuk saat beres-beres rumah)
Periksa saraf secara berkala, terutama jika mengalami kesemutan atau nyeri kronis
Jangan anggap remeh gejala kecil — bisa jadi tanda awal masalah saraf!
Kesimpulan: Cedera Bukan Hanya Milik Atlet
Kini kita tahu bahwa cedera bisa terjadi pada siapa saja, tak terkecuali pekerja kantoran, pelajar, ibu rumah tangga, hingga lansia. Penting bagi setiap orang untuk menjaga postur, memahami kondisi tubuh, dan melakukan pencegahan sedini mungkin.
Tak kalah penting, jika kamu merasa nyeri yang tak kunjung hilang, segera konsultasikan ke dokter saraf untuk mendapatkan penanganan yang personal, akurat, dan komprehensif.
