5 Tips Cerdas Gunakan AI Rencana Liburan Tanpa Boncos & Jebakan

liburan
Ilustrasi traveling. Foto: Getty Images/GoodLifeStudio

FYPMedia.id Di tengah revolusi digital, kecerdasan buatan Artificial Intelligence atau (AI) makin banyak dipakai dalam hidup sehari-hari, termasuk untuk merancang liburan. Namun, meski terdengar praktis dan menjanjikan efisiensi, penggunaan AI dalam travel planning harus dilakukan dengan bijak agar liburan tak berujung boncos alias rugi besar.

Survei global terbaru dari Kaspersky menunjukkan bahwa hanya 28% wisatawan yang mempercayakan AI untuk merencanakan perjalanan mereka. 

Meski demikian, 96% responden merasa puas dengan pengalaman tersebut, dan 84% berencana mengulanginya di masa depan. 

Temuan ini mengindikasikan bahwa AI di bidang travel punya potensi besar meski adopsinya masih tergolong terbatas.

Berikut ini 5 tips agar kamu bisa menggunakan AI untuk merencanakan liburan tanpa risiko kebobolan, langsung dari ahli + data survei, plus bahaya kritis yang harus kamu hindari.

1. Gunakan AI sebagai Asisten Riset, Bukan “Bos” Perjalanan

AI paling sering digunakan untuk riset liburan: mencari tempat wisata, aktivitas lokal, jalur favorit, dan toko suvenir. 

Survei Kaspersky mencatat 70% pengguna AI mempercayakan fungsi tersebut kepada mesin pintar.

Tapi berhati-hatilah: AI masih bisa mengalami halusinasi data, seperti memberikan saran visa atau aturan imigrasi yang salah. 

Contoh nyata: seorang penulis Australia gagal terbang ke Chili setelah AI memberikan nasihat visa yang keliru.

Intinya: biarkan AI membantu pencarian ide dan opsi, tapi verifikasi sendiri sebelum memesan apa pun.

Baca Juga: 82 Sel Telur dari Kulit! Ilmuwan AS Ciptakan Embrio Awal Manusia dalam 6 Hari

2. Gunakan AI untuk Menyusun Rencana Detail

Setelah riset utama selesai, fungsikan AI untuk menyusun itinerari rinci—seperti jam buka objek wisata, alternatif rute, hingga jam makan. 

Beberapa pengguna bahkan membiarkan AI memilih akomodasi (~66%), restoran (~60%), dan mencari tiket perjalanan (~58%) 

Tapi jangan langsung percaya semua rekomendasi. Cek ulasan independen, bandingkan harga, dan pastikan data terbaru (jadwal, kebijakan covid, musim tutup). AI bagus sebagai “draft kreatif”, bukan eksekutor final.

3. Hindari AI untuk Pemesanan Visa & Dokumen Resmi

Pemesanan hotel, tiket, atau restoran bisa cukup aman jika AI dikombinasikan dengan verifikasi manual. 

Tapi untuk bagian krusial seperti visa, bea cukai, dan peraturan imigrasi, sangat berisiko menggantungkan pada AI. Ingat kasus penulis Australia tadi, kesalahan AI di area kritikal bisa merusak keseluruhan rencana perjalanan.

Jadi, ketika AI menampilkan “tips visa,” selalu cross-check dengan situs resmi kedutaan atau imigrasi negara tujuan.

4. Amankan Data & Koneksi Kamu

Liburan menggunakan AI berarti kamu akan sering terhubung online. Berikut trik keamanan penting agar data pribadi tak bocor:

  • Verifikasi kembali informasi AI sebelum bertransaksi
  • Aktifkan eSIM untuk akses data internasional
  • Gunakan VPN agar tidak bergabung otomatis ke hotspot publik
  • Lindungi perangkat: password kuat, enkripsi, dan jangan biarkan perangkat tanpa pengawasan

Kaspersky menyarankan pendekatan ini sebagai lapisan keamanan tambahan ketika AI digunakan untuk travel planning.

Baca Juga: Power Bank Fast Charging 2025 dengan Kapasitas Super Awet

5. Mulai dengan Rencana Versi “Fantasi + Realita”

Salah satu kelemahan AI adalah kadang menghasilkan rencana “ideal” tapi tidak praktis di lapangan. Oleh karena itu, buatlah dua versi rencana perjalanan:

  • Versi Fantasi: opsi terbaik (hotel mewah, reservasi khusus, tempat eksklusif)
  • Versi Realita: alternatif ekonomis bila ada tiket habis, transportasi sulit, atau cuaca buruk

Gunakan AI untuk membantu kamu memilih opsi-opsi ini dengan cepat. Tapi ketika di lapangan, fleksibilitas dan penyesuaian manual membawa kemenangan.

  • Hanya 28% traveler global memakai AI untuk merencanakan perjalanan.
  • Dari yang menggunakan, 96% puas dengan hasilnya.
  • Umumnya, AI digunakan untuk fungsi riset; pemesanan masih terbatas.
  • Di India khususnya, 98% pengguna AI dalam perencanaan perjalanan mengatakan mereka puas.

Meski angka penggunaan masih rendah, kepuasan tinggi menunjukkan potensi besar AI dalam travel planning.

Risiko AI yang Harus Kamu Waspadai

  • Halusinasi data: AI bisa membuat fakta palsu, misalnya tempat wisata yang sudah tutup.
  • Saran dokumen yang salah: visa, peraturan imigrasi, persyaratan bea cukai.
  • Data pribadi bocor: jika perangkat tidak aman saat browsing otomatis.
  • Over-reliance: pengguna bisa jadi pasif, tidak mengevaluasi opsi sendiri.

Selalu ingat: AI adalah alat bantu, bukan pengganti insting dan riset manusia.

Kesimpulan

AI untuk travel planning adalah pedang bermata dua: praktis, cepat, dan memikat, tapi bisa juga berbahaya bila tak dikombinasikan dengan verifikasi dan akal sehat. 

Dengan menerapkan 5 tips di atas kamu bisa memaksimalkan sisi positif AI, sambil meminimalkan jebakan.

Mulai dari riset, pemetaan aktivitas, sampai rute harian, biarkan AI bekerja sebagai asisten pintar. Tapi ketika tiba di titik kritikal, visa, dokumen, pemesanan finansial jangan genggam semua kendali pada algoritma.

Liburan pintar bukan tentang menyerahkan semua ke AI, melainkan bekerja sama dengan AI kamu tetap menjadi pengambil keputusan utama.