Waspada! 7 Pemicu Sumbatan Usus yang Bisa Sebabkan Kematian, Dokter UI Ungkap Fakta Mengejutkan

sumbatan usus
Ilustrasi Sumbatan Usus/Sumber Foto: Freepik

FYPMedia.id – Kabar duka yang menimpa ayah YouTuber populer Jerome Polin, Marojahan Sintong Sijabat, akibat sumbatan usus, kembali membuka mata publik akan bahaya penyakit ini. 

Meski terdengar sepele, sumbatan usus atau obstruksi usus adalah kondisi medis serius yang bisa berujung pada kematian jika tidak segera ditangani.

Para ahli kesehatan menegaskan bahwa penyumbatan usus dapat terjadi pada siapa saja — dari anak muda hingga lansia — dan penyebabnya beragam, mulai dari kurang serat, hernia, hingga kanker usus.

Apa Itu Sumbatan Usus?

Sumbatan usus adalah kondisi ketika aliran makanan, cairan, dan gas di dalam usus terhambat. Akibatnya, isi usus tidak bisa bergerak normal menuju anus untuk dikeluarkan. 

Bila tidak segera diatasi, tekanan di dalam usus meningkat, aliran darah terhenti, dan jaringan usus bisa mati atau nekrosis, kondisi yang sangat berbahaya bagi nyawa pasien.

Menurut Prof. Ari Fahrial Syam, dokter spesialis penyakit dalam sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), sumbatan usus dapat disebabkan oleh banyak faktor.

“Bisa karena adanya gangguan pembuluh darah, misalnya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke usus, sehingga ususnya relatif tidak bergerak. Untuk waktu tertentu, akhirnya terjadi sumbatan tersebut,” jelas Prof. Ari dikutip dari detikcom, Senin (3/11/2025).

Beliau menambahkan, penanganan yang terlambat bisa berakibat fatal. Dalam kasus parah, operasi atau laparotomi menjadi satu-satunya solusi.

“Dan lihat juga bagaimana kondisi usus tersebut. Kalau sudah mati, ini tentu artinya sudah nekrosis itu akan dibuang,” kata Prof Ari.

Baca Juga: 8 Gejala Awal Kanker Usus Besar Menurut Dokter Harvard, Jangan Abaikan!

7 Faktor Pemicu Sumbatan Usus yang Harus Diwaspadai

1. Kurang Asupan Serat

Pola makan rendah serat menjadi penyebab paling umum sumbatan usus. Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, 96,7% penduduk Indonesia belum memenuhi anjuran konsumsi sayur dan buah setiap hari.

Padahal, serat membantu menjaga pergerakan usus dan mencegah feses mengeras. Tanpa cukup serat, sisa makanan menumpuk dan membentuk fekaloma, yakni gumpalan keras yang bisa menutup jalur usus.

2. Kanker Usus

Pertumbuhan jaringan tumor di dalam usus bisa menyumbat aliran makanan. Gejalanya sering kali tidak disadari hingga kondisinya parah.

3. Perlengketan Pasca Operasi

Setelah operasi di bagian perut, jaringan parut atau adhesi dapat terbentuk dan menarik sebagian usus hingga menyebabkan sumbatan.

4. Hernia Inguinalis

Kondisi ini terjadi saat usus menonjol keluar melalui dinding perut dan terperangkap di luar.

 “Sumbatan usus ini juga bisa disebabkan oleh hernia inginalis. Itu merupakan kondisi saat usus terperangkap di luar karena hernia, dan akhirnya terjadi sumbatan,” terang Prof. Ari.

5. Usia Lanjut

 Risiko meningkat seiring bertambahnya usia. “Dan risiko pada orang semakin lanjut usia, risiko untuk terjadinya obstruksi usus juga semakin meningkat,” tegas Prof. Ari.

6. Kebiasaan Menahan Buang Air Besar

Sering menahan buang air besar bisa menghambat ritme alami usus. Lama-kelamaan, ini menyebabkan penumpukan feses keras di dalam usus besar.

7. Kurang Minum Air Putih

Dehidrasi membuat feses kehilangan kelembapan, menjadi keras, dan sulit keluar. Inilah yang memicu sembelit kronis hingga sumbatan total.

Baca Juga: Gen Z Berisiko 2x Lipat Kena Kanker Usus Besar, Kenali 7 Gejalanya

Serat: Kunci Pencegahan Pencernaan Macet

Serat terbagi menjadi dua jenis, yaitu serat larut dan serat tidak larut. Keduanya punya fungsi berbeda, tapi saling melengkapi. 

Serat larut membantu melembutkan feses, sedangkan serat tidak larut meningkatkan volumenya agar mudah dikeluarkan.

Sebuah studi dalam Jurnal Nutrients (2013) mengungkapkan bahwa serat berperan dalam menahan air di saluran pencernaan, menjaga volume feses tetap ideal, serta mengatur waktu transit makanan di usus. Jika ritme pencernaan terganggu, sisa makanan bisa mengeras dan menyumbat usus.

Bahkan, laporan di Clinical Case Reports (2023) menyebutkan, konstipasi kronis yang tidak diatasi dapat berkembang menjadi obstruksi usus berat. Gejalanya meliputi:

  • Nyeri perut hebat
  • Perut kembung ekstrem
  • Mual dan muntah terus-menerus
  • Tidak bisa buang gas maupun buang air besar

Jika gejala ini muncul, segera cari pertolongan medis, karena keterlambatan bisa berujung fatal.

Kelompok yang Paling Rentan

Ada beberapa kelompok masyarakat yang lebih rentan terhadap gangguan pencernaan akibat kurang serat dan dehidrasi:

  • Lansia
  • Pekerja kantoran yang sering menahan buang air besar
  • Penderita diabetes atau gangguan saraf
  • Orang dengan riwayat operasi perut
  • Individu dengan pola makan tinggi lemak dan rendah serat

Pada kelompok ini, langkah pencegahan menjadi sangat penting. Asupan serat, cairan, dan aktivitas fisik harus seimbang untuk menjaga fungsi usus tetap optimal.

Cara Mudah Penuhi Kebutuhan Serat Harian

Kementerian Kesehatan RI melalui Permenkes No. 28 Tahun 2019 menetapkan kebutuhan serat harian orang dewasa berkisar antara 20–37 gram. Angka ini bisa dipenuhi dengan menambahkan bahan makanan alami dalam menu harian seperti:

  • Buah: pepaya, pisang, apel, pir
  • Sayuran: bayam, brokoli, kangkung, sawi
  • Kacang-kacangan: kacang merah, kacang tanah, kacang hijau
  • Umbi-umbian: singkong, talas, ubi

Namun, perlu diingat: meningkatkan serat secara mendadak juga bisa menimbulkan gas dan kembung. Lakukan secara bertahap, sambil memastikan asupan air putih cukup.

Sumbatan usus adalah kondisi yang bisa dicegah, namun sering diabaikan. Pola hidup modern yang minim gerak, rendah serat, dan tinggi stres menjadi kombinasi berbahaya bagi sistem pencernaan.

Maka, langkah terbaik adalah pencegahan sejak dini. Perbanyak konsumsi makanan berserat, rutin berolahraga, jangan menahan buang air besar, dan periksakan diri jika muncul gejala mencurigakan.

Sumbatan usus bukan sekadar gangguan pencernaan biasa. Ia bisa menjadi bom waktu bagi siapa saja yang menyepelekan pola makan dan kesehatan usus. 

Dengan mengenali tanda-tandanya, memahami faktor pemicunya, serta menerapkan pola hidup sehat, risiko komplikasi mematikan ini bisa ditekan secara signifikan.

Jaga ususmu hari ini, karena pencernaan yang sehat adalah fondasi tubuh yang kuat dan panjang umur.