FYPMEDIA.ID – Kabar mengejutkan datang dari ratu properti asal Vietnam, yakni Truong My Lan. Bukan tanpa sebab, namanya mendadak menuai sorotan publik usai dirinya resmi dinyatakan sebagai tersangka korupsi dan dijatuhi hukuman mati. Hukuman mati merupakan hukuman yang sangat berat untuk kasus korupsi.
Sosok Truong My Lan merupakan salah satu figur terkemuka dalam dunia bisnis Vietnam yang namanya sudah tak asing lagi. Ia dikenal karena kepemimpinan yang visioner dan dedikasi yang tak kenal lelah terhadap bisnisnya. Truong My Lan telah menjadi inspirasi bagi banyak pengusaha muda di Vietnam dan di seluruh dunia.
Truong My Lan melakukan penipuan keuangan US$12,5 miliar atau sekitar Rp200,7T (kurs Rp 16.056) atau setara dengan 3% produk domestik bruto Vietnam. Kasus tersebut merupakan kasus penipuan keuangan terbesar di negara itu. Sebelum vonis, Lan mengajukan banding atas hukuman tersebut. Kuasa hukum Lan, Nguyen Huy Thiep telah menyatakan tidak bersalah atas tuduhan penggelapan dan penyuapan.
Ketua pengembang real estate Van Thinh Phat Holdings Group di pusat bisnis Ho Chi Minh City, Truong My Lan, resmi divonis hukuman mati pada Kamis, 11 April 2024 karena telah melakukan penggelapan, penyuapan, dan pelanggaran peraturan perbankan. Mengutip laman Reuters, persidangan dimulai pada tanggal 5 Maret lalu dan berakhir lebih awal dari yang direncanakan. Putusan pengadilan tersebut merupakan salah satu hasil dramatis dari kampanye melawan korupsi yang telah dijanjikan oleh pemimpin Partai Komunis yang berkuasa, Nguyen Phu Trong.
Dalam persidangan, jaksa menyebutkan total kerugian akibat penipuan berjumlah US$27 miliar atau sekitar Rp434,4T. Jaksa juga menyita lebih dari 1.000 propertinya setara dengan 3% PDB Vietnam. Atas putusan tersebut, Lan mengaku putus asa dan berencana bunuh diri. Suaminya juga diadili atas tuduhan pinjaman palsu.
Lan dinyatakan bersalah karena melakukan penipuan uang dari Saigon Commercial Bank (SCB) selama satu dekade. Walaupun ia tidak memegang jabatan eksekutif di SCB, Lan memegang 91,5% saham melalui pihak ketiga dan perusahaan cangkang.
Lan membuat pinjaman palsu untuk menarik uang dari bank selama kurang lebih 11 tahun dari 2012-2022. Menurut media pemerintah, pinjaman tersebut menyumbang 93% dari total kredit yang dikeluarkan oleh bank. Untuk menutupi kasus penipuan itu, Lan bankir SCB dituduh menyuap pejabat pemerintah US$5,2 miliar.
Kejahatan itu efektif dikendalikannya melalui lusinan kekuasaannya meskipun ada peraturan yang secara ketat membatasi kepemilikan saham yang besar pada pemberi pinjaman. Para penyidik mengungkapkan, sejak awal 2018 hingga Oktober 2022, ketika negara menalangi SCB setelah terjadi gagal bayar yang dipicu oleh penangkapan Lan, ia mengambil uang dalam jumlah besar dengan mengatur pinjaman yang melanggar hukum kepada perusahaan-perusahaan cangkang.
Bank ini masih disokong oleh bank sentral dan menghadapi restrukturisasi yang kompleks. Pihak berwenang mencoba untuk menetapkan status hukum dari ratusan aset yang digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman dan obligasi yang diterbitkan oleh VTP (Van Thinh Phat). Obligasi itu sendiri senilai US$ $1,2 miliar. Beberapa asetnya, yaitu properti kelas atas termasuk sejumlah proyek yang belum rampung.
Sebelum kejatuhannya, Lan telah memainkan peran kunci dalam dunia keuangan Vietnam, terlibat dalam penyelamatan SCB yang bermasalah lebih dari satu dekade sebelum dia berkontribusi pada krisis baru bank tersebut.
Dalam kasus itu terdapat 84 terdakwa lainnya yang menerima hukuman mulai dari masa percobaan selama 3 tahun hingga penjara seumur hidup. Di antara terdakwa tersebut, suami dari Truong My Lan yang juga pengusaha properti di Hong Kong, Eric Chu dihukum 9 tahun penjara sedangkan keponakan Truong My Lan, Truong Hue Van divonis 17 tahun penjara.
Tindakan keras terhadap korupsi di Vietnam mendapat julukan “Tungku Pembakaran” karena telah menyebabkan ratusan pejabat senior negara dan eksekutif bisnis terkemuka dituntut atau dipaksa mundur.
Negara Vietnam memberlakukan hukuman mati bukan hanya untuk pelanggaran kekerasan tetapi juga untuk kejahatan ekonomi. Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa mereka telah mengeksekusi ratusan narapidana dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar dengan suntikan mati.