FYP Media.ID – Kabar mengejutkan datang dari tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia (PTFI) di Grasberg Block Cave (GBC), Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Produksi perusahaan tambang raksasa ini mengalami penurunan drastis setelah terjadi insiden longsor material basah di area tambang pada Senin malam, 8 September 2025.
Produksi Berhenti di Tambang Grasberg Block Cave
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tri Winarno, menyatakan bahwa saat ini produksi di area GBC hampir terhenti. “Sementara ini produksi berhenti di GBC. Kapasitas produksi turun, mungkin cuma beroperasi 30 persen dari normal,” ujarnya dikutip Antara, Senin (15/9/2025).
GBC merupakan salah satu situs utama tambang bawah tanah milik Freeport yang menyumbang sekitar 64 persen dari total produksi konsentrat perusahaan. Dengan adanya longsor dan penghentian operasional di lokasi ini, kapasitas produksi Freeport Indonesia terimbas cukup signifikan.
Statistik Produksi Freeport Indonesia 2024
Berdasarkan data resmi PT Freeport Indonesia, rata-rata produksi bijih perusahaan pada 2024 mencapai 208.356 ton per hari, yang terdiri atas tembaga, emas, dan perak. Rinciannya meliputi:
-
Produksi konsentrat GBC: sekitar 133.800 ton per hari
-
Produksi konsentrat Deep Mill Level Zone (DMLZ): sekitar 64.900 ton per hari
-
Produksi konsentrat Big Gossan: sekitar 8.000 ton per hari
Dengan longsornya material di GBC, otomatis lebih dari setengah kapasitas produksi Freeport mengalami gangguan.
Upaya Penyelamatan 7 Pekerja Terjebak Longsor
Insiden longsor tersebut tidak hanya menyebabkan penurunan produksi, tapi juga menimbulkan krisis kemanusiaan. Saat ini, tujuh pekerja tambang dilaporkan masih terjebak di dalam area tambang bawah tanah GBC yang terdampak longsor.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, menegaskan bahwa seluruh sumber daya perusahaan telah dikerahkan untuk melakukan upaya penyelamatan. “Tim tanggap darurat kami bekerja tanpa henti membuka akses ke lokasi keberadaan tujuh pekerja tersebut dengan bantuan alat berat, bor, dan drone,” jelasnya.
Meski menghadapi kendala berupa material lumpur bijih basah yang menumpuk, tim gabungan Freeport, Kementerian ESDM, MIND ID, dan Freeport McMoRan tetap berusaha memulihkan akses komunikasi sekaligus membuka jalur evakuasi secepat mungkin.
Tantangan Evakuasi di Tambang Bawah Tanah Grasberg
Longsor terjadi di area Extraction 28-30 Panel, salah satu blok produksi utama tambang bawah tanah GBC, sekitar pukul 22.00 WIT, Senin (8/9/2025). Material basah dalam jumlah besar mengalir dan menutup akses ke area tersebut, sehingga jalur evakuasi bagi pekerja yang terjebak sangat terbatas.
Menurut Tony Wenas, material lumpur basah yang banyak dan kondisi lokasi yang sempit menjadi tantangan utama dalam proses evakuasi. Meski begitu, tim penyelamat terus berupaya membuka akses dengan hati-hati untuk menghindari potensi longsor susulan.
Dampak Jangka Pendek dan Proyeksi Produksi
Penurunan produksi di tambang Grasberg diperkirakan akan berdampak pada keseluruhan kinerja PT Freeport Indonesia dalam jangka pendek. Dengan GBC menyumbang hampir dua pertiga produksi, beroperasinya hanya 30 persen dari kapasitas membuat target produksi perusahaan tahun ini sulit tercapai.
Kementerian ESDM dan Freeport pun tengah berkoordinasi untuk melakukan evaluasi dan perencanaan agar produksi dapat kembali pulih secara bertahap, sambil memastikan keselamatan para pekerja yang terdampak.
Kesimpulan
-
Longsor material basah di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave terjadi pada 8 September 2025 malam
-
Produksi Freeport di GBC turun drastis, hanya beroperasi 30 persen dari kapasitas normal
-
Tujuh pekerja masih terjebak di dalam tambang dan proses evakuasi terus dilakukan meski menghadapi tantangan berat
-
Produksi total Freeport Indonesia pada 2024 mencapai 208.356 ton per hari, dengan GBC menyumbang 64 persen
-
Kementerian ESDM, Freeport, dan MIND ID berkolaborasi untuk mengatasi insiden ini
Kita berharap upaya penyelamatan berjalan lancar dan produksi Freeport segera pulih, mengingat peran besar perusahaan ini dalam perekonomian Papua dan Indonesia.