FYP Media – Pribahasa adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang sarat makna. Meski sering terdengar kuno, sebenarnya banyak pribahasa yang tetap relevan di tengah kehidupan modern, termasuk bagi generasi muda. Di era serba cepat dengan teknologi yang terus berkembang, pribahasa bisa menjadi pengingat sederhana tentang nilai hidup, etika, dan sikap yang bijak dalam menghadapi tantangan.
Generasi sekarang mungkin lebih akrab dengan istilah quotes motivasi atau kutipan dari media sosial. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, pribahasa Indonesia punya makna yang tak kalah mendalam. Bahkan, beberapa di antaranya terasa sangat pas diterapkan dalam situasi kekinian, mulai dari urusan pertemanan, pekerjaan, hingga kehidupan sehari-hari.
1. “Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit”
Pribahasa ini menekankan pentingnya konsistensi. Dalam dunia modern, nasihat ini sangat sesuai untuk generasi muda yang sedang menabung, membangun karier, atau bahkan membangun personal branding di media sosial. Tidak semua kesuksesan datang secara instan, melainkan hasil dari langkah kecil yang terus dilakukan dengan sabar.
Bayangkan saja, konten kreator sukses di TikTok atau YouTube tidak langsung viral sejak awal. Mereka membangun audiens sedikit demi sedikit, hingga akhirnya dikenal luas.
2. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”
Di era digital, kolaborasi sering kali lebih kuat dibanding kompetisi. Pribahasa ini relevan untuk menggambarkan kekuatan kerja sama, baik di komunitas, organisasi, maupun dunia profesional.
Generasi muda bisa menerapkannya dalam banyak hal, seperti kerja kelompok di kampus, proyek startup, atau bahkan kolaborasi antar kreator konten. Prinsipnya jelas: bersama-sama, kita lebih kuat daripada berjalan sendiri.
3. “Tong kosong nyaring bunyinya”
Di zaman media sosial, sering kali orang terlihat pintar hanya karena banyak berbicara atau sering tampil di ruang publik. Namun, pribahasa ini mengingatkan kita untuk lebih menghargai orang yang benar-benar berisi pengetahuan dan pengalaman, dibanding mereka yang hanya suka mencari perhatian.
Pribahasa ini menjadi pengingat agar kita tidak mudah terkecoh dengan penampilan luar, dan tetap kritis dalam menyaring informasi yang kita terima setiap hari.
4. “Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya”
Meski sederhana, pribahasa ini sangat relevan untuk generasi muda yang sedang berjuang meraih masa depan. Di tengah banyaknya godaan gaya hidup konsumtif, pesan tentang rajin belajar dan bijak mengatur keuangan tetap penting.
Kini, belajar tidak hanya soal buku, tetapi juga bisa dari kursus online, pengalaman kerja, atau komunitas. Begitu juga dengan mengelola uang—dari sekadar menabung di bank hingga berinvestasi di instrumen modern seperti reksa dana atau saham.
5. “Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga”
Pribahasa ini mengingatkan bahwa sehebat apapun seseorang, pasti ada masa di mana ia melakukan kesalahan. Relevansinya di era sekarang sangat kuat, terutama ketika kita melihat fenomena cancel culture di media sosial.
Pesan ini bukan untuk menakuti, melainkan untuk menanamkan sikap rendah hati dan selalu mawas diri. Tidak ada yang sempurna, dan setiap orang bisa belajar dari kesalahannya.
6. “Air beriak tanda tak dalam”
Pribahasa ini masih sering terasa relatable di zaman sekarang. Artinya, orang yang banyak bicara belum tentu memiliki kedalaman ilmu atau pengalaman. Dalam era informasi yang penuh opini, pesan ini sangat penting agar generasi muda tidak hanya terpesona dengan kata-kata indah, tapi juga mencari substansi dari setiap ucapan atau informasi.
7. “Tak kenal maka tak sayang”
Di era globalisasi, pribahasa ini bisa diartikan sebagai ajakan untuk membuka diri terhadap perbedaan. Baik perbedaan budaya, agama, maupun pandangan hidup. Generasi muda yang hidup di tengah dunia yang makin terhubung perlu belajar mengenal orang lain lebih dulu sebelum memberi penilaian.
Pesan ini selaras dengan semangat toleransi dan keberagaman yang kini semakin dibutuhkan. (ra)