Presiden Prabowo: Indonesia Harus Punya Pertahanan Sangat Kuat Demi Kedaulatan Bangsa

prabowo

Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia harus memiliki sistem pertahanan yang sangat kuat untuk menjaga kedaulatan dan kemandirian bangsa di tengah dinamika geopolitik global.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Negara saat menghadiri gelar pasukan operasional dan kehormatan militer di Lanud Suparlan Pusdiklatpassus, Batujajar, Jawa Barat, Minggu (10/8/2025).

Indonesia Tidak Memihak Blok Mana pun

Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menekankan bahwa Indonesia berpegang pada prinsip politik luar negeri bebas aktif. Artinya, Indonesia tidak memihak blok negara mana pun, baik di kawasan Barat maupun Timur. Namun, sikap netral ini harus diimbangi dengan pertahanan nasional yang kokoh agar tidak mudah ditekan atau diintervensi oleh pihak luar.

“Indonesia tidak mau memihak blok mana pun. Namun, karena itu, tidak ada pilihan lain, Indonesia harus punya pertahanan yang sangat kuat,” tegas Presiden Prabowo.

Ia menegaskan bahwa kekuatan militer yang mumpuni akan menjadi benteng utama untuk melindungi kepentingan nasional, termasuk dalam menghadapi potensi ancaman dari luar negeri.

Antisipasi Potensi Konflik di Masa Depan

Presiden Prabowo juga mengingatkan bahwa dunia saat ini tengah berada dalam situasi penuh ketidakpastian. Berbagai konflik antarnegara terjadi di berbagai belahan dunia, yang menjadi pelajaran penting bagi Indonesia untuk meningkatkan kesiapan pertahanan.

“Keadaan dunia penuh ketidakpastian. Walaupun kita tidak suka perang, perang terjadi di mana-mana. Di kontinen Eropa perang besar terjadi, di Timur Tengah kita melihat bagaimana bangsa yang lemah dibantai, dan tidak ada yang bisa menghentikan itu,” ujarnya.

Menurut Presiden, pengalaman sejarah menunjukkan bahwa negara yang tidak memiliki pertahanan kuat akan rentan terhadap intervensi, bahkan ancaman eksistensial. Oleh karena itu, pembangunan kekuatan militer bukan hanya sekadar simbol, melainkan kebutuhan strategis.

Modernisasi Alutsista dan Peningkatan Kesiapan Pasukan

Penguatan pertahanan yang dimaksud mencakup modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista), peningkatan kemampuan personel militer, serta pengembangan teknologi pertahanan dalam negeri.

Presiden Prabowo juga menyoroti pentingnya latihan militer yang konsisten dan terarah agar pasukan TNI selalu siap menghadapi situasi darurat. Kemandirian industri pertahanan nasional menjadi salah satu fokus utama, sehingga Indonesia tidak bergantung pada impor senjata dari negara lain.

“Pertahanan yang kuat bukan hanya soal jumlah pasukan atau senjata modern, tapi juga kesiapan mental dan disiplin para prajurit dalam melaksanakan tugas,” jelasnya.

Diplomasi Didukung Kekuatan Militer

Meski menekankan pentingnya kekuatan militer, Presiden Prabowo menegaskan bahwa Indonesia tetap mengutamakan diplomasi sebagai garda terdepan dalam hubungan internasional. Namun, diplomasi akan lebih efektif jika didukung oleh pertahanan yang tangguh.

“Negara yang kuat akan lebih dihormati di dunia internasional. Kita akan lebih didengar jika kita memiliki kemampuan untuk menjaga diri dan melindungi rakyat,” kata Prabowo.

Ia menambahkan bahwa pembangunan pertahanan yang kuat juga harus sejalan dengan pembangunan ekonomi nasional. Dengan begitu, pertahanan tidak menjadi beban, melainkan investasi jangka panjang bagi keamanan dan kesejahteraan bangsa.

Seruan untuk Seluruh Komponen Bangsa

Dalam kesempatan itu, Presiden Prabowo mengajak seluruh komponen bangsa untuk ikut mendukung upaya penguatan pertahanan. Dukungan tersebut tidak hanya datang dari TNI, tetapi juga dari masyarakat sipil, industri, dan dunia pendidikan.

“Kedaulatan negara adalah tanggung jawab bersama. Kita semua harus berkontribusi, mulai dari membangun ketahanan ekonomi hingga menciptakan generasi muda yang siap membela tanah air,” pungkasnya.

Pesan Moral di Tengah Geopolitik Global

Pidato Presiden Prabowo di Batujajar menjadi pesan moral bagi bangsa Indonesia bahwa perdamaian hanya dapat terjaga jika suatu negara memiliki kemampuan untuk mempertahankannya. Sikap netral di kancah global bukan berarti lemah, melainkan berdiri tegak dengan prinsip yang jelas dan kekuatan yang memadai.

Dengan situasi dunia yang terus berubah cepat, Indonesia dituntut untuk adaptif sekaligus visioner dalam membangun kekuatan pertahanan. Seperti yang disampaikan Presiden Prabowo, “Tidak ada pilihan lain, Indonesia harus punya pertahanan yang sangat kuat.” (ra)