FYP Media.ID – Publik menantikan pengungkapan resmi oleh Polda Metro Jaya, yang akan menggelar konferensi pers khusus mengenai kematian diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan (ADP) pada siang ini pukul 13.30 WIB, untuk menjawab pertanyaan besar: apakah kasus ini bunuh diri atau pembunuhan?
Latar Belakang: Diplomatis Muda Ditemukan Tewas
Arya Daru, diplomat fungsional muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), ditemukan tewas di kamar kosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada 8 Juli 2025, dalam kondisi kepala terlilit lakban kuning dan tertutup plastik . Lakban ini kemudian terungkap dibeli di Yogyakarta bulan Juni bersama istrinya, dan biasa digunakan pegawai Kemlu saat perjalanan internasional sebagai penanda atau label barang KompasKompas Nasional.
Proses Penyelidikan: Berbasis Ilmiah dan Transparan
Polda Metro Jaya telah melakukan berbagai langkah penyelidikan secara seksama, termasuk:
-
Olah TKP lanjutan di indekos Arya bersama tim forensik, Inafis, dan tim kedokteran dari RSCM
-
Pengumpulan rekaman CCTV dari 20 titik berbeda, mencakup lingkungan kos hingga rooftop Gedung Kemlu
-
Pemeriksaan fisik jenazah dan otopsi internal beserta uji toksikologi oleh dokter forensik RSCM dan Puslabfor Polri
-
Uji digital forensik terhadap laptop dan ponsel korban, untuk melacak interaksi terakhir dan aktivitas digital Detik.
-
Pemeriksaan latar belakang korban dengan bantuan ahli psikologi forensik (Apsifor)
-
Keterangan dari 24 saksi yang terdiri dari penjaga kos, keluarga, rekan kerja, hingga orang terakhir komunikasi dengan korban.
Kompolnas dan Komnas HAM juga dilibatkan untuk memastikan proses transparan dan akuntabel
Dugaan Bunuh Diri Mendominasi: Pendapat Ahli Kriminologi
Kriminolog Universitas Indonesia, Josias Simon, menyampaikan bahwa dari bukti yang ada, dugaan bunuh diri lebih kuat daripada pembunuhan:
“Memang ada kemungkinan seseorang membunuh sendiri dengan cara rapih, tapi bukti yang ada sangat lemah.” Kompas
Pandangan serupa juga berasal dari kriminolog lain, Adrianus Meliala, yang menyebut tidak ditemukannya tanda kekerasan, akses pintu terkunci dari dalam, dan tidak adanya perlawanan sebagai indikasi kuat arah bunuh diri Kompas.
Namun, karena keanehan metode—seperti melilit kepala sendiri dengan lakban—Josias dan ahli lain menekankan pentingnya penjelasan ilmiah yang gamblang dari polisi untuk membuktikan hipotesis ini secara jelas dan rasional Kompas.
Motif: Kunci Jutaan Spekulasi
Baik Josias maupun ahli lain menegaskan, pemahaman motif kematian Arya sangat krusial. Jika motif tidak diungkap, publik akan terus berspekulasi, khawatir kasus ini disembunyikan atau dipropagandakan.
“Motif itu kunci. Kalau tidak dijelaskan, publik akan terus bertanya.” Kompolnas pun mendukung hal ini, menjanjikan klarifikasi menyeluruh dari bukti fisik hingga digital yang telah dikumpulkan
Temuan Kunci: Barang yang Meningkatkan Pertanyaan
Polisi menemukan tas milik Arya yang dibawa ke lantai 12 Gedung Kemlu malam sebelum kematiannya, berisi laptop, pakaian baru, nota, alat kantor, obat-obatan, dan surat rawat jalan. Semua ini menimbulkan tanda tanya soal kondisi mental dan kejiwaan korban pada waktu itu Jawa Pos.
Selain itu, lakban kuning yang melilit kepala korban telah dibeli dengan sendirinya dan biasa digunakan saat bepergian ke luar negeri, bukan alat kekerasan bawaan orang lain KompasKompas Nasional.
Konferensi Pers Polda Metro: Jawaban Segera Terungkap
Hari ini Polda Metro Jaya akan menyampaikan hasil gelar perkara yang digelar pada 28 Juli 2025, pukul 13.30 WIB, dengan melibatkan Kompolnas, Komnas HAM, ahli psikologi, forensik, dan siber. Semua bukti dari latar belakang korban hingga hasil otopsi diharapkan akan disampaikan secara transparan untuk menjawab misteri ini.
Spekulasi vs Fakta: Pentingnya Penjelasan Saintifik
Beragam pendapat dan spekulasi telah beredar di masyarakat dan media. Untuk meredam ketidakpastian, penjelasan berbasis data ilmiah adalah satu-satunya jalan.
Seperti ditegaskan Josias, “bagaimana bisa melilit kepala sendiri dengan lakban? Itu harus dijelaskan secara saintifik”—bukan hanya berdasarkan asumsi emosional atau teori konspirasi Kompas.
Kesimpulan: Tunggu Jawaban Final dari Polisi
Kasus kematian Arya Daru Pangayunan menyajikan teka-teki yang kompleks—di satu sisi dugaan bunuh diri yang semakin diperkuat oleh bukti faktual; di sisi lain, kemungkinan kecil pembunuhan yang sempurna tanpa jejak. Motif, kondisi mental korban, dan detail teknis akan menentukan kesimpulan terakhir.
Polda Metro Jaya melalui konferensi pers hari ini memiliki tanggung jawab besar untuk memberi jawaban jelas yang berdasar ilmiah dan logis. Publik menunggu dengan harap bahwa keterbukaan, transparansi, dan profesionalisme akan menghadirkan jawaban yang memuaskan.