Writer: Raodatul - Sabtu, 20 Desember 2025 11:59:09
FYPMedia.id - Perburuan intensif aparat keamanan Amerika Serikat terhadap oknum pelaku penembakan massal di kampus bergengsi Brown University akhirnya berakhir secara tragis.
Setelah diburu selama berhari-hari lintas negara bagian, pelaku ditemukan tewas akibat bunuh diri, meninggalkan duka mendalam, tanda tanya besar soal motif, serta kembali memicu perdebatan nasional mengenai keamanan kampus dan kekerasan bersenjata di AS.
Insiden penembakan massal ini mengguncang Brown University yang berlokasi di Providence, Rhode Island, pada Sabtu (13/12/2025) waktu setempat.
Di tengah suasana ujian akhir semester, seorang pria bersenjata senapan menerobos masuk ke salah satu gedung kampus dan melepaskan tembakan secara brutal.
Dua mahasiswa tewas di lokasi, sementara delapan orang lainnya mengalami luka-luka, termasuk satu korban dalam kondisi kritis.
Kejadian tersebut langsung memicu kepanikan luas, evakuasi darurat, serta penutupan sementara area kampus.
Aparat keamanan federal dan negara bagian dikerahkan dalam skala besar, menjadikan peristiwa ini salah satu kasus penembakan kampus paling menyita perhatian publik Amerika Serikat pada akhir 2025.
Baca Juga: KPK Benarkan OTT di Bekasi, Sekitar 10 Orang Diamankan
Perburuan Intensif Berhari-hari
Sejak hari pertama, kepolisian Providence bersama FBI menghadapi tantangan besar dalam mengidentifikasi dan melacak pelaku. Minimnya petunjuk awal membuat penyelidikan berjalan lambat.
Aparat hanya mengandalkan rekaman kamera pengawas, keterangan saksi, serta foto seorang pria yang diduga kuat sebagai tersangka yang kemudian dirilis ke publik.
FBI bahkan membuka jalur laporan khusus bagi masyarakat yang mungkin melihat atau memiliki informasi terkait pelaku. Meski demikian, hari demi hari berlalu tanpa penangkapan.
Situasi ini menimbulkan kecemasan publik, terutama di lingkungan kampus dan universitas lain di wilayah New England. Keamanan diperketat, sementara mahasiswa dan dosen hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan kemungkinan serangan lanjutan.
Pelaku Ditemukan Tewas
Titik terang baru muncul pada Kamis (18/12) malam waktu setempat. Kepolisian Providence mengumumkan bahwa seorang pria yang diduga kuat sebagai pelaku penembakan ditemukan telah meninggal dunia di sebuah unit penyimpanan (storage) di Salem, New Hampshire, sekitar 30 kilometer dari pusat kota Boston.
Kepala Kepolisian Providence, Oscar Perez, mengonfirmasi bahwa pelaku mengakhiri hidupnya sendiri.
"Dia mengakhiri hidupnya sendiri malam ini," kata Perez dalam pernyataan resminya.
Pelaku diidentifikasi sebagai Claudio Neves-Valente, warga negara Portugal berusia 48 tahun. Ia diketahui pernah menjadi mahasiswa di Brown University lebih dari dua dekade lalu.
Di lokasi penemuan jasad, polisi juga menemukan dua senjata api, yang diyakini digunakan dalam aksi penembakan tersebut.
Otoritas memastikan bahwa Valente bertindak seorang diri dan tidak terlibat jaringan atau kelompok tertentu.
Wali Kota Providence, Brett Smiley, menyampaikan kelegaan publik meski diiringi kesedihan mendalam.
"Malam ini, warga Providence akhirnya dapat bernapas sedikit lebih lega," ujarnya kepada wartawan.
Baca Juga: Mentan Tegaskan Pedagang Dilarang Jual Pangan di Atas HET Jelang Nataru
Jejak Pelarian dan Pengungkapan Identitas
Penyelidikan lanjutan mengungkap bahwa Valente sempat berpindah-pindah lokasi setelah penembakan.
Polisi memperoleh terobosan penting setelah menerima laporan adanya keributan yang melibatkan Valente di kamar mandi kampus. Dari informasi tersebut, aparat menelusuri mobil sewaan yang digunakan pelaku.
Rekaman CCTV dari sebuah toko di Massachusetts menunjukkan Valente mengenakan pakaian yang identik dengan rekaman saat penembakan di Brown University.
Nama pelaku juga tercantum dalam perjanjian sewa kendaraan dan unit penyimpanan tempat jasadnya ditemukan.
Menurut pihak berwenang, Valente bahkan menyewa unit storage tersebut untuk menyimpan jasadnya sendiri, mengindikasikan bahwa aksi bunuh diri telah direncanakan sebelumnya.
Dugaan Keterkaitan dengan Penembakan Profesor MIT
Kasus ini semakin kompleks ketika otoritas menyatakan adanya dugaan kuat bahwa pelaku juga terlibat dalam penembakan fatal terhadap seorang profesor Massachusetts Institute of Technology (MIT). Profesor tersebut, Nuno Loureiro, ditembak mati di rumahnya di wilayah Boston, dua hari setelah insiden di Brown University.
Jaksa AS di Boston, Leah Foley, menyebut bahwa penyidik memiliki bukti yang cukup untuk menghubungkan Valente dengan pembunuhan tersebut.
Ia mengatakan penyidik yakin Valente "membunuh profesor MIT Nuno Loureiro" pada Senin.
Valente diketahui pernah menempuh pendidikan doktoral di bidang fisika dan mengenal baik gedung tempat penembakan di Brown University terjadi.
Bahkan, seorang pejabat Providence mengungkap bahwa Valente dan Profesor Loureiro pernah menempuh pendidikan di universitas yang sama di Lisbon, Portugal.
Baca Juga: OTT KPK Guncang Bekasi, Bupati Ade Kuswara Diperiksa Intensif
Motif Masih Misterius
Hingga kini, motif di balik penembakan ganda yang melibatkan dua institusi pendidikan terkemuka ini masih menjadi teka-teki besar.
Otoritas belum menemukan indikasi ideologis, politik, atau ekstremisme tertentu yang melatarbelakangi aksi tersebut.
Jaksa Agung Rhode Island, Peter Neronha, mengakui keterbatasan informasi terkait alasan di balik tindakan pelaku.
"Saya rasa kita tidak tahu mengapa sekarang, atau mengapa Brown, atau mengapa para siswa ini, mengapa kelas ini," ujarnya.
Pihak berwenang menegaskan bahwa penyelidikan tetap berlanjut untuk memahami latar belakang psikologis, akademik, dan sosial pelaku. Informasi terkait motif akan disampaikan kepada publik jika sudah dipastikan.
Korban dan Duka Mendalam
Dua mahasiswa Brown University yang tewas telah diidentifikasi sebagai Ella Cook, wakil presiden asosiasi Partai Republik di kampus tersebut, dan Muhkhammad Aziz Umurzokov, mahasiswa asal Uzbekistan yang bercita-cita menjadi dokter bedah saraf.
Komunitas kampus menggelar doa bersama, konseling trauma, dan peringatan bagi para korban. Presiden universitas menyebut kejadian ini sebagai “luka mendalam dalam sejarah kampus” dan berjanji memperkuat sistem keamanan.
Isu Kekerasan Senjata Kembali Mengemuka
Tragedi ini kembali menyalakan perdebatan panas di Amerika Serikat terkait regulasi senjata api, keamanan kampus, serta sistem deteksi dini terhadap individu berisiko tinggi.
Banyak pihak menilai kasus ini menunjukkan celah serius dalam perlindungan institusi pendidikan, bahkan yang memiliki reputasi global sekalipun.
Meski perburuan pelaku telah berakhir, pertanyaan besar masih menggantung: bagaimana tragedi semacam ini bisa dicegah di masa depan?
Yang pasti, peristiwa di Brown University menambah daftar panjang luka akibat kekerasan bersenjata di Amerika Serikat, sebuah pengingat pahit bahwa keamanan publik tetap menjadi tantangan besar di negeri tersebut.