FYPMEDIA.ID — “Kenapa orang di Indonesia tidak menuntut pendidikan yang tinggi?” Banyak pertanyaan tentang ini karena memang Indonesia dengan populasi lebih dari 270 juta orang memiliki tantangan besar dalam meningkatkan tingkat pendidikan tinggi di kalangan warganya. Meski dalam beberapa hal telah terjadi kemajuan signifikan dalam beberapa dekade terakhir, tetapi masih ada berbagai alasan banyak orang Indonesia tidak melanjutkan pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi. Peningkatan peran teknologi juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi beberapa tantangan dalam pendidikan tinggi. Platform pembelajaran online dapat memberikan akses pendidikan yang lebih luas kepada masyarakat di wilayah terpencil. Teknologi informasi dan komunikasi juga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan informasi yang lebih mudah diakses tentang peluang pendidikan tinggi.
Kenapa enggak harus kuliah atau berpendidikan?
Salah satu hambatan terbesar adalah keterbatasan ekonomi. Banyak keluarga di Indonesia yang masih berpenghasilan rendah sehingga prioritas utama mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Tidak hanya itu saja kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan tinggi menjadi faktor penting. Beberapa keluarga di Indonesia tidak memahami manfaat jangka panjang dari pendidikan tinggi, baik dari segi peningkatan pendapatan maupun peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. Selain itu, masih banyak anak muda di Indonesia merasa perlu untuk segera bekerja setelah lulus SMA. Bahkan, lebih awal untuk membantu keuangan keluarga mereka didorong dengan tekanan ekonomi membuat mereka lebih memilih untuk mencari pekerjaan daripada melanjutkan pendidikan.
Sudut pandang “orang tua” dan “anak”
Orang tua sering kali memprioritaskan kebutuhan ekonomi keluarga jangka pendek. Mereka merasa bahwa anak-anak mereka perlu bekerja setelah lulus sekolah menengah untuk membantu keuangan keluarga dan tidak hanya itu masih banyak orang tua di Indonesia merasa tertekan secara finansial. Biaya pendidikan tinggi dianggap sangat mahal dan di luar jangkauan bagi banyak keluarga, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Kuliah, terutama di universitas ternama, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya kuliah, hidup, dan akomodasi dapat menjadi beban finansial bagi keluarga, terutama bagi mereka yang berasal dari latar belakang kurang mampu. Orang tua mungkin khawatir tentang bagaimana mereka akan membiayai pendidikan anak mereka, dan apakah itu akan sepadan dengan hasil yang diperoleh.
Di era globalisasi, banyak pekerjaan yang tidak lagi mensyaratkan gelar sarjana. Orang tua menyadari bahwa anak mereka dapat memperoleh pekerjaan yang layak dan penghasilan yang cukup tanpa harus kuliah. Mereka mungkin lebih fokus pada pengembangan keterampilan dan pengalaman kerja anak mereka daripada gelar sarjana.
Lalu, bagaimana dalam sudut pandang anak?
Kurangnya motivasi dan dukungan dari lingkungan sekitar juga menjadi faktor. Dukungan dari guru dan sekolah yang mungkin kurang optimal dapat membuat mereka merasa tidak yakin untuk melanjutkan pendidikan. Tekanan ekonomi dan sosial yang anak-anak sering merasa tekanan untuk membantu keuangan keluarga. Mereka merasa bersalah jika memilih untuk melanjutkan pendidikan daripada bekerja dan memberikan kontribusi finansial.
Namun, tidak jarang juga ada anak-anak yang menginginkan untuk berpendidikan tinggi dan mengusahakan apapun untuk mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak untuk dirinya. Bahkan tidak jarang anak-anak di Indonesia banyak yang kuliah sambil bekerja untuk keseimbangan ekonomi keluarganya. Lingkungan pertemanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik di Indonesia. Teman sebaya dapat memberikan motivasi, dukungan, dan pengaruh positif yang mendorong siswa untuk belajar lebih giat dan mencapai hasil yang lebih baik. Di sisi lain, teman sebaya juga dapat memberikan pengaruh negatif yang dapat menghambat prestasi akademik siswa. Meningkatkan akses pendidikan tinggi di Indonesia merupakan investasi penting untuk masa depan bangsa.
Realitas kehidupan
Meski begitu, semua harus menghadapi realitas kehidupan. Akses ke perguruan tinggi yang terbatas dan infrastruktur yang kurang memadai juga mempengaruhi keputusan anak-anak. Kualitas pendidikan dasar dan menengah yang masih perlu ditingkatkan juga berpengaruh. Banyak siswa yang tidak memiliki fondasi akademis yang kuat sehingga merasa kesulitan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dikarenakan kurikulum yang tidak selalu relevan dengan kebutuhan pasar kerja dan metode pengajaran yang kurang efektif dapat membuat siswa kehilangan minat untuk belajar lebih lanjut. Mereka melihat banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur atau bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusan mereka sehingga mereka ragu untuk menginvestasikan waktu dan uang mereka untuk pendidikan tinggi.
Meningkatkan akses pendidikan tinggi di Indonesia merupakan investasi penting untuk masa depan bangsa. Dengan meningkatkan kualitas SDM, Indonesia akan lebih siap untuk menghadapi tantangan global dan membangun bangsa yang lebih maju dan sejahtera. Dengan kerja sama yang solid dari semua pihak, harapan untuk meningkatkan akses pendidikan tinggi di Indonesia dapat menjadi kenyataan. Pendidikan tinggi adalah kunci untuk membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah bagi bangsa Indonesia.