Writer: Raodatul - Jumat, 21 November 2025 08:00:00
FYPMedia.id - Washington D.C. kembali memanas setelah rangkaian insiden Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperlihatkan ledakan emosinya terhadap sejumlah jurnalis perempuan terkait pertanyaan mengenai berkas investigasi Jeffrey Epstein.
Dalam rentang beberapa hari, Trump terekam menghina, membentak, bahkan mengacungkan jari ke wajah reporter yang sedang menanyakan sikap pemerintah terkait dokumen miliarder pelaku kejahatan seksual itu.
Kontroversi terbaru ini bukan hanya memicu kemarahan publik dan komunitas pers, tetapi juga kembali mempertajam kritik terhadap gaya komunikasi Trump yang kerap dianggap agresif, seksis, dan tidak menghormati kebebasan pers.
Insiden Pertama Terungkap: Trump Sebut Reporter Bloomberg ‘Piggy’
Salah satu momen yang paling menyita perhatian publik berasal dari percakapan di pesawat Air Force One, yang baru viral belakangan ini meski terjadi beberapa waktu sebelum Trump marah kepada reporter ABC News Mary Bruce.
Dalam rekaman yang beredar di media sosial, Trump terdengar menghina jurnalis Bloomberg, Catherine Lucey, dengan sebutan yang dianggap merendahkan perempuan.
Ketika ditanya pertanyaan berulang terkait alasan Trump tidak mau merilis dokumen-dokumen investigasi Jeffrey Epstein, Trump tampak tersulut emosinya.
Dalam rekaman tersebut Trump mengatakan: "Diam, diam, Piggy," ujar Trump sambil menunjuk ke arah Lucey.
Kata “piggy” dikenal luas sebagai istilah penghinaan, bermakna memanggil seseorang babi, dan dianggap sangat ofensif terutama terhadap perempuan.
Insiden itu membuat banyak tokoh media mengecam Trump. Jurnalis CNN, Jake Tapper, menyebut tindakan Trump sebagai perilaku yang tidak dapat ditoleransi.
Tapper mengatakan komentar "piggy" itu "menjijikkan dan sama sekali tidak dapat diterima."
Baca Juga: Donald Trump Cabut Aturan Anti Kripto Joe Biden 21 Februari: Era Baru untuk Aset Digital?
Respons Gedung Putih: Serangan Balik ke Media, Bukan Permintaan Maaf
Alih-alih memberikan klarifikasi atau permohonan maaf, Gedung Putih justru mengambil posisi defensif dan menyerang balik media.
Saat pertama kali merespons amukan Trump kepada Mary Bruce, Gedung Putih menyebut ABC News sebagai: "operasi memutarbalikan fakta Partai Demokrat yang menyamar sebagai jaringan penyiaran."
Terkait insiden sebutan “piggy” kepada Catherine Lucey, Gedung Putih memberikan komentar yang mengejutkan: “Jika Anda akan memberi, Anda harus bisa menerima.”
Pernyataan itu menyiratkan bahwa bagi Gedung Putih, sikap Trump adalah bentuk “balasan” terhadap jurnalis yang dianggap mengganggu atau terlalu agresif.
Tak berhenti di situ, Gedung Putih bahkan menampilkan sejumlah potongan berita lama ABC News dan menyebut laporan-laporan tersebut sebagai bagian dari “penipuan” yang sengaja dibuat untuk menjatuhkan Trump.
Seorang pejabat Gedung Putih yang tidak ingin disebutkan namanya bahkan menuding Lucey sebagai pihak yang tidak profesional.
Pejabat itu mengatakan: "Reporter ini berperilaku tidak pantas dan tidak profesional terhadap rekan-rekannya di pesawat. Jika Anda ingin memberi, Anda harus bisa menerimanya."
Insiden Kedua: Ledakan Amarah “Quiet! Quiet Piggy!” Terekam Jelas
Beberapa hari setelah insiden pertama, Trump kembali kehilangan kesabaran dalam sesi tanya jawab dengan reporter. Insiden ini terekam jelas dan disiarkan oleh berbagai media, salah satunya Daily Mail.
Dalam momen tersebut, para jurnalis menanyakan pertanyaan sensitif terkait desakan anggota parlemen Republik agar Departemen Kehakiman merilis seluruh dokumen investigasi Epstein.
Catherine Lucey kembali menanyakan hal yang sama—dan kembali Trump kehilangan kendali.
Trump berteriak: "Quiet! Quiet Piggy.”
Video tersebut menunjukkan Trump mengacungkan jari ke wajah Lucey sambil menatap tajam, sebuah gestur yang oleh banyak aktivis dianggap intimidatif.
Menurut laporan Daily Mail, Trump saat itu sedang berada di bawah tekanan berat dari partai Republik maupun Demokrat terkait transparansi dokumen Epstein yang telah lama menjadi tuntutan publik.
Insiden Ketiga: Trump Bentak Lucey Lagi, Sebut Ia “the Worst”
Dalam insiden ketiga yang terjadi hanya berselang dua hari, Trump kembali menunjukkan ketidaksabarannya.
Saat berbicara kepada wartawan mengenai wawancara Tucker Carlson dengan Nick Fuentes, Trump kembali diinterupsi oleh Catherine Lucey. Tidak terima, Trump berkata dengan nada tinggi: “Bisakah Anda membiarkan saya menyelesaikan pernyataan saya?”
Ketika Lucey mencoba melanjutkan pertanyaan, Trump semakin emosional dan mengatakan: "Anda yang terburuk! Anda bersama Bloomberg, kan? Anda yang terburuk!"
Beberapa analis politik menyebut rangkaian insiden ini sebagai bentuk pola agresi verbal Trump terhadap jurnalis perempuan, sebuah pola yang sudah sering terjadi sejak kampanye pertamanya pada 2016.
Tekanan Politik di Balik Amarah Trump: Berkas Epstein dan Ketakutan Akan Dampak Politik
Di balik seluruh insiden ini, analis menilai ada satu penyebab utama yang membuat emosi Trump memuncak: meningkatnya tekanan bagi pemerintah untuk merilis semua berkas Epstein.
Selama berbulan-bulan, Trump dan pejabat Gedung Putih menolak upaya bipartisan Kongres. Namun kini, baik Demokrat maupun Republik mendesak agar dokumen tersebut dibuka ke publik.
Trump sebelumnya menyebut dorongan itu sebagai: “perangkap Demokrat untuk mengalihkan perhatian.”
Presiden bahkan menuduh sesama anggota Partai Republik sebagai pengkhianat.
Ia menyebut salah satu sekutu konservatifnya yang paling vokal, Marjorie Taylor Greene, sebagai: “pengkhianat.”
Namun setelah melihat dukungan bipartisan yang kuat, Trump berubah haluan dan menyatakan bahwa ia akan menandatangani undang-undang untuk merilis berkas Epstein.
Dalam unggahannya di Truth Social pada hari Minggu, ia menulis: “Kami tidak menyembunyikan apa pun dan sudah waktunya untuk melupakan Hoax Demokrat ini.”
Baca Juga: 3 Kontroversi Ballerina Farm dan Isu Seksisme serta Misoginis
RUU Rilis Berkas Epstein Segera Disahkan
DPR dijadwalkan melakukan pemungutan suara terkait RUU pembukaan semua dokumen Epstein pada Selasa. Apabila lolos, RUU tersebut akan diteruskan ke Senat dan kemudian ke meja Presiden.
Trump bahkan mengatakan ia bersedia menandatangani perintah eksekutif jika diperlukan.
Di Ruang Oval, Trump mengatakan: "Kami akan memberikan segalanya kepada mereka. Saya akan membiarkan mereka memeriksanya… tetapi jangan terlalu banyak membicarakannya… Ini benar-benar masalah Demokrat. Demokrat adalah teman-teman Epstein, semuanya, dan ini hoaks."
Sementara itu, Komite Pengawas DPR yang dikuasai Partai Republik telah merilis lebih dari 23.000 dokumen dari ahli waris Epstein. Dokumen-dokumen itu berisi korespondensi email Epstein beberapa bulan sebelum kematiannya di penjara New York tahun 2019.
Penutup: Pers Perlu Dilindungi, Bukan Diserang
Rangkaian insiden ini semakin mempertegas hubungan retak antara Trump dan jurnalis, terutama reporter perempuan yang kerap menjadi target kemarahannya.
Komunitas pers internasional mendesak pemerintah agar mengingatkan kembali prinsip dasar demokrasi: transparansi dan kebebasan pers.
Insiden sebutan “Piggy” bukan hanya masalah etika personal, tetapi menunjukkan bagaimana ketegangan politik dan tekanan hukum bisa melahirkan tindakan agresif dari seorang kepala negara.
Dengan isu Epstein yang semakin panas dan tekanan publik yang kian besar, tampaknya hubungan Trump dengan media masih akan terus menjadi arena konflik yang sulit diprediksi.