Writer: Adit - Kamis, 08 Mei 2025
FYP Media.id - Pada Kamis, 8 Mei 2025 - Kerja sama lintas negara dalam industri film bukanlah hal baru, tetapi tetap menjadi kabar yang membanggakan ketika karya anak bangsa mendapat pengakuan dan kesempatan untuk diadaptasi di pasar internasional. Kali ini, bukan satu, bukan dua, tapi tiga film Indonesia akan di-remake oleh rumah produksi Korea Selatan. Salah satunya bahkan merupakan film yang tak disangka-sangka sukses besar: Agak Laen.
1. "Agak Laenâ€: Dari Podcast Komedi Horor Lokal ke Layar Global
Agak Laen bukanlah film yang dari awal digadang-gadang akan meledak. Ceritanya sederhana dan absurd: sekelompok sahabat mengelola rumah hantu dan berusaha membuatnya lebih menyeramkan agar ramai pengunjung. Tapi alih-alih menakut-nakuti, rumah hantu itu malah menelan korban jiwa sungguhan. Nuansa horor dipadu dengan komedi khas Indonesia menjadikan film ini unik dan sangat menghibur.
Film besutan sutradara Muhadkly Acho ini ternyata berhasil mengejutkan publik. Dengan 9,1 juta penonton lebih, Agak Laen meraih posisi kedua dalam daftar film Indonesia terlaris sepanjang masa. Tak butuh waktu lama, film ini pun diumumkan akan berlanjut ke Agak Laen 2 yang dijadwalkan rilis pada kuartal keempat 2025.
Melihat besarnya dampak dan potensi Agak Laen, tak heran jika Barunson E&A—studio besar Korea di balik film Parasite yang memenangkan Oscar—tertarik untuk me-remake-nya. Dan tidak hanya film pertamanya saja, tetapi juga sekuelnya yang belum tayang!
-
"Tinggal Meninggalâ€: Komedi Tragis Tentang Kebohongan Kecil yang Jadi Bencana
Dijadwalkan tayang Agustus 2025, Tinggal Meninggal menawarkan pendekatan yang segar terhadap tema umum: kesepian dan kebutuhan akan validasi. Tak hanya lucu, film ini menyentuh sisi emosional yang mungkin sangat dekat dengan realitas banyak orang. Cerita yang menyentil, dengan gaya humor yang khas, membuat film ini punya potensi besar untuk diterima secara luas.
Dengan dipegangnya lisensi remake oleh Barunson E&A, kisah Gema akan diinterpretasi ulang dalam konteks budaya Korea. Hal ini membuka peluang untuk menjangkau penonton global dengan rasa yang tetap relevan namun memiliki warna lokal dari negeri Ginseng.
-
Imajinari x Barunson: Kolaborasi Dua Negara yang Punya Cita Rasa Cerita yang Kuat
"Kolaborasi ini sangat menyenangkan,†ujar Ernest. "Kami ingin cerita kami bisa dinikmati lebih luas, tanpa kehilangan jati diri.â€
CEO Barunson, Yoonhee Choi, juga menyampaikan kekagumannya terhadap Imajinari. Menurutnya, Imajinari adalah studio yang piawai dalam meramu cerita tentang hubungan manusia, cinta, dan keluarga, namun dikemas dengan sudut pandang yang segar dan menghibur.
"Kami ingin memperkenalkan cerita-cerita unik dari Imajinari ke dunia,†katanya. "Dan ini baru awal.â€
Sebelum memegang hak remake untuk ketiga film tersebut, Barunson juga pernah terlibat dalam sejumlah produksi film Indonesia seperti 13 Bombs, Respati, dan reboot Rangga & Cinta. Langkah mereka masuk lebih dalam ke pasar film Asia Tenggara, khususnya Indonesia, menandakan betapa berkembangnya industri film kita dan betapa besarnya peluang untuk ekspansi global.
-
Adaptasi sebagai Pengakuan, Bukan Sekadar Peluang Bisnis
Ini bukan sekadar kesempatan untuk menjual hak cipta, melainkan juga pembuka jalan untuk memperluas narasi khas Indonesia ke panggung global. Dan jika adaptasi ini sukses, bukan tak mungkin cerita-cerita dari Indonesia akan makin dilirik oleh dunia, baik untuk dijual ulang maupun sebagai inspirasi orisinal.
-
Tiga Judul, Satu Harapan: Film Indonesia Bisa Mendunia
Dengan langkah strategis ini, kerja sama Imajinari dan Barunson E&A bisa menjadi gerbang menuju lebih banyak kolaborasi internasional di masa depan. Jika berhasil, bukan tak mungkin kita akan melihat lebih banyak karya kreator Indonesia tayang di bioskop-bioskop dunia dalam versi berbeda, namun tetap membawa jiwa dan semangat Indonesia.
Kini tinggal menunggu bagaimana Agak Laen, Agak Laen 2, dan Tinggal Meninggal akan diinterpretasikan dalam versi Korea. Tapi satu hal sudah pasti: cerita dari negeri kita tak lagi hanya milik kita—mereka siap menjadi milik dunia.