Menguak Sejarah Kerupuk sebagai Bagian dari Budaya Kuliner Nusantara

iStockphoto

FYPMEDIA.ID – Kerupuk merupakan camilan ringan yang kerap kali menjadi pelengkap hidangan utama dengan menambah sensasi tersendiri saat menyantap makanan. Camilan telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam budaya bersantap Nusantara.

Siapa yang menyangka camilan renyah ini sudah dikenal sejak berabad-abad silam, terbukti dari penyebutan kata “kerupuk” atau “kurupuk” dalam prasasti, naskah kuno membuktikan camilan renyah ini bukan makanan yang baru ditemukan di Nusantara.

Salah satu bukti tertua dapat ditemukan dalam Kakawin Sumanasāntaka, sebuah karya sastra Jawa kuno dari abad ke-13 yang ditulis oleh Mpu Monaguna. Dalam naskah tersebut, terdapat sebutan tentang kurupuk, yang jelas merujuk pada kerupuk, makanan yang kini kita kenal sebagai pelengkap santapan sehari-hari.

Sejarawan kuliner dari Universitas Padjajaran, Fadly Rahman menjelaskan bahwa penyebutan kerupuk dalam karya sastra ini menunjukkan bahwa kerupuk sudah menjadi bagian dari budaya kuliner Nusantara sejak masa kerajaan Majapahit.

“Kerupuk sudah dikenal dalam literatur klasik, membuktikan betapa lama makanan ini menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa,” kata Fadly.

Baca juga: Jangan Lewatkan! Nikmati 5 Makanan Khas Batam Saat Berkunjung

Teknik mengolah kerupuk pada zaman dulu tidak menggunakan minyak goreng seperti masa sekarang. Sebagai gantinya, kerupuk disangrai dengan menggunakan pasir atau minyak kelapa, yang merupakan metode tradisional yang dipraktikkan oleh masyarakat pada waktu itu. Selain sebagai camilan atau lauk, kerupuk memiliki peran penting dalam dunia perdagangan. Ia menyebar dari Jawa ke berbagai daerah lain, termasuk Semenanjung Melayu, bahkan hingga ke negara-negara jauh, seperti Suriname dan Afrika Selatan, berkat pengaruh budaya dan pergerakan migrasi masyarakat Indonesia.

Keanekaragaman budaya di Nusantara juga memberikan kontribusi besar terhadap berbagai variasi kerupuk yang ada. Misalnya, di daerah pedalaman terdapat kerupuk rambak yang terbuat dari kulit hewan, sementara di daerah pesisir, kerupuk ikan dan udang lebih dominan. Selain itu, kerupuk emping yang terbuat dari biji melinjo juga merupakan jenis kerupuk khas yang populer. Semua jenis kerupuk ini mencerminkan kreativitas luar biasa masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan bahan-bahan lokal yang tersedia, menjadikannya sebagai bagian tak terpisahkan dari tradisi kuliner Nusantara.

Kerupuk yang pada awalnya terbuat dari bahan-bahan sederhana, seperti tepung tapioka atau beras, telah mengalami transformasi dan perkembangan seiring berjalannya waktu. Kini, kerupuk bukan hanya sekadar makanan ringan, melainkan juga telah menjadi simbol dari keberagaman kuliner di Indonesia, yang terus berkembang dari zaman kerajaan hingga masa kini.