FYPMEDIA.ID – Sebagai wujud kompetensi dosen, selain melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar, dosen juga dituntut untuk melakukan penelitian dan pengabdian. Selain itu dosen juga diharapkan mampu menciptakan inovasi dan meningkatkan kekayaan intelektual. Salah satu upaya untuk menciptakan kekayaan intelektual tersebut adalah dengan menulis dan menerbitkan buku.
Hal ini pula yang menjadi pemicu bagi Dr. Apt. Eka Fitrianda, M.Farm, Apt. Ria Afrianti, M.Farm, Dr. Apt. Ifmaily, S.Si., M.kes. Dosen Fakultas Farmasi Universitas Perintis Indonesia. untuk melaksanakan tuntutan profesi tersebut mereka menulis dan menerbitkan buku ber-ISBN pada salah satu penerbit ternama di Indonesia, dan memiliki cakupan distribusi skala nasional yaitu diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Riyadz pada 2024.
Buku teks ilmiah yang berjudul “Sitotoksik Ekstrak Daun Bidara terhadap Sel Kanker T47D” tersebut juga menjadi kolaborasi antara dosen dan mahasiswa program sarjana farmasi yaitu Muhammad Riyadz Aqsha, Geby Fernando, dan Atika Novi Indiyani. Buku ini dibagi menjadi 5 bab yang menjadi topik utama yatu sel kanker payudara dan daun bidara.
“Menulis buku merupakan cita-cita sejak lama dan salah satu bentuk dari tanggung jawab bagi dosen yang mengampu mata kuliah tertentu. Mata kuliah yang sudah diampu selama ini tentu akan memberikan kita kekhususan wawasan pada bidang tertentu, sehingga memberikan kita memiliki keuntungan, dengan memiliki wawasan tersebut dapat dituang tulisan dalam buku,” ungkap Ifmaily.
Ifmaily mengakui, memang tidak mudah untuk menulis buku, khususnya jika dihadapkan dengan rutinitas mengajar. Namun bagaimanapun juga menulis buku merupakan tuntutan profesinya sebagai dosen profesional.
“Keuntungan menerbitkan buku di penerbit skala nasional adalah distribusinya mencakup pasar nasional. Buku setebal 62 halaman ini diharapkan dapat menjadi reference bagi mahasiswa Farmasi dan Kedokteran khususnya dan pembelajar lainnya serta untuk menambah wawasan bagi praktisi untuk lebih memahami tentang kanker payudara T47D dan tumbuhan bidara” imbuh Muhammad Riyadz Aqsha.
