7 Dampak Negatif Jika Anak Hanya Didorong Raih Prestasi Akademik

akademik
Ilustrasi anak belajar.(FREEPIK)

FYPMedia.id – Di era kompetisi akademik yang semakin ketat, banyak orangtua menekankan anak untuk selalu meraih nilai tinggi, juara lomba, atau ranking terbaik di sekolah. Prestasi akademik dianggap sebagai indikator utama kesuksesan. 

Namun, apa jadinya jika pencapaian ini dikejar tanpa pendidikan karakter? Psikolog anak dan remaja menegaskan bahwa fokus hanya pada nilai bisa menimbulkan dampak serius pada perkembangan moral, sosial, dan emosional anak. 

Artikel ini membahas 7 dampak negatif dari mendorong anak hanya mengejar prestasi akademik, sekaligus memberikan perspektif penting bagi orangtua modern.

1. Anak Berisiko Menghalalkan Segala Cara

Psikolog klinis anak dari Layanan Psikologi JEDA, Nanda Erfani Saputri, M.Psi., menegaskan, prestasi akademik tanpa pendidikan karakter bisa merusak integritas anak.

“Kalau anak hanya didorong untuk mengejar nilai-nilai dan menghalalkan segala cara, itu sudah jelas bertentangan dengan semangat untuk membentuk karakter anak yang bisa bertanggung jawab, berintegritas, dan berempati,” jelas Nanda, dikutip dari Kompas, Minggu (14/9/2025).

Anak yang terbiasa ditekankan pada hasil semata berpotensi menggunakan cara instan atau tidak etis demi mencapai target. Ini menimbulkan risiko perilaku manipulatif dan kurangnya rasa tanggung jawab.

Baca Juga: 7 Tanda Mengejutkan Diabetes Tipe 1 pada Anak yang Sering Diabaikan Orangtua

2. Prestasi Tanpa Makna

Nilai akademik memang penting, tetapi tidak bisa menjadi satu-satunya tolok ukur kesuksesan anak. Tanpa pemahaman moral, prestasi yang diraih bisa kehilangan makna.

Pendidikan karakter berperan sebagai fondasi agar anak dapat menginternalisasi nilai kejujuran, empati, tanggung jawab, dan integritas. 

Dengan pondasi ini, setiap prestasi yang dicapai bukan sekadar angka atau piala, tetapi mencerminkan kedewasaan dan kebijaksanaan anak dalam menghadapi kehidupan.

3. Perkembangan Moral Tertunda

Fokus hanya pada prestasi membuat anak tidak belajar memproses pengalaman secara etis. Nanda menekankan, orangtua perlu merenungkan nilai apa yang ingin ditanamkan dalam keluarga.

“Apakah memang lebih mempedulikan hasil saja dibanding proses? Kalau ternyata yang menjadi nilainya adalah lebih ke hasil, ini kita jadi mundur kalau dilihat dari perkembangan moral,” ujarnya.

Artinya, pola asuh yang menekankan target bisa menunda kemampuan anak memahami benar-salah dan menilai konsekuensi dari tindakannya.

4. Nilai Keluarga Menjadi Penentu Perilaku Anak

Psikolog menyoroti bahwa nilai yang dianut orangtua berperan besar dalam membentuk karakter anak. Anak cenderung meniru sikap, etos, dan prioritas yang ditunjukkan orangtua sehari-hari.

“Nilai yang orangtua miliki tentu memengaruhi nilai yang akan diinternalisasi anak,” sambung Nanda.

Jika orangtua menekankan hasil di atas proses, anak mungkin menganggap prestasi tanpa integritas adalah hal yang wajar. Sebaliknya, keluarga yang menanamkan nilai empati dan tanggung jawab membuat anak lebih mampu menghadapi tantangan secara etis.

Baca Juga: Mengapa Resensi Buku Penting untuk Anak Muda?

5. Anak Kurang Terlatih Menghadapi Kegagalan

Fokus berlebihan pada prestasi akademik dapat membuat anak takut gagal. Anak yang tidak belajar dari proses akan merasa tertekan saat menghadapi kegagalan, sehingga mudah stres atau cemas.

Kegagalan seharusnya menjadi kesempatan belajar dan membangun karakter, tetapi jika terlalu menekankan hasil, anak bisa kehilangan ketahanan mental dan kemampuan problem solving.

6. Potensi Konflik Sosial dan Perilaku Kompetitif Negatif

Anak yang terbiasa dipacu prestasi bisa menjadi sangat kompetitif, bahkan terhadap teman sebaya. Tanpa pendidikan karakter, kompetisi ini bisa berubah menjadi perilaku tidak sehat, seperti iri hati, menjatuhkan teman, atau menipu demi menang.

Dengan pendidikan karakter, anak belajar bahwa keberhasilan pribadi tidak harus mengorbankan orang lain, dan prestasi seharusnya dibangun atas dasar integritas dan kerja sama.

7. Pendidikan Karakter Menjadi Kunci Kesuksesan Jangka Panjang

Psikolog menekankan, prestasi akademik sebaiknya sejalan dengan pendidikan karakter. Nilai-nilai seperti kejujuran, empati, kerja sama, dan tanggung jawab membentuk anak menjadi individu yang kompeten sekaligus beretika.

“Tanpa pemahaman moral, anak justru berisiko menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang diinginkan. Pendidikan karakter bukanlah pelengkap, melainkan fondasi,” jelas Nanda.

Dengan pondasi ini, prestasi akademik tidak hanya menjadi alat untuk mengukur kemampuan, tetapi juga cermin kualitas moral anak yang akan membimbingnya di kehidupan dewasa.

Strategi Orangtua: Seimbangkan Prestasi dan Karakter

Agar anak tumbuh seimbang, orangtua disarankan:

  1. Tetapkan nilai keluarga yang jelas – prioritas antara hasil dan proses harus seimbang.
  2. Berikan apresiasi pada usaha, bukan hanya hasil – pujian seharusnya menekankan kerja keras, kreativitas, dan integritas.
  3. Libatkan anak dalam pengambilan keputusan – dorong anak berpikir kritis, belajar tanggung jawab, dan menghadapi konsekuensi.
  4. Terapkan pembelajaran moral dalam kehidupan sehari-hari – misalnya berbagi dengan teman, menolong orang lain, dan menghargai perbedaan.
  5. Kembangkan empati dan kerja sama – aktivitas kelompok atau proyek sosial membantu anak memahami nilai sosial yang lebih luas.

Mendorong anak hanya mengejar prestasi akademik tanpa pendidikan karakter bisa menimbulkan risiko besar: dari perilaku tidak etis, stres, hingga kurangnya keterampilan sosial. Prestasi memang penting, tapi pendidikan karakter adalah fondasi utama untuk membentuk anak yang bertanggung jawab, berintegritas, dan berempati.

Seperti ditegaskan Nanda Erfani Saputri, M.Psi., “Kalau anak hanya didorong untuk mengejar nilai-nilai dan menghalalkan segala cara, itu sudah jelas bertentangan dengan semangat untuk membentuk karakter anak yang bisa bertanggung jawab, berintegritas, dan berempati.”

Orangtua perlu merefleksikan nilai yang mereka tanamkan dalam keluarga, memastikan anak tidak hanya menjadi juara di atas kertas, tetapi juga sosok yang bermartabat, beretika, dan siap menghadapi dunia nyata.

Dengan keseimbangan antara prestasi akademik dan pendidikan karakter, anak bukan hanya sukses di sekolah, tetapi juga siap menghadapi tantangan hidup, menjadi pribadi mandiri, dan mampu membangun relasi sosial yang sehat.