FYP Media.ID – Ukraina kembali mengguncang Rusia dengan serangan drone terbesar sejak awal konflik pada Februari 2022. Sebanyak 337 drone dilaporkan diluncurkan dalam semalam, menargetkan berbagai wilayah, termasuk 91 unit menuju Moskwa. Serangan ini tidak hanya menyebabkan korban jiwa tetapi juga menimbulkan kebakaran serta gangguan pada layanan transportasi di ibu kota Rusia.
Serangan Drone Ukraina Bikin Moskwa Mencekam
Bayangkan terbangun di tengah malam karena suara bising yang menggetarkan langit, lalu beberapa detik kemudian ledakan keras mengguncang. Itulah yang terjadi di Moskwa pada malam 11 Maret 2025. Serangan drone terbesar dalam sejarah konflik Rusia-Ukraina menghantam ibu kota Rusia dan sekitarnya, menewaskan tiga orang serta melukai 18 lainnya.
Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa serangan ini menyebabkan kekacauan di Moskwa. Bandara utama di ibu kota, termasuk Sheremetyevo, Domodedovo, dan Vnukovo, terpaksa ditutup sementara. Bahkan, dua bandara lain di wilayah Yaroslavl dan Nizhny Novgorod juga terkena dampaknya.
Di pinggiran selatan Moskwa, kawasan Domodedovo menjadi salah satu target utama. Sebuah tempat parkir di luar Miratorg, salah satu produsen daging terbesar Rusia, dihantam ledakan drone, menewaskan tiga petugas keamanan dan merusak sekitar 40 kendaraan.
Seorang warga Moskwa, Tatyana, yang tinggal di Domodedovo, mengungkapkan ketakutannya:
“Saya sudah bangun sejak jam 3 pagi. Suara drone membangunkan kami terlebih dahulu, lalu ledakan terjadi. Itu adalah malam paling berisik dalam tiga tahun, benar-benar menakutkan.”
BACA JUGA : Serangan Drone Terbesar Ukraina Hantam Moskow, 3 Orang Tewas
Serangan Ukraina: Sinyal Kuat untuk Putin?
Serangan masif ini bertepatan dengan pembicaraan damai antara Amerika Serikat dan Ukraina di Arab Saudi. Seorang pejabat tinggi Ukraina menegaskan bahwa aksi ini adalah pesan langsung untuk Presiden Rusia, Vladimir Putin, agar mempertimbangkan gencatan senjata udara dan laut.
Andriy Kovalenko, pejabat dewan keamanan nasional Ukraina, menyatakan bahwa serangan ini merupakan sinyal tegas:
“Serangan drone terbesar dalam sejarah ini adalah pesan bagi Putin bahwa dia juga harus tertarik pada gencatan senjata di udara.”
Namun, tidak semua warga Moskwa menerima serangan ini dengan pasrah. Banyak warga mempertanyakan sistem pertahanan udara Rusia yang tampaknya kecolongan. Salah satu komentar yang viral di Telegram berbunyi:
“Bagaimana sejumlah besar drone bisa menembus perbatasan dari Ukraina tanpa terdeteksi? Di mana sistem pertahanan kita?”
Rusia dan Ukraina: Perang Drone yang Semakin Canggih
Perang antara Rusia dan Ukraina kini semakin didominasi oleh teknologi drone. Kedua negara telah mengembangkan UAV canggih yang mampu menyerang jauh ke dalam wilayah musuh.
Pada serangan kali ini, Ukraina diduga menggunakan drone An-126 Liutyi (Fierce) yang memiliki daya jangkau tinggi dan ketahanan lebih baik dibandingkan drone sebelumnya. Drone ini sebelumnya telah digunakan untuk menyerang fasilitas penyimpanan senjata, kilang minyak, dan kapal perang Rusia di Laut Kaspia.
Selain menyerang Moskwa, Ukraina juga melancarkan serangan besar di wilayah Kursk, dekat perbatasan Ukraina. Lebih dari 100 drone dikerahkan ke daerah tersebut, yang menjadi medan pertempuran sengit setelah Rusia merebut kembali wilayah yang sempat dikuasai Ukraina tahun lalu.
Dampak Politik: Zelenskyy, Trump, dan Nasib Ukraina
Serangan ini terjadi di tengah upaya diplomasi Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang sedang berada di Arab Saudi. Tujuannya jelas: membujuk pemerintahan Donald Trump untuk kembali memberikan dukungan militer dan intelijen yang sebelumnya dihentikan oleh Amerika Serikat.
Tanpa bantuan militer AS, Ukraina kini harus mengandalkan industri drone dalam negeri dan produksi sistem artileri untuk bertahan. Serangan ke Moskwa adalah bukti bahwa Ukraina masih memiliki kekuatan untuk melawan, meski tanpa bantuan penuh dari sekutunya.
Apakah Rusia Akan Membalas?
Rusia belum memberikan respons resmi mengenai kemungkinan balasan atas serangan ini. Namun, media pro-Kremlin sudah mengisyaratkan bahwa Rusia tidak akan tinggal diam.
Saluran Telegram MIG Russia, yang dekat dengan pemerintah Rusia, menulis:
“Serangan ini bertepatan dengan pembicaraan damai di Arab Saudi. Ukraina ingin menekan Rusia untuk menerima gencatan senjata, tapi itu tidak akan berhasil.”
Sementara itu, seorang mantan tentara Rusia yang dikutip oleh saluran Telegram Shot mengklaim bahwa dia berhasil menembak jatuh salah satu drone dengan senapan berburu di sebuah desa dekat Moskwa. Ini semakin mempermalukan sistem pertahanan udara Rusia yang gagal menghalau serangan besar-besaran ini.
Kesimpulan: Ukraina Tunjukkan Dominasi, Rusia Terpojok?
Serangan ini menunjukkan bahwa Ukraina masih memiliki taring dalam konflik yang berkepanjangan ini. Dengan atau tanpa bantuan AS, Kyiv mampu menggempur jantung pertahanan Rusia.
Namun, pertanyaan besar yang tersisa adalah: Apakah ini akan memaksa Putin menerima gencatan senjata atau justru memicu balasan yang lebih besar dari Rusia?
Yang jelas, malam 11 Maret 2025 akan dikenang sebagai malam paling mencekam bagi Moskwa—dan mungkin titik balik dalam perang ini.