Gawat, Ada Aksi Kejahatan Dibalik Perkembangan AI Saat Ini!

kejahatan dengan bantuan AI
Male's palm of a hand covering his face

FYPMEDIA.IDArtificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah bidang yang berkaitan dengan ilmu teknologi dengan kemampuan khusus untuk memecahkan suatu masalah ataupun melaksanakan tugas-tugas tertentu dan berkaitan dengan kecerdasan manusia, seperti pembelajaran serta pengenalan gambar hingga suara. Melalui kecerdasannya tersebut, AI dapat menyaingi kemampuan kognitif manusia, tetapi hal ini justru dapat membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan yang mudah bahkan sulit.

Kecerdasan AI yang dapat membantu manusia dalam menyelesaikan berbagai tugas, tentunya dinilai sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari manusia. Terlebih hampir semua program AI dapat diakses dengan mudah dan dapat digunakan secara gratis sehingga dinilai sangat efektif dan efisien dalam menyelesaikan tugas. Misalnya, AI dapat membantu manusia dalam mengolah teks, mengubah gambar menjadi teks dan sebaliknya, memberikan layanan secara otomatis, mengubah suara menjadi teks, dan masih banyak lagi.

Namun, dibalik kemudahan yang ditawarkan oleh AI, tidak selamanya akan menghasilkan sesuatu yang positif karena semua akan balik lagi dengan pengguna (manusia). Tidak semua pengguna dapat memanfaatkan kemudahan AI untuk melakukan hal-hal yang memang diperlukan. Melainkan, tidak sedikit pengguna yang memanfaatkan AI sebagai alat mempermudah melakukan tindakan kejahatan, seperti penipuan.

Contoh kasus kejahatan menggunakan AI

Kasus penipuan dengan bantuan AI pernah terjadi di Amerika Serikat. Pada tahun 2023 silam, terjadi penipuan penculikan menimpa seorang ibu yang bernama Jennifer DeStefano. Penipuan ini dilakukan oleh pelaku seakan-akan melakukan tindakan penculikan dengan melakukan telepon dan menggunakan suara palsu bantuan AI yang membuat seolah-olah anak perempuan pertamanya telah diculik. Saat itu, DeStefano mendapatkan panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenal dan ketika dijawab terdengar suara yang seolah-olah anaknya sedang menangis. Kemudian, pelaku penculikan meminta uang tebusan sekitar $50.000 dan melakukan pengancaman jika melaporkan kejadian ini. Untungnya, setelah sempat dibuat ketakutan, DeStefano berhasil meminta bantuan kepada keluarganya dan ternyata anak perempuan pertamanya itu dalam keadaan aman.

Kasus tersebut bukanlah kasus penipuan dengan bantuan AI satu-satunya di Amerika Serikat. Menurut The Federal Trade Commission, sepanjang tahun 2022 warga Amerika Serikat telah mengalami penipuan sebesar $2,6 miliar. Jika di rata-ratakan, setiap keluarga korban penipuan AI di Amerika Serikat mengalami kehilangan $11.000. Tidak hanya di Amerika Serikat, kasus penipuan dengan bantuan AI juga pernah terjadi di Cina. Dengan memanfaatkan deepfake, seorang pria asal Baotou berhasil dikelabui dan kehilangan uang sebesar 4,3 juta yuan atau sekitar Rp9,5 miliar. Melalui deepfake, seseorang dapat menyamar menjadi orang lain dengan mengubah wajah dan suara menjadi orang yang diinginkan.

Dari kasus kejahatan yang memanfaatkan AI, salah satu cara yang sangat mudah untuk menjalankan aksi para pelaku ialah dengan meniru suara dari kerabat atau teman korban. Dengan bantuan VoiceLab misalnya, para pelaku penipuan dapat menirukan banyak suara yang terdengar sangat mirip sehingga sulit untuk dibedakan antara suara yang asli dengan suara AI. Para pelaku biasanya memanfaatkan data yang diunggah di berbagai platform, seperti Instagram, TikTok, dan Facebook untuk mengumpulkan informasi tertentu, termasuk suara mereka, sehingga dapat meningkatkan kualitas tipuan mereka. Berdasarkan studi yang dilakukan McAfee, sekitar 53% orang dewasa mengupload suara mereka, seperti dalam podcast ataupun video di sosial media. Hal ini dapat memudahkan pelaku kejahatan dalam mengumpulkan data untuk melakukan penipuan.

Pada aksi penipuan penculikan, para pelaku tidak hanya memanfaatkan AI untuk melakukan tiruan suara, tetapi mereka juga akan memanfaatkan AI untuk membuat skenario palsu yang meresahkan bahkan menakutkan. Memunculkan rasa takut pada target korban, menjadi cara yang ampuh. Pelaku akan berusa membuat korban merasa takut dan berusaha agar korban berada di bawah kendalinya, dengan terus berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan cepat. Akibatnya korban akan sulit berpikir rasional dan membuat korban akan menuruti perintah dari pelaku.

Meskipun kasus penipuan dan penculikan menggunakan AI di Indonesia belum pernah terjadi, tetapi banyaknya pengguna AI di Indonesia tentunya aksi kejahatan ini tidak bisa diremehkan. Untuk bisa terhindar dari penipuan AI, maka kita harus berhati-hati dengan tidak menyebarkan informasi pribadi di media sosial.

Kemajuan teknologi, seperti AI, memang sangat memberi kemudahan bagi manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Namun, kemudahan yang diberikan juga mempermudah seseorang dalam melakukan aksi kejahatan. Perlu diingat bahwa bukan AI-lah yang menjadi masalahnya, melainkan orang-orang yang menyalahgunakan AI yang menjadi permasalahannya. Jadi, tetaplah berhati-hati dan kurangi atau hindari aktivitas yang dapat membagikan informasi pribadi tentang kamu.