FYPMedia.id– Paparan radioaktif Cesium-137 (Cs-137) kembali menjadi sorotan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memblokir impor rempah-rempah dari Indonesia.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan serius tentang keamanan produk ekspor dan dampak kesehatan jangka panjang.
Kasus bermula ketika inspektur federal mendeteksi Cs-137 dalam kiriman cengkeh dari PT NJS yang dikirim ke California.
Penemuan ini mengikuti peringatan impor terhadap PT Bahari Makmuri Sejati (BMS Foods) yang mengekspor jutaan kilogram udang ke AS setiap tahunnya.
Meski sumber kontaminasi pada udang dan rempah belum sepenuhnya jelas, kasus ini memicu perhatian luas publik dan pemerintah.
1. Paparan Cs-137 dan Dampaknya Menurut Mantan Pejabat WHO
Prof. Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, menjelaskan risiko paparan Cs-137.
“Menurut FDA, Cs-137 yang mereka deteksi dalam impor udang beku dari Indonesia ini kadarnya sekitar 68 Bq/kg, jadi masih dibawah ambang mereka yang disebut ‘FDA’s Derived Intervention Level’ untuk Cs-137 yaitu 1200 Bq/kg,” tutur Prof Tjandra dalam keterangan tertulis yang dikutip dari detikcom, Kamis (2/10/2025).
“Pada dosis Cs-137 yang relatif rendah sekitar 68 Bq/kg maka menurut FDA tidak akan memberikan efek akut,” sambungnya.
Meski begitu, ia menekankan bahwa paparan jangka panjang, meski dosis rendah, tetap bisa berisiko:
“FDA tetap menganjurkan untuk menghindari makanan yang terpapar Cs-137 dengan dosis rendah yang mungkin saja memiliki dampak bagi kesehatan, terutama jika dikonsumsi dalam waktu yang lama.”
Menurut Prof Tjandra, paparan berulang dan kronis bisa meningkatkan risiko kanker melalui kerusakan DNA.
Sementara paparan tinggi akibat kecelakaan nuklir atau bom atom sangat jarang terjadi, namun jika sampai terjadi bisa memicu sindrom radiasi akut seperti mual, muntah, diare, pendarahan, bahkan kematian.
Baca Juga: 7 Fakta Ultra Processed Food dan Dampaknya, Hati-Hati Bisa Picu Penyakit Serius
2. Awal Mula Temuan Kontaminasi
Menurut laporan Live Science, kasus ini bermula ketika FDA menolak masuknya kontainer udang vaname beku asal Indonesia pada Agustus 2025.
Hasil uji menunjukkan adanya kandungan Cs-137. Produk diproses oleh PT BMS Foods dan dikirim ke pelabuhan utama AS, termasuk Los Angeles, Houston, Savannah, dan Miami.
Meski hanya sebagian sampel positif, FDA memperluas penarikan seluruh kontainer karena kekhawatiran potensi kontaminasi.
Sebanyak 387 kontainer udang dengan total 5.595,28 ton sebelumnya telah diekspor. Seluruh kontainer yang sedang dalam perjalanan kemudian dikembalikan ke Indonesia untuk pemeriksaan ulang (Return on Board/ROB).
PT BMS pun melakukan reimpor semua kontainer, termasuk 18 kontainer yang sudah tiba lebih dulu di Pelabuhan Tanjung Priok, dan menjalani protokol karantina ketat.
3. Investigasi di Kawasan Industri Cikande
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menelusuri sumber kontaminasi di dalam negeri.
Per 9 September 2025, dugaan awal mengarah pada pabrik baja dan aktivitas scrap logam di kawasan industri Modern Cikande, Banten.
“Satgas telah mengambil keterangan dan pemeriksaan terhadap PT PNT yang di Cikande. Jadi, satu perusahaan sebetulnya di Cikande sebagai sumber terkontaminasi dan 15 pemilik lapak besi bekas,” terang Menteri Koordinator Bidang Pangan sekaligus Ketua Satgas, Zulkifli Hasan.
Tim gabungan memindahkan material terkontaminasi dan memulai tahap awal dekontaminasi untuk mencegah penyebaran radiasi lebih luas.
Hasil pemetaan menunjukkan beberapa titik memiliki kadar radiasi lebih tinggi dari ambang normal, mengindikasikan adanya paparan Cs-137.
Baca Juga: Karya Anak Bangsa! Ini 5 Game Horor Indonesia Terbaru 2025 yang Wajib Kamu Coba
4. Apa Itu Cesium-137?
Cesium-137 adalah isotop radioaktif hasil sampingan reaksi fisi nuklir, baik dari reaktor nuklir maupun ledakan bom atom.
Unsur ini memiliki waktu paruh sekitar 30 tahun, sehingga tetap radioaktif dalam jangka puluhan tahun.
Cs-137 jarang ditemukan secara alami dan hampir selalu terkait aktivitas manusia, seperti:
- Kecelakaan nuklir
- Pengolahan limbah industri
- Penggunaan medis tertentu
Selain itu, Cs-137 juga digunakan dalam jumlah kecil untuk kalibrasi alat deteksi radiasi, terapi radiasi medis, sterilisasi medis, serta pengukur industri seperti deteksi aliran cairan atau ketebalan material.
5. Cs-137 Bisa Picu Kanker
Paparan eksternal Cs-137 dalam jumlah besar dapat menyebabkan luka bakar, penyakit radiasi akut, dan kematian, menurut CDC.
Sementara paparan internal melalui konsumsi atau inhalasi dapat mengendap di jaringan lunak dan otot, memicu kerusakan sel akibat partikel beta dan radiasi gamma.
Studi menunjukkan paparan Cs-137 meningkatkan risiko:
- Leukemia: radiasi merusak sumsum tulang
- Kanker tiroid: walau I-131 lebih dominan, Cs-137 juga memberi kontribusi
- Kanker padat: termasuk paru, hati, ginjal, dan saluran pencernaan
Baca Juga: 7 Manfaat Matahari Pagi sebagai Kunci untuk Hidup Lebih Sehat
6. Risiko Jangka Panjang dan Pencegahan
Meskipun dosis rendah, konsumsi makanan terkontaminasi secara berulang tetap berpotensi meningkatkan risiko kanker.
Hal ini penting diperhatikan bagi produk ekspor yang masuk pasar internasional, termasuk rempah dan hasil laut.
Pencegahan utama mencakup:
- Pemeriksaan ketat terhadap produk ekspor
- Penelusuran sumber industri dan limbah yang berpotensi radioaktif
- Dekontaminasi material yang terpapar radiasi
- Edukasi masyarakat dan pekerja industri mengenai risiko Cs-137
7. Implikasi bagi Industri dan Konsumen
Kasus ini menekankan pentingnya pengawasan bahan makanan dan rempah ekspor. Bagi konsumen, kehati-hatian dalam memilih produk impor, serta preferensi pada sumber lokal yang terverifikasi aman, menjadi langkah preventif.
Menurut Prof Tjandra: “Dalam hal ini, perlu disampaikan bahwa memang masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui kejelasan dampak yang mungkin terjadi.”
Artinya, meski dampak akut dari paparan rendah mungkin kecil, konsekuensi jangka panjang tetap menjadi perhatian serius, terutama terkait risiko kanker dan kesehatan masyarakat.
Kasus Cesium-137 di Cikande dan ekspor Indonesia menjadi pengingat bahwa pengawasan industri, transparansi data, dan protokol keamanan radiasi mutlak diperlukan.
Pemerintah dan pelaku industri harus bersinergi untuk memastikan produk aman dan terhindar dari risiko kesehatan jangka panjang.
Kesadaran publik mengenai paparan Cs-137 juga penting untuk meminimalkan risiko. Konsumsi makanan yang terkontaminasi memang jarang terjadi, tetapi edukasi, inspeksi, dan tindakan preventif tetap menjadi kunci utama melindungi masyarakat dari ancaman radiasi yang tersembunyi.